22/12/2011
Waralaba Indonesia Terkendala Aturan Negara Tujuan
Bisnis waralaba yang tumbuh subur di Indonesia, tentu juga punya potensi berkembang hingga mancanegara. Namun, perbedaan standar peraturan antara Indonesia dengan negara tujuan menjadi kendala. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan pemilik waralaba agar bisa melakukan ekspansi secara optimal.
WARALABA Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar internasional. Berbagai usaha yang menawarkan produk dan jasa bersiap untuk memperluas pasar ke mancanegara, khususnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara
Bahkan, ada waralaba yang masuk ke pasar Amerika Serikat (AS). Seperti dikatakan oleh Konselor Urusan Komersial Kementerian Perdagangan AS David Gossack, bahwa ada satu perusahaan /ranch is, Indonesia akan mencari Jranchiser di AS.
Dari penelusuran KONTAN, usaha waralaba yangmasuk ke AS bergerak di bidang kecantikan dan spa "Salah satunya, Mustika Ratu," uj$r Amir Karamoy, Ketua De\van Pengarah Perlumpunan Waralaba Indonesia (WALI).
Menurut Jimmy Belia, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan, prospek waralaba lokal untuk berekspansi ke luar negeri memang cukup besar. "Waralaba lokal juga tak kalah dengan waralaba asing," ujarnya
Namun, waralaba lokal harus memenuhi beberapa persyaratan, sebelum terbang ke luar negeri. Seperti, pengalaman usaha lebih dari lima tahun, produknya benar-benar diterima pasar dan sistem waralaba yang terbukti menguntungkan.
Umumnya, kata Jimmy, ekspansi waralaba lokal ini baru di wilayah Asia, seperti Malaysia dan Singapura Selain itu juga kawasan Timur Tengah. "Kalau di Amerika Serikat ada tetapi tidak terlalu banyak," kata Jimmy.
Hanya saja, tak semua negara memiliki karakteristik yam* sama Alhasil, jika suatu waralaba lokal ingin melakukan ekspansi hendaknya memperhatikan kondisi di lingkungan negara tersebut Sebagai contoh, waralaba kuliner Indonesia di wilayah Eropa kurang laku. "Karena kultur makanannya itu berbeda dengan Indonesia Jadi kalau mau masuk ke sana cukup sulit," kata Jimmy.
Jika waralaba lokal sudahsiap dan memenuhi syarat, lanjut Jimmy, waralaba tersebut sudah siap untuk berekspansi di luar negeri. Meski begitu, bukan berarti tidak ada kendala Masalah utama adalah peraturan waralaba di negara yang akan dituju.
Salah satu pemain yang berencana untuk melakukan ekspansi ke negara tetangga namun terkendala peraturan di negara setempat adalah Nakamura Menurut Gus Minging, pendiri Nakamura, ada calon mitra Nakamura dari Dubai, Uni Emirat Arab, ingin membuka gerai terapi kesehatan ini di sana
Sayang, negara tersebut meminta sumber dayamanusia (SDM) yang dikirimkan minimal merupakan lulusan DI Fisioterapi dan menguasai bahasa inggris. Padahal, mayoritas tenaga kerja Nakamura hanya lulusan DI keperawatan, karena sangat sulit mendapat lulusan fisioterapi.
Seandainya mendapatkan lulusan sesuai aturan itu, maka belum tentu juga mereka bisa menguasai bahasa asing, seperti bahasa inggris. "Oleh karena itu, kami lebih memilih untukmengembangkan pasar dalam negeri sambil mempersiapkan SDM yang berkualitas internasional," ujar Gus.
Menurut Amir, berbagai permasalahan yang dihadapi pewaralaba ini sebenarnya bisa diselesaikan. Permasalahan standar dan peraturan yang berbeda seharusnya tidak terjadi, jika Pemerintah dan pengusaha mau bekerjasama dalam pengembangan industri waralaba ke pasar luar negeri.
Apalagi, lanjutnya, Peme-rintah punya perangkat di bawah Kementerian Perdagangan untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya, "Keberadaan mereka belum dioptimalkan,"tegas Amir.
Bisnis waralaba yang tumbuh subur di Indonesia, tentu juga punya potensi berkembang hingga mancanegara. Namun, perbedaan standar peraturan antara Indonesia dengan negara tujuan menjadi kendala. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan pemilik waralaba agar bisa melakukan ekspansi secara optimal.
WARALABA Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di pasar internasional. Berbagai usaha yang menawarkan produk dan jasa bersiap untuk memperluas pasar ke mancanegara, khususnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara
Bahkan, ada waralaba yang masuk ke pasar Amerika Serikat (AS). Seperti dikatakan oleh Konselor Urusan Komersial Kementerian Perdagangan AS David Gossack, bahwa ada satu perusahaan /ranch is, Indonesia akan mencari Jranchiser di AS.
Dari penelusuran KONTAN, usaha waralaba yangmasuk ke AS bergerak di bidang kecantikan dan spa "Salah satunya, Mustika Ratu," uj$r Amir Karamoy, Ketua De\van Pengarah Perlumpunan Waralaba Indonesia (WALI).
Menurut Jimmy Belia, Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan, prospek waralaba lokal untuk berekspansi ke luar negeri memang cukup besar. "Waralaba lokal juga tak kalah dengan waralaba asing," ujarnya
Namun, waralaba lokal harus memenuhi beberapa persyaratan, sebelum terbang ke luar negeri. Seperti, pengalaman usaha lebih dari lima tahun, produknya benar-benar diterima pasar dan sistem waralaba yang terbukti menguntungkan.
Umumnya, kata Jimmy, ekspansi waralaba lokal ini baru di wilayah Asia, seperti Malaysia dan Singapura Selain itu juga kawasan Timur Tengah. "Kalau di Amerika Serikat ada tetapi tidak terlalu banyak," kata Jimmy.
Hanya saja, tak semua negara memiliki karakteristik yam* sama Alhasil, jika suatu waralaba lokal ingin melakukan ekspansi hendaknya memperhatikan kondisi di lingkungan negara tersebut Sebagai contoh, waralaba kuliner Indonesia di wilayah Eropa kurang laku. "Karena kultur makanannya itu berbeda dengan Indonesia Jadi kalau mau masuk ke sana cukup sulit," kata Jimmy.
Jika waralaba lokal sudahsiap dan memenuhi syarat, lanjut Jimmy, waralaba tersebut sudah siap untuk berekspansi di luar negeri. Meski begitu, bukan berarti tidak ada kendala Masalah utama adalah peraturan waralaba di negara yang akan dituju.
Salah satu pemain yang berencana untuk melakukan ekspansi ke negara tetangga namun terkendala peraturan di negara setempat adalah Nakamura Menurut Gus Minging, pendiri Nakamura, ada calon mitra Nakamura dari Dubai, Uni Emirat Arab, ingin membuka gerai terapi kesehatan ini di sana
Sayang, negara tersebut meminta sumber dayamanusia (SDM) yang dikirimkan minimal merupakan lulusan DI Fisioterapi dan menguasai bahasa inggris. Padahal, mayoritas tenaga kerja Nakamura hanya lulusan DI keperawatan, karena sangat sulit mendapat lulusan fisioterapi.
Seandainya mendapatkan lulusan sesuai aturan itu, maka belum tentu juga mereka bisa menguasai bahasa asing, seperti bahasa inggris. "Oleh karena itu, kami lebih memilih untukmengembangkan pasar dalam negeri sambil mempersiapkan SDM yang berkualitas internasional," ujar Gus.
Menurut Amir, berbagai permasalahan yang dihadapi pewaralaba ini sebenarnya bisa diselesaikan. Permasalahan standar dan peraturan yang berbeda seharusnya tidak terjadi, jika Pemerintah dan pengusaha mau bekerjasama dalam pengembangan industri waralaba ke pasar luar negeri.
Apalagi, lanjutnya, Peme-rintah punya perangkat di bawah Kementerian Perdagangan untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya, "Keberadaan mereka belum dioptimalkan,"tegas Amir.
Sumber : Harian Kontan
Fitri Nur Arifenie, Ragil Nugroho, Hafid Fuad
Ia juga membantah bahwa masalah kebudayaan menjadi penghambat ekspansi waralaba Indonesia ke luar negeri. "Justru adanya perbedaan inilah yang membuat orang di Eropa dan AS tertarik untuk mencoba membawa waralaba lokal ke negara mereka," ujar Amir.