Potensi besar bisnis budidaya jamur tiram telah menggiring banyak orang
untuk menggelutinya. Salah satunya, Kaiman, produsen jamur tiram asal
Desa Bulukandang, Pasuruan, Jawa Timur. Tak hanya membudidayakan jamur
tiram, belakangan Kaiman mulai mengolahnya menjadi aneka makanan ringan.
Bisnis jamur tiram Kaiman berkibar lewat bendera Jatiman Food. Ia bilang, nama ini diberikan oleh salah seorang mahasiswa yang ia temui saat pelatihan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS) tahun 2005 silam. Jatiman sendiri merupakan kepanjangan Jamur Tiram dari Jawa Timur si Pak Kaiman.
Sebelum menjadi pembudidaya jamur tiram, masa lalu pria paruh baya itu terbilang kelam. Ia hanya seorang supir dan juga tukang palak di desanya. Jalan hidupnya berubah setelah ia mengenal jamur tiram dan lalu diajak ikut serta temannya membudidayakan jamur ini.
Perlahan, usaha Kaiman pun berkembang. Saat ini, Kaiman membudidayakan jamur tiram di tiga wilayah yakni di Bali, serta di Desa Bulukandang dan Desa Dayurejo, Pasuruan.
Untuk membudidayakan jamur tiram, Kaiman harus menyiapkan serbuk kayu sebagai media pembibitan jamur tiram. Ia mendatangkan serbuk kayu langsung dari Jember, Jawa Timur. Konon, serbuk kayu dari Serbuk kayu yang paling pas untuk proses pembibitan jamur tiram adalah yang tidak terlalu lembab dan juga tidak terlalu kering. Setiap pekan, Kaiman mendatangkan sekitar 5 ton-6 ton serbuk kayu.
Serbuk kayu kemudian dijemur di terik matahari seharian dan kemudian disaring dengan saringan kawat kasa berukuran 1,5 meter x 1,5 meter. Serbuk kayu dijemur dan disaring untuk mengurangi kadar air berlebih dan memisahkan serbuk kayu dengan kotoran-kotoran lain.
Setelah dijemur dan disaring, serbuk kayu tersebut dikemas dengan plastik transparan dengan masing-masing berat kemasan yakni 1 kilogram. Media tanam yang sudah jadi itu namanya baglog.
Baglog tersebut kemudian diberi bibit jamur tiram dan dibawa ke tempat penyimpanan hingga jamur tumbuh menjamur. Ruang penyimpanan harus bebas dari pencahayaan. Saban hari, baglog tersebut disirami air untuk merangsang jamur tumbuh.
Dari tiga lokasi budidaya jamur tiramnya, Kaiman sanggup memanen sekitar 5 kuintal-8 kuintal jamur tiram segar setiap hari. Dari bisnis ini, omzet Kaiman bisa mencapai Rp 300 juta - Rp 350 juta tiap bulannya dengan keuntungan bersih 30%, sisanya untuk biaya operasional.
Berkat bisnis ini pula, Kaiman bisa mempekerjakan 40 orang, yakni di Bali ada 20 orang karyawan dan di Pasuruan 20 orang karyawan. Ia mengatakan, permintaan jamur tiram segar paling banyak dari Surabaya dan Bali. Tapi, ia juga memasok ke daerah lain juga seperti Balikpapan. "Bahkan, saya juga ekspor ke Korea Selatan dan China juga," kata Kaiman.
Belakangan Kaiman tak hanya menjual jamur tiram segar. Ia juga mulai mengolah jamur tiram menjadi berbagai camilan ringan. Misal, keripik jamur goreng, keripik jamur tepung, kue kepang jamur dan kue lidah kucing jamur.
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
Bisnis jamur tiram Kaiman berkibar lewat bendera Jatiman Food. Ia bilang, nama ini diberikan oleh salah seorang mahasiswa yang ia temui saat pelatihan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS) tahun 2005 silam. Jatiman sendiri merupakan kepanjangan Jamur Tiram dari Jawa Timur si Pak Kaiman.
Sebelum menjadi pembudidaya jamur tiram, masa lalu pria paruh baya itu terbilang kelam. Ia hanya seorang supir dan juga tukang palak di desanya. Jalan hidupnya berubah setelah ia mengenal jamur tiram dan lalu diajak ikut serta temannya membudidayakan jamur ini.
Perlahan, usaha Kaiman pun berkembang. Saat ini, Kaiman membudidayakan jamur tiram di tiga wilayah yakni di Bali, serta di Desa Bulukandang dan Desa Dayurejo, Pasuruan.
Untuk membudidayakan jamur tiram, Kaiman harus menyiapkan serbuk kayu sebagai media pembibitan jamur tiram. Ia mendatangkan serbuk kayu langsung dari Jember, Jawa Timur. Konon, serbuk kayu dari Serbuk kayu yang paling pas untuk proses pembibitan jamur tiram adalah yang tidak terlalu lembab dan juga tidak terlalu kering. Setiap pekan, Kaiman mendatangkan sekitar 5 ton-6 ton serbuk kayu.
Serbuk kayu kemudian dijemur di terik matahari seharian dan kemudian disaring dengan saringan kawat kasa berukuran 1,5 meter x 1,5 meter. Serbuk kayu dijemur dan disaring untuk mengurangi kadar air berlebih dan memisahkan serbuk kayu dengan kotoran-kotoran lain.
Setelah dijemur dan disaring, serbuk kayu tersebut dikemas dengan plastik transparan dengan masing-masing berat kemasan yakni 1 kilogram. Media tanam yang sudah jadi itu namanya baglog.
Baglog tersebut kemudian diberi bibit jamur tiram dan dibawa ke tempat penyimpanan hingga jamur tumbuh menjamur. Ruang penyimpanan harus bebas dari pencahayaan. Saban hari, baglog tersebut disirami air untuk merangsang jamur tumbuh.
Dari tiga lokasi budidaya jamur tiramnya, Kaiman sanggup memanen sekitar 5 kuintal-8 kuintal jamur tiram segar setiap hari. Dari bisnis ini, omzet Kaiman bisa mencapai Rp 300 juta - Rp 350 juta tiap bulannya dengan keuntungan bersih 30%, sisanya untuk biaya operasional.
Berkat bisnis ini pula, Kaiman bisa mempekerjakan 40 orang, yakni di Bali ada 20 orang karyawan dan di Pasuruan 20 orang karyawan. Ia mengatakan, permintaan jamur tiram segar paling banyak dari Surabaya dan Bali. Tapi, ia juga memasok ke daerah lain juga seperti Balikpapan. "Bahkan, saya juga ekspor ke Korea Selatan dan China juga," kata Kaiman.
Belakangan Kaiman tak hanya menjual jamur tiram segar. Ia juga mulai mengolah jamur tiram menjadi berbagai camilan ringan. Misal, keripik jamur goreng, keripik jamur tepung, kue kepang jamur dan kue lidah kucing jamur.
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
Sumber: kontan.co.id