>>>>>>Mengubah "Sampah" Laut Jadi Bernilai
Ketemu celahnya, mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan proses berliku Yun Pratama Widiyana saat memulai budi daya bulu babi atau yang dikenal dengan landak laut. Dalam 2 tahun usahanya pun membuahkan hasil sebagai bisnis yang menjanjikan. Yun tak cuma meraup hasil lumayan dari usaha budi daya bulu babi tapi juga menerima sejumlah penghargaan.
Umumnya bulu babi memang sekadar sampah yang dibuang para nelayan dengan cara dibenamkan ke dalam pasir agar mereka tidak terluka. Maklum bulu babi memang mengandung racun bila tersentuh. Hewan yang dianggap sampah oleh nelayan, di tangan Yun Pratama, pemenang Wismilak Diplomat Success Challenge 2010, bulu babi justru berpeluang menjadi emas yang bisa menyejahterakan masyarakat sekitar perairan.
"Kebetulan sewaktu menonton TV ada tayangan mengenai bulu babi yang kandungan protein dalam telurnya sangat tinggi dan dapat dimakan langsung seperti yang saya saksikan anak-anak Pulau Karimun Jawa yang memakannya dengan lahap," cerita Yun.
Biota laut ini juga dibutuhkan perusahaan farmasi untuk b.ih,m suplemen.Yuri pun makin rajin berselancar di Internet untuk mencari informasi ke LIPI, mendatangi para pakar kelautan yang memahami potensi bulu babi ataupun belajar local wisdom dari nelayan tentang binatang laut itu.
Akhirnya dia berkesimpulan bahwa bulu babi bisa menjadi komoditas unggulan Indonesia. Sayangnya baik pemerintah maupun masyarakat belum melirik potensi bulu babi sebagai harta karun yang luar biasa. Artinya hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk bermanfaat
Cangkangnya, kata Yuri, bisa dijadikan bahari baku kerajinan tangan. Bahkan cangkangnya bisa pula diolahmenjadi tepung sebagai bahan pakan ternak, sementara bagian lainnya yakni usus landak laut, dapat dijadikan bahan pupuk organik.
Tamat kuliah Yuri memang sempat kerja kantoran tetapi lagi-lagi potensi bulu babi mengusik pikirannya sehingga dia memilih Pulau Tidung, Kepulauan Seribu untuk merintis budi daya bulu babi. Dia harus merogoh koceknya hingga Rp 20 juta untuk membiayai proyek idealismenya termasuk ongkos mondar-mandir ke pulau.
"Jual motor dan masa prihatin selama 2 bulan karena sulit mengubah mindset nelayan untuk melakukan budi daya bulu babi harus saya hadapi. Nelayan lebih suka ikut berlayar ketimbang merintis budi daya bulu babi," tuturnya.
Alhasil, jika semula hanya tiga nelayan yang mau bermitra dengannya pada 2009, sekarang sedikitnya sudah ada 20 nelayan di Pulau Tidung yangjadi mitranya. Pertengahan tahun ini tambak pembenih-an juga akan dibukanya di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang meski masih dalam skala kecil.
Kerja keras dan bersungguh-sungguh akhirnya mengantarkan Yuri tak lanya mahir dalam berbudi daya bulu babi tapi juga proses pemasaran. Telur-telur bulu babi dipasoknya ke restoran-restoran Jepang di seputar Jakarta untuk diolah menjadi unisushi, salah satu menu klasik dari Negeri Sakura itu. Yuri juga menjajal segmen pasar lainnya yaitu peluang pasar ke perusahaan farmasi di Semarang. Kejeliannya melihat potensi itu cukup menguntungkan. Terobosan lainnya, memasok ke pasar swalayan khusus warga Jepang yang dijual secara ritel.
Ke depan, lajang kelahiran Jakarta 15 Juli 1984 ini akan berkonsentrasi pada peningkatan nilai tambah telur bulu babi ini sebagai sebuah industri yang mampu lebih banyak menyerap tenaga kerja seperti produk kalengan yang banyak diproduksi negara tetangga, Filipina. (**)
Sumber: Bisnis Indonesia
Ketemu celahnya, mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan proses berliku Yun Pratama Widiyana saat memulai budi daya bulu babi atau yang dikenal dengan landak laut. Dalam 2 tahun usahanya pun membuahkan hasil sebagai bisnis yang menjanjikan. Yun tak cuma meraup hasil lumayan dari usaha budi daya bulu babi tapi juga menerima sejumlah penghargaan.
Umumnya bulu babi memang sekadar sampah yang dibuang para nelayan dengan cara dibenamkan ke dalam pasir agar mereka tidak terluka. Maklum bulu babi memang mengandung racun bila tersentuh. Hewan yang dianggap sampah oleh nelayan, di tangan Yun Pratama, pemenang Wismilak Diplomat Success Challenge 2010, bulu babi justru berpeluang menjadi emas yang bisa menyejahterakan masyarakat sekitar perairan.
"Kebetulan sewaktu menonton TV ada tayangan mengenai bulu babi yang kandungan protein dalam telurnya sangat tinggi dan dapat dimakan langsung seperti yang saya saksikan anak-anak Pulau Karimun Jawa yang memakannya dengan lahap," cerita Yun.
Biota laut ini juga dibutuhkan perusahaan farmasi untuk b.ih,m suplemen.Yuri pun makin rajin berselancar di Internet untuk mencari informasi ke LIPI, mendatangi para pakar kelautan yang memahami potensi bulu babi ataupun belajar local wisdom dari nelayan tentang binatang laut itu.
Akhirnya dia berkesimpulan bahwa bulu babi bisa menjadi komoditas unggulan Indonesia. Sayangnya baik pemerintah maupun masyarakat belum melirik potensi bulu babi sebagai harta karun yang luar biasa. Artinya hampir semua bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk bermanfaat
Cangkangnya, kata Yuri, bisa dijadikan bahari baku kerajinan tangan. Bahkan cangkangnya bisa pula diolahmenjadi tepung sebagai bahan pakan ternak, sementara bagian lainnya yakni usus landak laut, dapat dijadikan bahan pupuk organik.
Tamat kuliah Yuri memang sempat kerja kantoran tetapi lagi-lagi potensi bulu babi mengusik pikirannya sehingga dia memilih Pulau Tidung, Kepulauan Seribu untuk merintis budi daya bulu babi. Dia harus merogoh koceknya hingga Rp 20 juta untuk membiayai proyek idealismenya termasuk ongkos mondar-mandir ke pulau.
"Jual motor dan masa prihatin selama 2 bulan karena sulit mengubah mindset nelayan untuk melakukan budi daya bulu babi harus saya hadapi. Nelayan lebih suka ikut berlayar ketimbang merintis budi daya bulu babi," tuturnya.
Alhasil, jika semula hanya tiga nelayan yang mau bermitra dengannya pada 2009, sekarang sedikitnya sudah ada 20 nelayan di Pulau Tidung yangjadi mitranya. Pertengahan tahun ini tambak pembenih-an juga akan dibukanya di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang meski masih dalam skala kecil.
Kerja keras dan bersungguh-sungguh akhirnya mengantarkan Yuri tak lanya mahir dalam berbudi daya bulu babi tapi juga proses pemasaran. Telur-telur bulu babi dipasoknya ke restoran-restoran Jepang di seputar Jakarta untuk diolah menjadi unisushi, salah satu menu klasik dari Negeri Sakura itu. Yuri juga menjajal segmen pasar lainnya yaitu peluang pasar ke perusahaan farmasi di Semarang. Kejeliannya melihat potensi itu cukup menguntungkan. Terobosan lainnya, memasok ke pasar swalayan khusus warga Jepang yang dijual secara ritel.
Ke depan, lajang kelahiran Jakarta 15 Juli 1984 ini akan berkonsentrasi pada peningkatan nilai tambah telur bulu babi ini sebagai sebuah industri yang mampu lebih banyak menyerap tenaga kerja seperti produk kalengan yang banyak diproduksi negara tetangga, Filipina. (**)
Sumber: Bisnis Indonesia