Sebagian sekolah Islam sudah menjalankan kewirausahaan, tapi sifatnya kebanyakan bisnis murni. Kewirausahaan sosial mengajak mereka untuk mengembangkan bisnis tersebut untuk membawamanfaat sosial seluas-luasnya melalui pemberdayaan masyarakat.
Murid-murid Sekolah Islam Terpadu Al Furqon, Palembang, kini menjadi pelit jajan. Setelah mengenal konsep kewirausahaan, mereka lebih menghargai uang. Mereka bahkan sudah menggelar Business Day. Dengan modal sebagian besar dari orang tua mereka, para santri berjualan kaus, alat tulis, makanan, dan lain-lainnya. Untuk murid yang mondok, pengurus Al Furqon memodali mereka membuat kolam ikan yang hasilnya antara lain dijual juga pada hari itu. "Keuntungan mereka dipotong zakat 2,5 persen," kata Ashar, pengajar di Al Furqon.
Selain Business Day. murid-murid Al Furqon juga berencana membuka layanan cuci motor setiap han Jumat. Semua kegiatan tersebut dimaksudkan agar mereka makin memiliki kecakapan wirausaha. Al Fuqon selama ini sudah memiliki koperasi simpan pinjam yang antara lain terlibat dalam pengadaan buku ajar dan membenkan kredit bagi guru-guru yang ingin memiliki motor atau komputer. Menurut Ashar, sekolahnya akan mengundang para orang tua, pengusaha, dan pihak-pihak terkait berkumpul dan mendiskusikan bagaimana kewirausahaan bisa masuk sebagai muatan lokal di kurikulum. "Sekarang terbalik, kegiatan sudah ada sementara kunkulumnya malah belum," ujar Ashar, yang sempat mengikuti pelatihan kewirausahaan sosial di Pesantren Ali Maksum. Krapyak, Yogyakarta, Oktober 2010 yang lalu.
Pelatihan kewirausahaan sosial yang diselenggarakan oleh British Council Indonesia juga menumbuhkan semangat pada Untung Supnyadi. guru Pendidikan Kewarganegaraan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3, Palembang. "Saya terpikir untuk membuka minimarket di sekolah ini, kebetulan ada bank yang bersedia mengucurkan kredit usaha." kata Untung yang juga menjabat ketua koperasi di sekolahnya Menurut Untung, setelah mendapatkan strategi mengembangkan kewirausahaan sosial dalam pelatihan, banyak ide usaha yang muncul di benaknya dan rekan-rekannya. "Selanjutnya tergantung kebijakan sekolah, mau sejauh mana ide im bisa dijalankan," kata Untung.
Boleh jadi, ide Untung akan menggelinding mulus. MAN 3 Palembang tergolong sekolah yang maju dalam kewirausahaan. Sekolah ini memiliki koperasi guru dan siswa, gedung pertemuan, bahkan hotel.
Tak hanya mencetak guru agama. MAN 3 Palembang juga menyelenggarakan pendidikan ketrampilan las listrik, tata busana, dan elektro.
Menilik MAN 3 dan SIT Al Furqon di Palembang, terlihat sebetulnya bahwa beberapa sekolah Islam sudah menjalankan kewirausahaan. Hanya saja, sebagian besar dan usaha itu belum bisa disebut kewirausahaan sosial karena masih ditujukan untuk kepentingan sendin. Sementara itu, bila ada kegiatan sosial sifatnya mumi amal. Padahal, kewirausahaan sosial-sebuah gelombang baru kewirausahaan di seluruh dunia-selain menerapkan prinsip perniagaan yang adil juga sangat menekankan kepada pemberdayaan masyarakat sekitar
Pesantren Wirausaha Agrobisnis di Jawa Timur, misalnya, bisa disebut sebagai salah satu sekolah Islam yang sudah berhasil menjalankan kewirausahaan sosial. Sekolah ini menerapkan pengembangan ternak dengan sistem bagi hasil dengan warga di desa pesantren itu berlokasi Pesantren yang menampung santri dan kalangan kurang berada ini tak sekadar menyerahkan hewan ternak untuk dipelihara petani, tapi juga memberikan saran pemeliharaan ternak, menyediakan sarana kesehatan ternak, dan membimbing petani untuk hal-hal seputar pertanian.
Pnnsip mengedepankan kemaslahatan bersama yang sejalan dengan nilai-nilai Islam itulah yang dikampanyekan dalam pelatihan kewirausahaan sosial yang diadakan British Council di beberapa kota di Indonesia selama Agustus 2010 sampai Februari 2011. Pelatihan ini merupakan rangkaian dan ISSN {Islamic School Support Nettcork), program bersama Bntish Council, Kemenlenan Pendidikan Nasional, Kementerian Agama, dan ormas-ormas Islam Tujuannya tak lain mendukung pengembangan kualitas sekolah Islam.
Menurut Fajar Anugerah, Program Manager Bntish Council Indonesia, ide kewirausahaan sosial disambut baik oleh sekolah-sekolah Islam. "Para peserta sepakat bahwa ada kecocokan antara nilai Islam dan pnnsip kewirausahaan sosial." kata Fajar
Metode yang dipakai selama pelatihan adalah presentasi dan diskusi, kegiatankelompok, berbagi sesama peserta, dan kunjungan ke lokasi kewirausahaan sosial setempat. Sementara itu, para pembicara memberikan seputar tiga hal pokok, yaitu bagaimana cara mendirikan kewirausahaan sosial, manajemen kewirausahaan sosial yang modem, dan bagaimana melibatkan berbagai pihak dalam pengembangan kewirausahaan sosial Guru-guru yang sudah beroleh pelatihan nantinya diharapkan membagi ilmu dan pengetahuan yang sudah diperolehnya di sekolah mereka masing-masing dan sekolah-sekolah lain di sekitarnya.
Pelatihan untuk trainer dibagi ke dalam kelas Advance dan Basic Peserta kelas Advance adalah sekolah-sekolah yang pernah mengikuti kegiatan ISSN tahun sebelumnya, sehingga diasumsikan sudah mengenal pnnsip dasar kewirausahaan sosial, mempunyai usaha semacam ini di sekolah mereka, dan sudah memiliki nilai dan target yang jelas. Sementara untuk peserta kelas Basic. diasumsikan mereka baru saja mendengar tentang kewirausahaan sosial, ingin membuatnya tapi belum tahu mesti menghubungi siapa dan bagaimana melibatkannya. Pelatihan yang diadakan di MAN 3 Palembang pada akhir tahun lalu, misalnya, masuk ke dalam kelas Bone
Ashar, yang sempat mengikuti kelas Advance di Yogya dan jadi pengamat kelas Basic di Palembang, menyatakan bahwa di Pulau Jawa lingkungan lebih mendukung tumbuhnya kewirausahaan sosial karena banyaknya sumber daya dan mitra Meskipun demikian, pelatihan di kotanya sangat disyukun pengajar di Al Furqon ini karena para guru sekolah Islam di Sumatra Selatan dapat belajar ide-ide baru kewirausahaan, khususnya kewirausahaan sosial. Mengenai problem modal yang diutarakan sebagian rekannya, Ashar menyampaikan bahwa. "Yang kami butuhkan sebetulnya adalah pelatihan manajemen yang lebih baik lagi"
Yang unik dan program British Council kali im adalah bagaimana para guru dan sekolah Islam tersebut didorong untuk bekerja sama untuk mengembangkan kewirausahaan sosial di daerah masing-masing Harapannya tentunya adalah bagaimana ukhuwah antar sekolah Islam dapat semakin mendorong kemajuan umat melalui kewirausahaan sosial.
Sekolah Islam Melangkah Bersama Mencetak Santri dan Wirausahawan Sosial
Entri Populer
-
Cara budidaya ikan gurame / gurami terlengkap di kolam dan terpal . Anda memiliki hobi beternak ikan, maka sudah saatnya anda melakukan s...
-
>>> Membuat kandang ayam Kini informasi peternakan ayam akan membantu anda, bagai mana memelihara ayam dan membuat kandang aya...
-
Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak, diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangku...
-
13/02/2012 Ayam Lepas Tambah 50 Gerai Tahun Ini BISNIS resto dengan menu utama ayam masih memiliki prospek baik kendati pemainnya suda...
-
28/12/2011 Peluang Usaha Tepung Talas Dari Tepung Talas Bisa Raih Omzet Miliaran Rupiah Selain tepung terigu dan tepung mocaf, masih ada t...
-
07/03/2012 Hanya Butuh Pakan Alami, Panen Belut Super Melimpah Selain mudah, budidaya belut super juga minim risiko. Hal utama yang haru...
-
Pase permulaan Dalam pase permulaan berawal dari umur 0 hari sampai 6 minggu, dimana bentuk ukuran dan keseragaman sebagai tujuan b...
-
Ikan nilatermasuk jenis ikan air tawar yang mudah dibudida-yakan. Dengan tingkat produktivitas yang tinggi, tak perlu waktu lama untuk meman...