" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Majukan Potensi Khas UKM Daerah

PENCIPTAAN produk unggulan dan bersaing di setiap daerah akan bermuara pada pengurangan kemiskinan. Karena itu, pemerintah akan terus mengembangkan potensi khas usaha kecil dan menengah (UKM) di daerah dengan menggalakkan program Satu Desa Satu Produk atau One Village One Product (OVOP).

Menteri Koperasi dan UKM Syariefuddin Hasan mengatakan hal itu saat mencanangkan salah satu produk kuliner khas Kota Bengkulu, yakni jeruk kalamansi sebagai model perdana dari program OVOP di Bengkulu, kemarin.

"Kami mengajak para stakeholder di setiap daerah untuk mendorong one village one product," jelas Syarief. Program tersebut mulai tahun ini intensif digulirkan ke seluruh Tanah Air. Menurutnya, pengembangan OVOP diharapkan dapat memberikan tiga keuntungan bagi masyarakat. Pertama, produkberkualitas dan berdaya saing. Kedua, menimbulkan kreativitas dan inovasi, dan ketiga, meningkatkan sumber daya manusia.

"Karena itu, pemerintah mengapresiasi inovasi koperasi dan kalangan usaha di Bengkulu melalui pengembangan produk sirup jeruk kalamansi ini," sambung Syarief. Ia mengingatkan program OVOP adalah salah satu dari program andalan Kemenkop dan UKM selain kredit usaharakyat (KUR) untuk memberdayakan rakyat kecil dan mengatasi kemiskinan.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan hasil dari pengembangan budi daya 15 ribu bibit jeruk kalamansi nantinya akan dipasarkan ke masyarakat melalui koordinasi koperasi wanita Kota Bengkulu. Menurut Junaidi, potensi bisnis dari budi daya jeruk cukup menggiurkan. "Keuntungannya sekitar Rpl2 juta untuklahan 5.000 meter."

Sementara itu, terkait KUR, Syarief mengatakan tahun ini pemerintah berkomitmen meningkatkan plafon KUR dari Rpl7 triliun menjadi Rp20 triliun. Ia juga menjanjikan, pada tahun ini BPD Bengkulu akan menjadi salah satu bank penyalur KUR.

Di Bengkulu, dana KUR yang sudah disei ap sebesar Rp212 miliar dari plafon Rp253,6 miliar yang dinikmati 29.003 orang.

INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/

Modal Rp 55 Juta, Miliki Bisnis Kebab Turki Ala Baba Rafi ( UKM JITU )

Berawal saat Hendy Setiono pergi ke Timur Tengah dan menemui banyak penjual makanan khas Turki, yaitu kebab, ia memperoleh ide untuk mengembangkan usaha Kebab Turki di Indonesia.

Usaha ini dimulai pada 2003 dengan membuka outlet pertamanya di Surabaya. Modal awal yang dikeluarkan oleh Hendy saat itu sebesar Rp 4 juta yang ia gunakan untuk membeli gerobak (counter) dan peralatan lainnya seperti kompor dan penggorengan.

Kendala di awal usaha diakui oleh Hendy terletak pada sulitnya menjaga kualitas (standar) daging sapinya karena masih memproduksi sendiri.Kini, bekerjasama dengan PT Belfoods Indonesia, Hendy tak perlu kuatir dengan produksi daging untuk kebab, karena sudah ditangani oleh ahlinya. Sebab PT Belfoods Indonesia telah memenuhi standar yang telah dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat-obatan dan makanan (BPOM) dan memiliki sertifikat MUI.

Untuk mendistribusikan daging yang telah diproduksi oleh PT Belfoods Indonesia, Hendy mendirikan sebuah warehouse yang ia bangun di kota-kota besar, seperti Surabaya, Malang, dan Semarang.

Melalui warehouse inilah kemudian daging yang dibutuhkan didistribusikan lagi ke outlet-outlet yang tersebar di sekitarnya. Pengiriman daging ini dilakukan seminggu dua kali atau tergantung kebutuhan. "Kita sekarang fokus ke penjualan, untuk produksi dagingnya yang higienis dan sehat saya serahkan pada ahlinya," ungkap Hendy.

Mengenai kebutuhan daging sapi, Hendy mengungkapkan bahwa dalam sehari ia bisa menghabiskan sebanyak 1 ton daging sapi atau setara dengan 7 ekor sapi. Dengan adanya target dibuka sebanyak 1.001 outlet di 2011 ini, maka diperkirakan akan mengahbiskan 3 ton daging sapi/hari.

Untuk menjalankan seluruh outlet Kebab Turki Baba Rafi, sudah terserap sebanyak 1.200 tenaga kerja. Bisa dibayangkan usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan dan membawa banyak manfaat untuk menambah lapangan pekerjaan.

Menu andalan Kebab Turki Baba Rafi adalah kebab yang dijual dengan harga Rp 12.000. Selain itu juga ada menu hotdog seharga Rp 10.000, beef burger Rp 9.500, dan menu lainnya. Untuk mengembangkan usahanya, sejak 2005 usaha Kebab Turki Baba Rafi dikelola secara Waralaba (franchise). Hingga 2011 ini, sudah resmi dibuka sebanyak 650 outlet. Namun, untuk daftar tunggunya sudah mencapai angka 750 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Saya berharap hingga akhir 2011 ini sudah dibuka 1.001 outlet. Karena saya ingin mengenalkan kebab ke seluruh masyarakat Indonesia hingga ke wilayah kabupaten/kota. Selama ini kan makanan asing yang dikenal masyarakat hanya hotdog atau burger," imbuhnya.

Ternyata kesuksesan Kebab Turki Baba Rafi tidak hanya di Indonesia. Hendy telah menandatangani MoU dengan Filipina untuk membuka cabang di sana."Tahun 2011 ini realisasinya. Targetnya tahun ini bisa membuka 10 outlet dulu dan diharapkan bertambah setiap tahunnya," papar Hendy.

Usaha ini membuka peluang yang sangat luas. Jika Anda ingin mendulang kesuksesan yang sama, Kebab Turki Baba Rafi membuka kesempatan yang lebar.Dengan modal awal Rp 55 juta, Anda akan mendapatkan 1 set lengkap yang terdiri dari counter dan peralatan lainnya (misal penggorengan dan alat pemanggang daging), karyawan yang sudah dilatih, dibantu mencari lokasi usaha, masa kerja selama 5 tahun, manual book (SOP), paket promosi (misal banner, neon box), dan lain-lain. Hendy mengungkapkan bahwa dalam jangka waktu 18 bulan sudah bisa balik modal.

"Omzet 1 outlet biasanya sekitar Rp 10-Rp 15 juta per bulan, bahkan ada yang mencapai Rp 60 juta, tergantung dari lokasi usahanya. Usaha ini sangat prospektif untuk dikembangkan karena semakin lama makanan kebab banyak dikenal masyarakat," pungkasnya.

INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/

Sekolah Islam Melangkah Bersama Mencetak Santri dan Wirausahawan Sosial

Sebagian sekolah Islam sudah menjalankan kewirausahaan, tapi sifatnya kebanyakan bisnis murni. Kewirausahaan sosial mengajak mereka untuk mengembangkan bisnis tersebut untuk membawamanfaat sosial seluas-luasnya melalui pemberdayaan masyarakat.

Murid-murid Sekolah Islam Terpadu Al Furqon, Palembang, kini menjadi pelit jajan. Setelah mengenal konsep kewirausahaan, mereka lebih menghargai uang. Mereka bahkan sudah menggelar Business Day. Dengan modal sebagian besar dari orang tua mereka, para santri berjualan kaus, alat tulis, makanan, dan lain-lainnya. Untuk murid yang mondok, pengurus Al Furqon memodali mereka membuat kolam ikan yang hasilnya antara lain dijual juga pada hari itu. "Keuntungan mereka dipotong zakat 2,5 persen," kata Ashar, pengajar di Al Furqon.

Selain Business Day. murid-murid Al Furqon juga berencana membuka layanan cuci motor setiap han Jumat. Semua kegiatan tersebut dimaksudkan agar mereka makin memiliki kecakapan wirausaha. Al Fuqon selama ini sudah memiliki koperasi simpan pinjam yang antara lain terlibat dalam pengadaan buku ajar dan membenkan kredit bagi guru-guru yang ingin memiliki motor atau komputer. Menurut Ashar, sekolahnya akan mengundang para orang tua, pengusaha, dan pihak-pihak terkait berkumpul dan mendiskusikan bagaimana kewirausahaan bisa masuk sebagai muatan lokal di kurikulum. "Sekarang terbalik, kegiatan sudah ada sementara kunkulumnya malah belum," ujar Ashar, yang sempat mengikuti pelatihan kewirausahaan sosial di Pesantren Ali Maksum. Krapyak, Yogyakarta, Oktober 2010 yang lalu.

Pelatihan kewirausahaan sosial yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia juga menumbuhkan semangat pada Untung Supnyadi. guru Pendidikan Kewarganegaraan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3, Palembang. "Saya terpikir untuk membuka minimarket di sekolah ini, kebetulan ada bank yang bersedia mengucurkan kredit usaha." kata Untung yang juga menjabat ketua koperasi di sekolahnya Menurut Untung, setelah mendapatkan strategi mengembangkan kewirausahaan sosial dalam pelatihan, banyak ide usaha yang muncul di benaknya dan rekan-rekannya. "Selanjutnya tergantung kebijakan sekolah, mau sejauh mana ide im bisa dijalankan," kata Untung.

Boleh jadi, ide Untung akan menggelinding mulus. MAN 3 Palembang tergolong sekolah yang maju dalam kewirausahaan. Sekolah ini memiliki koperasi guru dan siswa, gedung pertemuan, bahkan hotel.

Tak hanya mencetak guru agama. MAN 3 Palembang juga menyelenggarakan pendidikan ketrampilan las listrik, tata busana, dan elektro.

Menilik MAN 3 dan SIT Al Furqon di Palembang, terlihat sebetulnya bahwa beberapa sekolah Islam sudah menjalankan kewirausahaan. Hanya saja, sebagian besar dan usaha itu belum bisa disebut kewirausahaan sosial karena masih ditujukan untuk kepentingan sendin. Sementara itu, bila ada kegiatan sosial sifatnya mumi amal. Padahal, kewirausahaan sosial-sebuah gelombang baru kewirausahaan di seluruh dunia-selain menerapkan prinsip perniagaan yang adil juga sangat menekankan kepada pemberdayaan masyarakat sekitar

Pesantren Wirausaha Agrobisnis di Jawa Timur, misalnya, bisa disebut sebagai salah satu sekolah Islam yang sudah berhasil menjalankan kewirausahaan sosial. Sekolah ini menerapkan pengembangan ternak dengan sistem bagi hasil dengan warga di desa pesantren itu berlokasi Pesantren yang menampung santri dan kalangan kurang berada ini tak sekadar menyerahkan hewan ternak untuk dipelihara petani, tapi juga memberikan saran pemeliharaan ternak, menyediakan sarana kesehatan ternak, dan membimbing petani untuk hal-hal seputar pertanian.

Pnnsip mengedepankan kemaslahatan bersama yang sejalan dengan nilai-nilai Islam itulah yang dikampanyekan dalam pelatihan kewirausahaan sosial yang diadakan British Council di beberapa kota di Indonesia selama Agustus 2010 sampai Februari 2011. Pelatihan ini merupakan rangkaian dan ISSN {Islamic School Support Nettcork), program bersama Bntish Council, Kemenlenan Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, dan ormas-ormas Islam Tujuannya tak lain mendukung pengembangan kualitas sekolah Islam.

Menurut Fajar Anugerah, Program Manager Bntish Council Indonesia, ide kewirausahaan sosial disambut baik oleh sekolah-sekolah Islam. "Para peserta sepakat bahwa ada kecocokan antara nilai Islam dan pnnsip kewirausahaan sosial." kata Fajar

Metode yang dipakai selama pelatihan adalah presentasi dan diskusi, kegiatankelompok, berbagi sesama peserta, dan kunjungan ke lokasi kewirausahaan sosial setempat. Sementara itu, para pembicara memberikan seputar tiga hal pokok, yaitu bagaimana cara mendirikan kewirausahaan sosial, manajemen kewirausahaan sosial yang modem, dan bagaimana melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan kewirausahaan sosial Guru-guru yang sudah beroleh pelatihan nantinya diharapkan membagi ilmu dan pengetahuan yang sudah diperolehnya di sekolah mereka masing-masing dan sekolah-sekolah lain di sekitarnya.

Pelatihan untuk trainer dibagi ke dalam kelas Advance dan Basic Peserta kelas Advance adalah sekolah-sekolah yang pernah mengikuti kegiatan ISSN tahun sebelumnya, sehingga diasumsikan sudah mengenal pnnsip dasar kewirausahaan sosial, mempunyai usaha semacam ini di sekolah mereka, dan sudah memiliki nilai dan target yang jelas. Sementara untuk peserta kelas Basic. diasumsikan mereka baru saja mendengar tentang kewirausahaan sosial, ingin membuatnya tapi belum tahu mesti menghubungi siapa dan bagaimana melibatkannya. Pelatihan yang diadakan di MAN 3 Palembang pada akhir tahun lalu, misalnya, masuk ke dalam kelas Bone

Ashar, yang sempat mengikuti kelas Advance di Yogya dan jadi pengamat kelas Basic di Palembang, menyatakan bahwa di Pulau Jawa lingkungan lebih mendukung tumbuhnya kewirausahaan sosial karena banyaknya sumber daya dan mitra Meskipun demikian, pelatihan di kotanya sangat disyukun pengajar di Al Furqon ini karena para guru sekolah Islam di Sumatra Selatan dapat belajar ide-ide baru kewirausahaan, khususnya kewirausahaan sosial. Mengenai problem modal yang diutarakan sebagian rekannya, Ashar menyampaikan bahwa. "Yang kami butuhkan sebetulnya adalah pelatihan manajemen yang lebih baik lagi"

Yang unik dan program British Council kali im adalah bagaimana para guru dan sekolah Islam tersebut didorong untuk bekerja sama untuk mengembangkan kewirausahaan sosial di daerah masing-masing Harapannya tentunya adalah bagaimana ukhuwah antar sekolah Islam dapat semakin mendorong kemajuan umat melalui kewirausahaan sosial.

Entri Populer