>>>>>>>>Menjaring Pembeli dari Inacraft 2011
Peserta Inacraft 2011 kebanjiran pesanan dari dalam dan luar negeri
INTERNATIONAL Handicraft Trade (Inacraft) 2011 yang usai Minggu (24/4) lalu membawa berkah bagi peserta pameran. Walau harus membayar sewa gerai yang mahal, sebagian mereka mengaku mendapat pesanan besar baik dalam maupun luar negeri.
Ihwan, pengrajin bambu, rotan dan ketak dari Dusun Nyanggi, Motong Gamang, Lombok Tengah mengaku menerima pesanan dari empat pembeli besar dari Singapura, Filipina, Malaysia, dan Amerika Serikat. "Mereka minta dipaketkan lima hingga sepuluh produk untuk dijadikan contoh di negaranya," kata Da wan yang mempunyai perusahaan bernama Toker Goneng.
Pesanan dari lokal juga mengalir. Ia mendapat pesanan besar buyer asal Kemang, Jakarta Selatan. Pembeli ini akan memakai produk kerajinannya untuk mengisi furnitur hotel miliknya.
Produk kerajinan Ihwan yang banyak diincar adalah koper bambu, tempat buah, hingga bakul nasi. Meningkatnya pesanan kerajinan akan membantu ekonomi pengrajin Lombok Tengah, terutama Kecamatan Janapri-ya dan Kopang yang merupakan daerah asal Ihwan.
Pasalnya, selain membuat sendiri, Ihwan juga mengumpulkan kerajinan dari 1.300 perajin di daerahnya. Karena sudah kerap mengikuti pameran Inacraft, Ihwan mendapatkan pesanan rutin bakul nasi bambu dari seorang pembeli dari Jepang.
Dari sembilan pameran yang sudah Ihwan ikuti, dia juga pernah mendapat pesan-an 7.000 kerajinan bambu selama tiga bulan dari Jerman. Sayangnya, belakangan si pembeli membatalkan pesanan karena perajin hanya mampu menghasilkan 1.000 kerajinan dalam satu bulan.
Walau omzet yang didapat hanya Rp 25 juta dari Inacraft tahun ini, Ihwan tidak kapok. "Saya akan membuat produk yang unik agar dilirik pembeli," kata optimistis.
Tiga perajin lain juga mengisahkan kesuksesan sama, seperti halnya Ihwan. Mereka adalah Wayan Surat, pelukis khas Bali di Gianyar, Bali. Lalu, Endro Pranowo, pemilik Gendhis, usaha kerajinan tangan dari bahan alami, serta Rosi Abisan, pemiliki TaHjiwo Art yang membuat kerajinan dari tembaga, kuningan, dan aluminium.
"Inacraft memang bisa menjadi tempat jualan bagus," kata Wayan. Wayan berhasil mendapat pesanan dari pelanggan baru asal Singapura, Malaysia, China, Korea, dan Jepang. Para pemesan itu tertarik dengan lukisan tradisi Bali buatan Wayan. Bahkan, mereka juga sudah membeli lukisan untuk contoh.
Yang juga membuat Wayang tersenyum lebar, para pembeli tersebut tidak banyak tawar-menawar harga. Dalam pameran tersebut, Wayan mampu melego lukisan seharga Rp 15 juta.
Omzet meroket
Dengan penjualan itu, Wayan yang sudah mengikuti Inacraft sebanyak 10 kali mengaku mampu meraup omzet hingga dua kali lipat dibandingkan dengan pameran di 2010. "Pendapatannya tahun ini sampai Rp 200 juta," ujar-nya bangga
Endro Pranowo juga bisa tersenyum manis. Sejak tahun 2002, Endro dengan Gendhis-nya ikut Inacraft. "Pembeli dari luar negeri dan dalam negeri akan bekerjasama setelah pameran ini," katanya.
Omzet yang tinggi juga dirasakan Endro. Selama lima hari pameran, Endro mendapat omzet hingga Rp 130 juta. Ini dua kali lipat dibandingkan omzetnya di Inacraft tahun sebelumnya. Oleh karena itu,ia tak segan menyebut Inacraft sebagai media promosi bagus guna mencari pembeli berskala besar.
Taujiwo Art, perajin tembaga, kuningan, aluminium menjadi batkup, wastafel, lampu gantung, dan bros juga mendapat pesanan dari dalam dan luar negeri. "Kalau ada kesempatan saya ingin ikut lagi. Biar produk saya bisa dikenal banyak orang," kata Rosi, pemilik Talyiwo.
Inacraft adalah gelaran kerajinan tangan terbesar se-Indonesia Pameran ini dipadati 1.800 peserta dengan 1.222 gerai.Tahun ini, jumlah pengunjung naik 2,5% dibanding tahun lalu. "Ada 164.000 pengunjung," kata Presiden Direktur Mediatama Binakreasi Bramantyo W.
Sumber : Harian Kontan
Peserta Inacraft 2011 kebanjiran pesanan dari dalam dan luar negeri
INTERNATIONAL Handicraft Trade (Inacraft) 2011 yang usai Minggu (24/4) lalu membawa berkah bagi peserta pameran. Walau harus membayar sewa gerai yang mahal, sebagian mereka mengaku mendapat pesanan besar baik dalam maupun luar negeri.
Ihwan, pengrajin bambu, rotan dan ketak dari Dusun Nyanggi, Motong Gamang, Lombok Tengah mengaku menerima pesanan dari empat pembeli besar dari Singapura, Filipina, Malaysia, dan Amerika Serikat. "Mereka minta dipaketkan lima hingga sepuluh produk untuk dijadikan contoh di negaranya," kata Da wan yang mempunyai perusahaan bernama Toker Goneng.
Pesanan dari lokal juga mengalir. Ia mendapat pesanan besar buyer asal Kemang, Jakarta Selatan. Pembeli ini akan memakai produk kerajinannya untuk mengisi furnitur hotel miliknya.
Produk kerajinan Ihwan yang banyak diincar adalah koper bambu, tempat buah, hingga bakul nasi. Meningkatnya pesanan kerajinan akan membantu ekonomi pengrajin Lombok Tengah, terutama Kecamatan Janapri-ya dan Kopang yang merupakan daerah asal Ihwan.
Pasalnya, selain membuat sendiri, Ihwan juga mengumpulkan kerajinan dari 1.300 perajin di daerahnya. Karena sudah kerap mengikuti pameran Inacraft, Ihwan mendapatkan pesanan rutin bakul nasi bambu dari seorang pembeli dari Jepang.
Dari sembilan pameran yang sudah Ihwan ikuti, dia juga pernah mendapat pesan-an 7.000 kerajinan bambu selama tiga bulan dari Jerman. Sayangnya, belakangan si pembeli membatalkan pesanan karena perajin hanya mampu menghasilkan 1.000 kerajinan dalam satu bulan.
Walau omzet yang didapat hanya Rp 25 juta dari Inacraft tahun ini, Ihwan tidak kapok. "Saya akan membuat produk yang unik agar dilirik pembeli," kata optimistis.
Tiga perajin lain juga mengisahkan kesuksesan sama, seperti halnya Ihwan. Mereka adalah Wayan Surat, pelukis khas Bali di Gianyar, Bali. Lalu, Endro Pranowo, pemilik Gendhis, usaha kerajinan tangan dari bahan alami, serta Rosi Abisan, pemiliki TaHjiwo Art yang membuat kerajinan dari tembaga, kuningan, dan aluminium.
"Inacraft memang bisa menjadi tempat jualan bagus," kata Wayan. Wayan berhasil mendapat pesanan dari pelanggan baru asal Singapura, Malaysia, China, Korea, dan Jepang. Para pemesan itu tertarik dengan lukisan tradisi Bali buatan Wayan. Bahkan, mereka juga sudah membeli lukisan untuk contoh.
Yang juga membuat Wayang tersenyum lebar, para pembeli tersebut tidak banyak tawar-menawar harga. Dalam pameran tersebut, Wayan mampu melego lukisan seharga Rp 15 juta.
Omzet meroket
Dengan penjualan itu, Wayan yang sudah mengikuti Inacraft sebanyak 10 kali mengaku mampu meraup omzet hingga dua kali lipat dibandingkan dengan pameran di 2010. "Pendapatannya tahun ini sampai Rp 200 juta," ujar-nya bangga
Endro Pranowo juga bisa tersenyum manis. Sejak tahun 2002, Endro dengan Gendhis-nya ikut Inacraft. "Pembeli dari luar negeri dan dalam negeri akan bekerjasama setelah pameran ini," katanya.
Omzet yang tinggi juga dirasakan Endro. Selama lima hari pameran, Endro mendapat omzet hingga Rp 130 juta. Ini dua kali lipat dibandingkan omzetnya di Inacraft tahun sebelumnya. Oleh karena itu,ia tak segan menyebut Inacraft sebagai media promosi bagus guna mencari pembeli berskala besar.
Taujiwo Art, perajin tembaga, kuningan, aluminium menjadi batkup, wastafel, lampu gantung, dan bros juga mendapat pesanan dari dalam dan luar negeri. "Kalau ada kesempatan saya ingin ikut lagi. Biar produk saya bisa dikenal banyak orang," kata Rosi, pemilik Talyiwo.
Inacraft adalah gelaran kerajinan tangan terbesar se-Indonesia Pameran ini dipadati 1.800 peserta dengan 1.222 gerai.Tahun ini, jumlah pengunjung naik 2,5% dibanding tahun lalu. "Ada 164.000 pengunjung," kata Presiden Direktur Mediatama Binakreasi Bramantyo W.
Sumber : Harian Kontan
Gloria Natalia