" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Menjadi Pribadi Visioner

Menjadi Pribadi Visioner


30/01/2012
Menjadi Pribadi Visioner

Saat usia 17, Sidney Sheldon, novelis ternama, pernah melakukan percobaan bunuh diri. Hal yang mendorong untuk melakukan itu adalah ia merasa hidupnya tidak bahagia.

Cita-citanya saat itu adalah ingin kuliah dan menjadi penulis. Tetapi, keinginannya itu seperti membentur tembok lantaran ekonomi keluarga tidak mendukung. Saat pulang kerja, ia mempersiapkan percobaanbu-nuh dirinya.. Saat itu orang tuanya hendak silaturahmi ke rumah saudaranya. Ketika mereka semua sudah pergi, ia mengeluarkan minuman yang bisa langsung mematikannya. Ketika hendak meminumnya, tiba-tiba ayahnya muncul. Keduanya sama-sama terkejut. Sheldon tak menyangka ayahnya akan balik lagi. Ayahnya pun tak menduga kalau Sheldon hendak mengakhiri hidupnya. Ayahnya bertanya mengapa ia ingin bunuh diri?

Ia lalu mengajak Sheldon jalan-jalan sembari menasihatinya. "Hidup ini seperti novel," ujar ayahnya. "Penuh ketegang-an.Kauti dak tahu apa yang akan ter jadi hingga Kau buka halamannya. Setiap hari adalah halaman yangberbeda,Sidney,dan setiap hari bisa penuh kejutan, Kau tak pernah tahu apa yang akan ada selanjutnya sebelum Kau buka halaman itu, " ucap ayahnya. Mulai saat itu hidup Sheldon bersemangat lagi. Kata-kata itu terus dikenangnya hingga Sheldon beranjak senja.

Kisah di atas mengisyaratkan tentang pentingnya membangun visi dalam hidup ini. Jika tidak mempunyai visi, hidup mudah goyah, tanpa arah, dan cenderung pasrah (saatkeadaan buruk datang). Salah satu cara agar bisa melaksanakan visi adalah dengan memulai sesuatu dengan tujuan akhir. Mohamad Ramdan, dalam buku ini, memberikan ilustrasi soal itu. Dia mengibaratkannya dengan gawang dalam pertandingan sepak bola. Pertandingan akan berlangsung ngawur dan membosankan jika tidak ada gawangnya; tidak ada target yang hendak dituju.

Hal yang sama juga dalam hidup. Jalan cerita hidup dari sekarang hingga akhir nanti tidak akan ngawur dan membosankan apabila kita memiliki tujuanyangjelasdalam hidup. Semua tujuan hidup kita tersebut hanya akan dapat dinikmati hasilnya apabila kita membingkainya dalam batas-batas waktu dan kriteria target yang jelas. Betapa sebenarnya hidup kita berpusat kepada tujuan akhir yang kita tetapkan sekarang. Dari tujuan akhir itulah kita akan menentukan rute terbaik yang harus kita tempuh untuk selanjutnya menyiapkan strategi dan amunisi yang tepat untuk menjalaninya (halaman 33).

Dengan becermin pada peristiwa yang dialami Sheldon di atas, penjelasan Ramdan menemukan signifikansinya. Ramdan mengatakan bahwa orang yang tidak memiliki rancangan peta jalan hidup yang jelas sering mendapatkan diri mereka dalam keadaan kebingungan karena tidak memiliki arah hidup yang jelas, perasaan hampa ka-rena tidak mengerjakan sesua tu sesuai minatnya, putus asa karena minimnya persiapan menjalani pola hidup yang ekstrem, sampai kepada menyalahkan Tuhan atau nasib karena merasa diperlakukan tidak adil.

Proaktif

Dia mengingatkan bahwa di saat mengalami peristiwa buruk kita harus menjaga diri agar tidak reaktif. Orang yangreaktif cenderung membiarkan pengaruh-pengaruh dari luar untuk mengendalikan respons mereka. Orang reaktif akan selalu menempatkan dirinya sebagai korban dari stimulus negatif maupun positif saat mereka menemukan fakta bahwa ternyata hasil dari respons mereka tidak menguntungkan dirinya. Sebaliknya, kita harus bersikap proaktif sebab orang proaktif paham bahwa dirinyamemiliki kekuatan untuk mengendalikan respons terhadap stimulus yang dihadapinya. Bagi mereka, baik stimulus negatif maupun positif tetap menyisakan ruang yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan dalam memberi respons.

Ramdan mempraktikkan hal itu. Saat baru satu bulan mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja, dia merasakan betapa beratnya menjalani hidup. Apabila sebelumnya hanya tinggal mendelegasikan pekerjaan kepada anak buah, saat baru merintis usaha sebagai konsultan, dia harus terlibat 100% di semua detail pekerjaan. Pada waktu dia merasa kelelahan dan putus asa karena begitu sulitnya mendapatkan klien, tiba-tiba seorang sahabatnya menelepon dan menawarkan sebuah pekerjaan dengan posisi dan gaji yang cukup menggoda bagi seorang yang sedang dilanda kesulitan seperti dia saat itu.

Saat dalam posisi dilematis itu, tiba-tiba dia diingatkan kembali akan tujuan akhirnya tentang keinginan untuk menjadi konsultan dan trainer di bidang ilmu kepemimpinan (leadership). Apabila dia kembali menjadi karyawan, mungkin masalah yang dia hadapi saat itu seketika akan hilang, namun mungkin dia tidak akan pernah sampai kepada tujuan akhir yang dia cita-citakan.Ibarat kapal, dia hanya tertambat di dermaga. Berlindung dari ombak besar yang sebenarnya berpotensi membawanya ke sebuah pulau harapan.


Sumber: Harian Seputar Indonesia

I Iqbal Dawami Aktif di Kere Hore Jungle Tracker Community (KHJTC) 
Jogjakarta


Entri Populer