" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Memilih Jurus Berbeda Saat Berjualan Tempe

Memilih Jurus Berbeda Saat Berjualan Tempe


>>>>>>Memilih Jurus Berbeda Saat Berjualan Tempe


Walau 300 perajin di Kampung Citeureup kompak membuat tempe, soal target yang mereka sasar berbeda-beda. Ada yang memilih menjual produknya langsung ke konsumen lantaran untungnya lebih gede. Ada juga yang pedagang eceran karena pembeliannya dalam jumlah besar. Yang pasti sama-sama untung.

PEMBELI tempe buatan sentra makanan yang terbuat dari kedelai ini di Kampung Citeureup, Bogor atau populer dengan sebutan Blok Tempe, beragam. Ada pedagang sayur hingga ibu-ibu rumahtangga

Rahman, salah satu perajin tempe di Blok Tempe yang memproduksi 1,5 kuintal tempe sehari, contohnya, biasa menjual tempenya ke pedagang, baik yang mangkal di pasar maupun yang berkeliling kampung.

Tiap hari, ada sekitar 60 pedagang yang memesan tempe buatan Rahman. Rata-rata membeli tempe senilai Rp 25.000 per orang. Tapi, ada juga permintaan yang datang dari pengusaha katering dengan nilai Rp 400.000 sampai Rp 700.000 dalam sekali pemesanan.

Tak hanya pedagang diwilayah Citeureup yang menjadi langganan Rahman, pedagang dari daerah Wanaherang, Gunung Puteri juga datang. Karena sebagian besar pembeli adalah pedagang, Rahman harus bangun larut malam sebelum pukul tiga dinihari. Sebab, setelah jam itu, biasanya para pedagang tidak mau menerima tempe bikinannya lagi.

Dari hasil menjual 1,5 kuintal tempe, Rahman bisa meraup keuntungan bersih Rp 300.000 per hari.Jika Rahman lebih banyak menjual tempe ke pedagang, Ariani lebih suka menjual produknya langsung ke konsumen. "Untungnya lebih banyak," katanya yang saban hari mampu menjual 1,2 kuintal tempe di kiosnya di Pasar Citeureup.

Buktinya, ia bisa meraih keuntungan bersih sebanyak Rp 300.000 sehari. Untuk menambah pendapatannya, Ariani juga menjual berbagaimacam sayuran.

Sementara, Kadis, perajin tempe di Blok tempe lainnya, memilih menjual produknya ke pedagang sekaligus konsumen langsung. Sebanyak satu kuintal tempe di antaranya ia lego ke pedagang.

Hargajual tempe produksi perajin di Blok Tempe hampir sama. Untuk ukuran kecil dengan panjang kurang , dari 15 cra, harganya Rp 1.000. Sedangkan, dengan panjang 50 cm dijual dengan harga Rp 6.000.

Ongkos produksi tempe juga kesedot untuk bahan bakar. Untuk bahan bakar pembuatan tempe, para perajin kebanyakan menggunakan kayu kering sisa proyek seharga Rp 300.000 per bak truk. Adapun, harga bahan bakar pembuatan tahu adalah kayu basah Rp 150.000 per bak truk.

Tapi, para perajin lebih suka memproduksi tempe dibandingkan tahu. Selainmemberi keuntungan yang lebih besar, tenaga kena yang dibutuhkan untuk membuat tempe juga lebih sedikit

Untuk bahan baku kedelai, hampir seluruh perajin di Blok Tempe menggunakan kedelai impor. Selain dari Amerika Serikat, mereka juga mendapat pasokan kedelai impor dari India dan Thailand. Soalnya, "Kalau kedelai lokal kurang bagus untuk tempe," ujar Kadis.

Kedelai lokal, Kadis mengungkapkan, hanya bagus untuk bahan baku pembuatan tahu.
Kedelai impor yang memiliki bentuk byi yang lebih besar ketimbang kedelai lokal juga mudah didapat. Perajin membeli bahan baku pembuatan tempe itu dari pemasok yang letaknya tak jauh dari tempat usaha mereka di Kampung Citeureup, Bogor.

Sumber : Harian Kontan
Dharmesta

Entri Populer