20/09/2011
Jaga Stok Bahari Baku agar Laba Tidak Layu
Dengan harga jual cuma Rp 28.000-Rp 29.000 per kilogram (kg), perajin hanya bisa memetik laba Rp 4.000 per kg. Namun keuntungan yang tak seberapa itu bakal terkikis habis bila perajin tak pandai-pandai menyediakan stok bahan baku di saat paceklik biji melinjo.
MENJADI perajin emping melinjo merupakan pekeria-an sambilan yang bisa menjadi tumpuan penghasilan bagi warga di Dukuh Metukan, Desa Kuncen, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dan kebanyakan perajin emping melinjo itu adalah ibu rumah tangga
Di sana, para ibu rumah tangga mengolah biji melinjo menjadi emping seusai membantu sang suami menggarap sawah. Meski pekerjaan sambilan, ibu-ibu ini tampak serius menggarap emping melinjo. Lihat saja,, agar pekerjaan lebih fokus, mereka sengaja mendirikan bilik kecil dari bambu sebagai "pabrik" pengolahan melinjo.
Seperti yang dilakukan Tri Wuilestari. Perajin emping melinjo asal Kuncen ini membuat bilik persis di sebelah rumahnya. Tujuan Tri membuat bilik agar lebih konsentrasi dalam memproduksi emping. "Kalau ada tempat sendiri, kami juga bisa lebih fokus bekerja," terang Tri.
Dengan modal Rp 1 juta, Tri membangun bilik sederhana itu. Di bilik itulah Tri memproduksi emping dibantu beberapa pekerja yang masih tetangganya sendiri.
Nah, agar keija mereka lebih efektif, Tri pun membuat pembagian tugas, yakni ada pekeria yang khusus mengupas kulit melinjo, menyangrai melinjo, hingga menggeprak hasil sangraian melinjo itu menjadi emping.
Untuk memproduksi emping melinjo terbilang sederhana- Bui melinjo harus disangrai terlebih dahulu dengan menggunakan pasir agar kulit annya terkelupas. Setelah itu, byi melinjo dibentuk menjadi emping dengan cara digeprak hingga pipih. "Mengepreknya butuh alat bantu," kata Inuk Saminem yang juga perajinemping melinjo di Kuncen.
Alat bantu mengeprek bui melinjo itu terbuat dari besi berbentuk alu yang beratnya 3 kilogram (kg)- 3,5 kg.Setelah bgi melinjo digeprak, selanjutnya di jemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Setelah itu baru dikemas dalam plastik dan dipasarkan.
Ketekunan perajin membuat emping melinjo itu sempat dilirik pemerintah. Sebagian perajin pernah mencicipi bantuan pemerintah berupa kompor, wajan serta anyaman bambu berbentuk kotak berukuran 1 meter 2. "Bantuan modal yang belum ada," ungkap Tri.
Sama dengan bisnis lainnya, perajin emping melinjo juga mengalami masa susah. Terutama saat pasokan byi melinjo menipissehingga membuat harga bahan baku membumbung. Agar tetap bisa produksi, biasanya perajin harus selalu siap dengan stok bahan baku. Kalau tidak punya stok, perajin tentu harus keluar ongkos lebih besar untuk membeli byi melinjo.
Padahal harga emping melinjo cuma Rp 28.000-Rp 29.000 per kg. Setelah dikurangi ongkos produksi, perajin biasanya mengantongi laba bersih sebesar Rp 4.000 per kg.Namun saat harga byi melinjo melejit, keuntungan yang diperoleh perajin menipis. Bahkan, sebagian perajin pernah merugi karena biaya produksi tak sepadan dengan hargajual. "Kami sulit naikan harga karena pembeli sudah langganan," ujar Tri.
Sumber: Harian Kontan
Handoyo (Klaten)
Dengan harga jual cuma Rp 28.000-Rp 29.000 per kilogram (kg), perajin hanya bisa memetik laba Rp 4.000 per kg. Namun keuntungan yang tak seberapa itu bakal terkikis habis bila perajin tak pandai-pandai menyediakan stok bahan baku di saat paceklik biji melinjo.
MENJADI perajin emping melinjo merupakan pekeria-an sambilan yang bisa menjadi tumpuan penghasilan bagi warga di Dukuh Metukan, Desa Kuncen, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dan kebanyakan perajin emping melinjo itu adalah ibu rumah tangga
Di sana, para ibu rumah tangga mengolah biji melinjo menjadi emping seusai membantu sang suami menggarap sawah. Meski pekerjaan sambilan, ibu-ibu ini tampak serius menggarap emping melinjo. Lihat saja,, agar pekerjaan lebih fokus, mereka sengaja mendirikan bilik kecil dari bambu sebagai "pabrik" pengolahan melinjo.
Seperti yang dilakukan Tri Wuilestari. Perajin emping melinjo asal Kuncen ini membuat bilik persis di sebelah rumahnya. Tujuan Tri membuat bilik agar lebih konsentrasi dalam memproduksi emping. "Kalau ada tempat sendiri, kami juga bisa lebih fokus bekerja," terang Tri.
Dengan modal Rp 1 juta, Tri membangun bilik sederhana itu. Di bilik itulah Tri memproduksi emping dibantu beberapa pekerja yang masih tetangganya sendiri.
Nah, agar keija mereka lebih efektif, Tri pun membuat pembagian tugas, yakni ada pekeria yang khusus mengupas kulit melinjo, menyangrai melinjo, hingga menggeprak hasil sangraian melinjo itu menjadi emping.
Untuk memproduksi emping melinjo terbilang sederhana- Bui melinjo harus disangrai terlebih dahulu dengan menggunakan pasir agar kulit annya terkelupas. Setelah itu, byi melinjo dibentuk menjadi emping dengan cara digeprak hingga pipih. "Mengepreknya butuh alat bantu," kata Inuk Saminem yang juga perajinemping melinjo di Kuncen.
Alat bantu mengeprek bui melinjo itu terbuat dari besi berbentuk alu yang beratnya 3 kilogram (kg)- 3,5 kg.Setelah bgi melinjo digeprak, selanjutnya di jemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Setelah itu baru dikemas dalam plastik dan dipasarkan.
Ketekunan perajin membuat emping melinjo itu sempat dilirik pemerintah. Sebagian perajin pernah mencicipi bantuan pemerintah berupa kompor, wajan serta anyaman bambu berbentuk kotak berukuran 1 meter 2. "Bantuan modal yang belum ada," ungkap Tri.
Sama dengan bisnis lainnya, perajin emping melinjo juga mengalami masa susah. Terutama saat pasokan byi melinjo menipissehingga membuat harga bahan baku membumbung. Agar tetap bisa produksi, biasanya perajin harus selalu siap dengan stok bahan baku. Kalau tidak punya stok, perajin tentu harus keluar ongkos lebih besar untuk membeli byi melinjo.
Padahal harga emping melinjo cuma Rp 28.000-Rp 29.000 per kg. Setelah dikurangi ongkos produksi, perajin biasanya mengantongi laba bersih sebesar Rp 4.000 per kg.Namun saat harga byi melinjo melejit, keuntungan yang diperoleh perajin menipis. Bahkan, sebagian perajin pernah merugi karena biaya produksi tak sepadan dengan hargajual. "Kami sulit naikan harga karena pembeli sudah langganan," ujar Tri.
Sumber: Harian Kontan
Handoyo (Klaten)