>>>>>>>Merajut Laba dari Usaha Kain Mekongga yang Hampir Punah
Masing-masing daerah punya kain denganmotif yang khas. Termasuk Sulawesi Tenggara yang memiliki kain tenun anawai dan mekongga. Peminatnya tidak hanya penduduk lokal saja, tapi juga warga asing. Dalam sebulan, omzet produsen kedua kain ini bisa mencapai Rp 20 juta.
DI tangan Muh Ali Yansi, kain tenun khas Sulawesi Tenggara menembus pasar ekspor. Soalnya, kain anawai dan mekongga memiliki motif yang unik dan menarik. Bahannya juga lembut.
Menurut Yansi, banyak yang tertarik dengan kain anawai. "Mulai setahun lalu saya mengirimkan 10 sampai 20 lembar ke Australia dan Brunei Darussalam," kata pemilik Mantik Sangia.
Keistimewaan kain anawai terletak pada motif candi serta garis yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Pembuatan motif inilah yang menjadi bagian paling rumit dari proses produksi kain anawi. "Untuk motif saja paling cepat dibuat dalam tiga hari dan paling lama satu minggu," ungkap Yansi.
Selain motif, warna kain anawai yang cerah mencolok namun sederhana memberikan kesan mewah. Pewama-.iiun.i menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, Lnn111.iiiii. daun ketapang, mahoni hingga jambu byi.
Bahan-bahan tersebut lantas dimasak dalam campuran gula jawa dalam sebuah wadah. Kemudian, diamkan dan ditutup selama 24 jam penuh. "Ini agar warnayang timbul terlihat lebih kental," kata Yansi.
Dengan segala keistimewaan itu, Yansi mengaku kewalahan dalam memenuhi permintaan kain anawai. Apalagi, pembuatan kain tenun ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Saban bulan, Yansi hanya mampu memproduksi lima kodi kain anwai dengan harga mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 1,5 juta per helai. Dengan penjualan ini, omzetnya dari hasil berdagang kain anawai mencapai Rp 20 juta per bulan.
Selain anawai, Yansi juga membuat kain mekongga Ia mengungkapkan, kain tenun yang satu ini hampir punah. Sebab, makin jarang orang yang membikinnya
Oleh karena itu, sejak tahun 2000 lalu, Yansi membuka unit usaha yang memproduksi kain mekongga Divisi ini berdiri di Lalomba, Kecamatan Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan mempekerjakan 12 pegawai dari warga sekitar. "Saya ingin menggali potensi daerah dan meneruskan tradisi," ujarnya
Proses pengerjaan kain mekongga memakai teknik sambi, yakni, benang diselipkan ke benang lain untuk menciptakan motif.Teknik inilah yang membedakan kain mekongga dengan kain tenun lainnya
Kain mekongga mempunyai tiga motif, yaitu mekongga, serumei, dan pelangi. Motif mekongga bergambar benteng dan bunga teratai, yang bermakna perlu musyawarah untuk mufakat, memutuskan sesuatu. Sedangkan, motif serumei diambil dari tikar serumei yang dijadikan alas duduk pemangku adat.
Motif-motif itu berwarna merah, hitam, kuning, dan putih. Adapun, motif pelangi memiliki motif layaknya pelangi yang berkelir cerah merah, kuning, serta Iman
Tiap bulan, Yansi bisa mengumpulkan 300 helai kain mekongga dari warga yang bekerja kepadanya Dari total produksi itu, dia mampu menjual 200 helai per bulan. Setiap helai ia jual dengan harga mulai Rp 100.000 sampai Rp 350.000.
Sementara, kain mekongga yang terbuat dari benang sutera, Yansi lego seharga Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per helai. Konsumen kain ini ini masih didominasi masyarakat Sulawesi Tenggara.Baik kain anawai maupun mekongga, Yansi menambahkan, dapat menjadi bahan dasar pakaian atau baju.
Masing-masing daerah punya kain denganmotif yang khas. Termasuk Sulawesi Tenggara yang memiliki kain tenun anawai dan mekongga. Peminatnya tidak hanya penduduk lokal saja, tapi juga warga asing. Dalam sebulan, omzet produsen kedua kain ini bisa mencapai Rp 20 juta.
DI tangan Muh Ali Yansi, kain tenun khas Sulawesi Tenggara menembus pasar ekspor. Soalnya, kain anawai dan mekongga memiliki motif yang unik dan menarik. Bahannya juga lembut.
Menurut Yansi, banyak yang tertarik dengan kain anawai. "Mulai setahun lalu saya mengirimkan 10 sampai 20 lembar ke Australia dan Brunei Darussalam," kata pemilik Mantik Sangia.
Keistimewaan kain anawai terletak pada motif candi serta garis yang bercerita tentang kehidupan masyarakat Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Pembuatan motif inilah yang menjadi bagian paling rumit dari proses produksi kain anawi. "Untuk motif saja paling cepat dibuat dalam tiga hari dan paling lama satu minggu," ungkap Yansi.
Selain motif, warna kain anawai yang cerah mencolok namun sederhana memberikan kesan mewah. Pewama-.iiun.i menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, Lnn111.iiiii. daun ketapang, mahoni hingga jambu byi.
Bahan-bahan tersebut lantas dimasak dalam campuran gula jawa dalam sebuah wadah. Kemudian, diamkan dan ditutup selama 24 jam penuh. "Ini agar warnayang timbul terlihat lebih kental," kata Yansi.
Dengan segala keistimewaan itu, Yansi mengaku kewalahan dalam memenuhi permintaan kain anawai. Apalagi, pembuatan kain tenun ini tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
Saban bulan, Yansi hanya mampu memproduksi lima kodi kain anwai dengan harga mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 1,5 juta per helai. Dengan penjualan ini, omzetnya dari hasil berdagang kain anawai mencapai Rp 20 juta per bulan.
Selain anawai, Yansi juga membuat kain mekongga Ia mengungkapkan, kain tenun yang satu ini hampir punah. Sebab, makin jarang orang yang membikinnya
Oleh karena itu, sejak tahun 2000 lalu, Yansi membuka unit usaha yang memproduksi kain mekongga Divisi ini berdiri di Lalomba, Kecamatan Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan mempekerjakan 12 pegawai dari warga sekitar. "Saya ingin menggali potensi daerah dan meneruskan tradisi," ujarnya
Proses pengerjaan kain mekongga memakai teknik sambi, yakni, benang diselipkan ke benang lain untuk menciptakan motif.Teknik inilah yang membedakan kain mekongga dengan kain tenun lainnya
Kain mekongga mempunyai tiga motif, yaitu mekongga, serumei, dan pelangi. Motif mekongga bergambar benteng dan bunga teratai, yang bermakna perlu musyawarah untuk mufakat, memutuskan sesuatu. Sedangkan, motif serumei diambil dari tikar serumei yang dijadikan alas duduk pemangku adat.
Motif-motif itu berwarna merah, hitam, kuning, dan putih. Adapun, motif pelangi memiliki motif layaknya pelangi yang berkelir cerah merah, kuning, serta Iman
Tiap bulan, Yansi bisa mengumpulkan 300 helai kain mekongga dari warga yang bekerja kepadanya Dari total produksi itu, dia mampu menjual 200 helai per bulan. Setiap helai ia jual dengan harga mulai Rp 100.000 sampai Rp 350.000.
Sementara, kain mekongga yang terbuat dari benang sutera, Yansi lego seharga Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per helai. Konsumen kain ini ini masih didominasi masyarakat Sulawesi Tenggara.Baik kain anawai maupun mekongga, Yansi menambahkan, dapat menjadi bahan dasar pakaian atau baju.
Sumber : Harian Kontan
Mona Tobing, Gloria Natalia