>>>Banting Setir untuk Kembangkan Kreativitas
Dengan mendirikan production house sendiri, membuatnya dapat lebih mengembangkan hobinya membuat film-film bergenre thriller.
Produser wanita di Indonesia saat ini masih sangat sedikit dan bisa dihitung dengan jari, Vera Lasut merupakan satu diantaranya. Wanita kelahiran 11 oktober 1982 ini, mengawali karirnya sebagai model, Presenter dan pemain film.
Vera yang pernah membintangi film alexandria (2005) dan kereta setan manggarai (2007) ini, memberanikan dirinya untuk menjajaki dunia film lebih dalam lagi, tidak sebagai pemain melainkan sebagai Film Maker (produser).
Melaui VL production sebuah rumah produksi miliknya, wanita cantik ini membuat film bergenre phsyco thriller, karir film nya berawal dari pertemuannya dengan rudi sudjarwo yang mempercayakan nya sebagai editor pada film 9 naga, tidak hanya Itu vera juga terlibat dalam pengerjaan film-film seperti Mati Suri, Setan Budeg dan Susuk Pocong.
Lulusan sarjana desain industri lulusan Victoria University, Wellington, Selandia Baru Ini memang lebih banyak mejalanl karirnya didunia film tanah airsebagai orang dibelakang layar (behind the scene), inilah yang membuat vera terpacu untuk membuat rumah produksi dan membuat film dengan karya sendiri.
VL production miliknya pun baru berdiri awal 2011 ini dan film The Perfect House merupakan debut pertamanya. Film yang ide ceritanya berasaldari sang produser ini, didasari pada kecintaannya pada film yg bergenre thriller, horor, dan sesuatu yang menegangkan dan mampu menyajikan suatu hiburanyang berbeda. Vera berharap film ini mampu mengharumkan nama bangsa dengan menampilkan sebuah film yang berkualitas.
Vera mempercayakan Affandi Abdul Rachma,n sebagai sutradara dan Alim Sudio sebagai penulis skenario pada film perdananya ini. Pemilihan keduanya dikatakan Vera bukannya tanpa alasan. Selain Fandi dan alin memiliki karakter film yang baik, keduanya juga ikut menggodok cerita The Perfect House ini.
Selalu Optimistis
Ia optimist jika film garapannya ini akan laku dipasaran. Menurutnya, film The Perfect House ini akan diterima oleh masyarakat, walaupun ia juga mengakui kalau semua pasti memiliki resiko. "Apapun jenis usaha yang kita geluti pasti memiliki resikonya sendiri, gak usah film bahkan tukang bakso aja pasti punya resiko sendiri," tukasnya.
Tapi ia juga sudah mengkalkulasi semua kemungkinannyanya sehingga ia berharap dapat meminimalisir segala resiko yang akan dihadapi. "Film merupakan produk seni hanya saja harus digarap dengan serius dan baik agar dapat diterima oleh masyarakat baik lokal maupun masyarakat international," imbuh vera.
Saat ditanya berapa modal yang dikucurkan untuk pembuatan film ini, wanita cantik ini enggan untuk menyebutkan nominalnya, vera hanya mengatakan kalau semuanyamasih standard dan masih dalam hitungan yang normal. Karena film ini bersifat indy jadi biaya yang dikeluarkan masih wajar dan memang film ini pada awalnya akan disertakan dalam festival festival international terlebih dulu baru nantinya akan di putar di indonesia.
Vera betrharap film ini dapat diterima oleh international market audience, saya ingin dunia international melihat film saya ini sebagai film yang berkualitas international sehingga film ini dapat dinilai sama dengan film film international lainnya.
Persaingan Industri Film
Menyikapi persaingan industri Film dewasa ini, Vera merasa bahwa film sebagai sebuah produk harus memiliki ciri khas sendiri, dan membuat film ini bisa dinikmati oleh masyarakat lokal maupun masyarakat international, dan yang terpenting baginya adalah bagaimana cara kita menyajikan produk kita ini agar dpt diterima dan dinikmati masyarakat, dan pada khirnya kita akan dapat melihat apa yang menjadi keinginan dan kebutuhaan market audience kita.
VL production akan terus menelurkan karya-karya berkualitas, bahkan saat ini Vera sedang mempersiapkan beberapa cerita hebat lainnya. Namun, saat ini masih dalam tahap penggodokan baik alur cerita dan kesiapan lainnya, (rangga)
Harian Ekonomi Neraca
Dengan mendirikan production house sendiri, membuatnya dapat lebih mengembangkan hobinya membuat film-film bergenre thriller.
Produser wanita di Indonesia saat ini masih sangat sedikit dan bisa dihitung dengan jari, Vera Lasut merupakan satu diantaranya. Wanita kelahiran 11 oktober 1982 ini, mengawali karirnya sebagai model, Presenter dan pemain film.
Vera yang pernah membintangi film alexandria (2005) dan kereta setan manggarai (2007) ini, memberanikan dirinya untuk menjajaki dunia film lebih dalam lagi, tidak sebagai pemain melainkan sebagai Film Maker (produser).
Melaui VL production sebuah rumah produksi miliknya, wanita cantik ini membuat film bergenre phsyco thriller, karir film nya berawal dari pertemuannya dengan rudi sudjarwo yang mempercayakan nya sebagai editor pada film 9 naga, tidak hanya Itu vera juga terlibat dalam pengerjaan film-film seperti Mati Suri, Setan Budeg dan Susuk Pocong.
Lulusan sarjana desain industri lulusan Victoria University, Wellington, Selandia Baru Ini memang lebih banyak mejalanl karirnya didunia film tanah airsebagai orang dibelakang layar (behind the scene), inilah yang membuat vera terpacu untuk membuat rumah produksi dan membuat film dengan karya sendiri.
VL production miliknya pun baru berdiri awal 2011 ini dan film The Perfect House merupakan debut pertamanya. Film yang ide ceritanya berasaldari sang produser ini, didasari pada kecintaannya pada film yg bergenre thriller, horor, dan sesuatu yang menegangkan dan mampu menyajikan suatu hiburanyang berbeda. Vera berharap film ini mampu mengharumkan nama bangsa dengan menampilkan sebuah film yang berkualitas.
Vera mempercayakan Affandi Abdul Rachma,n sebagai sutradara dan Alim Sudio sebagai penulis skenario pada film perdananya ini. Pemilihan keduanya dikatakan Vera bukannya tanpa alasan. Selain Fandi dan alin memiliki karakter film yang baik, keduanya juga ikut menggodok cerita The Perfect House ini.
Selalu Optimistis
Ia optimist jika film garapannya ini akan laku dipasaran. Menurutnya, film The Perfect House ini akan diterima oleh masyarakat, walaupun ia juga mengakui kalau semua pasti memiliki resiko. "Apapun jenis usaha yang kita geluti pasti memiliki resikonya sendiri, gak usah film bahkan tukang bakso aja pasti punya resiko sendiri," tukasnya.
Tapi ia juga sudah mengkalkulasi semua kemungkinannyanya sehingga ia berharap dapat meminimalisir segala resiko yang akan dihadapi. "Film merupakan produk seni hanya saja harus digarap dengan serius dan baik agar dapat diterima oleh masyarakat baik lokal maupun masyarakat international," imbuh vera.
Saat ditanya berapa modal yang dikucurkan untuk pembuatan film ini, wanita cantik ini enggan untuk menyebutkan nominalnya, vera hanya mengatakan kalau semuanyamasih standard dan masih dalam hitungan yang normal. Karena film ini bersifat indy jadi biaya yang dikeluarkan masih wajar dan memang film ini pada awalnya akan disertakan dalam festival festival international terlebih dulu baru nantinya akan di putar di indonesia.
Vera betrharap film ini dapat diterima oleh international market audience, saya ingin dunia international melihat film saya ini sebagai film yang berkualitas international sehingga film ini dapat dinilai sama dengan film film international lainnya.
Persaingan Industri Film
Menyikapi persaingan industri Film dewasa ini, Vera merasa bahwa film sebagai sebuah produk harus memiliki ciri khas sendiri, dan membuat film ini bisa dinikmati oleh masyarakat lokal maupun masyarakat international, dan yang terpenting baginya adalah bagaimana cara kita menyajikan produk kita ini agar dpt diterima dan dinikmati masyarakat, dan pada khirnya kita akan dapat melihat apa yang menjadi keinginan dan kebutuhaan market audience kita.
VL production akan terus menelurkan karya-karya berkualitas, bahkan saat ini Vera sedang mempersiapkan beberapa cerita hebat lainnya. Namun, saat ini masih dalam tahap penggodokan baik alur cerita dan kesiapan lainnya, (rangga)
Harian Ekonomi Neraca