" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Meraup Untung dari Film Daur Ulang

Meraup Untung dari Film Daur Ulang

07/23/2011
Meraup Untung dari Film Daur Ulang

Banyak film daur ulang, alias remake, kini diproduksi. Apakah produser dan sineas sudah kehabisan ide untuk membuat sebuah film dengan tema dan ide yang baru serta orisinal?

FILM-FILM lawas yang sudah didaur ulang tampaknya acap mengisi layu bioskop saat ini. Setelah film Badai Pasti Berlalu, ada Nagabonar Indi 2, juga Ramadhan dan Rnmona. ini. film Si Doel Aimk Sekolah  lovie, dan beberapa lainnya juga sedang dipersiapkan.

Film remake ateu sekuel dari kisoh film masa lalu sebenarnya memiliki nilai kesuksesan tinggi. Orang yang menonton film daur ulang bis.i {adi karena penasaran akan hasil jadi film baru dengan ceritanya atau film * dengan cerita yang benar-benar baru, tapi memiliki background cerita lama.

"Ini yang menjadikan banyak orang beranggapan film mtutke lebih mempunyai jaminan kesuksesan ketimbang film yang benar-benar baru," kata pemerhati film Teguh Imam Sunadi. Baru-baru ini beberapa layar lebar juga menampilkan film Catatan Hanan si Boi/. Jumlah

pengunjungnya pun terbilang lumayan, meski sang produser dan sutradara mengatakan film mereka tersebut bukanlah film daur ulang. "Film Catatan Harian a Boi/ bukanlah remake, melainkan lebih ke regenerasi dari si Boy. Yang ingin saya angkat dari film ini lebih kepada esensi dan dampaknya," koto sang sutradara sekaligus priduser, Putrama Tuta.

Sebelumnya film sukses terdahulu, yakni Badai Pasti Berlalu yang fenomenal itu, juga diambil VstraJ Pictures untuk didaur ulang. Bahkan mereka mengakii tidak melakukan upaya perbaikan terhadap film karya Teguh Karya dan Arifin C Noer itu.

"Kami me-remake film ini bukan untuk memperbaiki filmyang terdahulu, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap karya tersebut," ungkap Teddy Soeriatmadja, sutradara film, kala itu.Menurut beberapa pengamat, apa pun alasan yang dilontarkan pelaku film tentang film rt-make-meski hanya mengambil ide cerita dari sebuah film yang pernah diproduksi-sebenarm a tetaplah film tersebut masuk golongan remake. "Ya, kalau mau bikin film baru, judulnya juga diganti saja," kata pemerhati film, Benny Benke.

Kehabisan ide?

Namun, benarkah film remake dijadikan pilihan karena sineas kehabisan ide, atau malas mencari ide baru agar film yang di-produksi mampu memenangi persaingan di pasar?

Hollywood, pusat industri film dunia, ternyata juga berulang kali melakukan hal yang sama. Bahkan sudah sejak dari era Marlon Brando, studio raksasa di sana sudah mengenal film remake.

Sebutlah film Munty on the Bounty yang cerita aslinya dibuat pada 135 dan kemudian dengan judul don cerita yang soma dibuat versi remake dengan sutradara Lewis Milestone dan dibintangi Marlon Brado pada 1962.

Hal itu terus bergulir hingga kini. Sebutlah film-film box office seperti The Oinen, Ocean Eleven, dan King Kong. Mereka juga melakukan daur ulang untuksejumlah film televisi menjadi film layar lebar, seperti Qwrhes Ingels, Starsky 6 Hutch, Shaft, i asi iii Space, Tin- Saint, atau Plane! oj the Apes.

Selain itu, mereka juga melakukan remake untuk naskah dari Eropa, seperti 77ic Assassins La Femmt Nikita), Diabolique ih-* Diabolique), City of \ngds, atau Scent of a Woman.

Kebanyakan film remake itu, tidak dimungkiri, sering menuai kritikan pedas dari para penonton, khususnya para tan versi orisinalnva. Namun, karena film remake selalu saja laris dan memperoleh jutaan dolor (padahal dibuat dengan bujet yang minim), tentu saja produser terus mengeksplorasi film-film apalagi yang kira-kira berpotensi untuk dihidupkan kembali ke layar lebar

Nostalgia

Meski demikian, tidak dapal dimungkiri bahwa alasan remake juga berangkat dari nostalgia. Kebanyakan dari mereka wing memutuskan untuk mem-buat film daur ulang punya tujuan mengangkat nostalgia film tersebut.

Formula tersebut juga dipakai pihak Hollywood pada film-film remakf mereka. Dengan kemasan yang lebih ngepop dan trendi, segmen anak muda bisa tergarap.

Bisa dibilang, film remake merupakan alat paling aman untuk menjaring penonton. Dengan melakukan formulasi baru pada jalan cerita, ditambah dengan menaruh bintang film yang lagi ngetop, dapat dipastikan film sukses di pasar.

Seperti yang terjadi pada re-wake Charlie Angels versi layar lebar. Dalam film layar lebar, para angels makin seksi jika dibandingkan dengan versi layar kacanya. Begitu pula dengan Dukes pada 77ft1 Dukes ofHazxird. Hanya, banyak juga yang menilai miring jenis film semacam ini. Seperti sudah sering terbukti, cerita film kurang sesuai dengan zamannya. 

Sumber : Media Indonesia
Eri Anugerah

Entri Populer