11/09/2011
Sukses Batagor Bandung ala Jepang
Sukses Batagor Bandung ala Jepang
Untuk menjadi wirausahawan harus memiliki mental kuat dan terus berinovasi. Dengan modal itu, Ridwan Abadi mengembangkan bisnis batagorjepang-nya.Awalnya, Ridwan Abadi tidak sepenuhnya menjejakkan kaki di dunia wirausaha. Dia hanya menjadikan bisnis kuliner sebagai pekerjaan sampingan. Kala itu, peraih gelar sarjana dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya pada 2007 ini masih menjadi karyawan sebuah perusahaan pengembang.
Pria kelahiran 8 Agustus 1985 ini mulai mencoba menggeluti bisnis kuliner sejak tahun 2006 dengan memproduksi dan menjual burger. Ketertarikan ini dilatarbelakangi hobinya berwisata kuliner. "Ya, saya memilih berbisnis kuliner karena hobi makan. Jadi, saya tahu di mana mencari makanan enak, walau belum tentu tahu cara membuatnya," ungkapnya.
Seiring perjalanan waktu, Ridwan makin yakin pada prospek bisnis kuliner yang digelutinya. Dia pun berhenti bekerja dan memutuskan untuk sepenuhnya menjadi wirausahawan pada 2008. Menurutnya, untuk membesarkan usaha yang dirintis membutuhkan tenaga dan pemikiran yang penuh. "Saya pikir untuk menjadi pengusaha sukses tidak boleh setengah hati. Harus terjun sepenuhnya," cetusnya.
Dengan bermodalkan uang gaji yang disisihkan saat bekerja, Ridwan mendirikan resto Batagor Jepang di Jalan Mayjend Panjaitan, Malang. Kuliner ini memiliki kekhasan dengan memadukan unsur batagor Bandung dengan sajian Jepang, misalnya saja saus teriyaki.
Pertama mengenalkan Batagor Jepang, ternyata jenis kuliner ini digemari masyarakat.Tak ayal pebisnis kuliner lainnya ikut menyontek. Namun, hal ini tidak merisaukan Ridwan karena, menurutnya, persaingan bisnis melumrahkan hal tersebut. Kuncinya ada pada inovasi produk. Kami terus memberikan varian baru, seperti baso yang terbuat dari bahan dasar seafood yang notabene menjadi andalan masakan khas Jepang," jelasnya.
Akses dan jaringan Ridwan dalam mengembangkan usaha makin luas setelah ia mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) dari Bank Mandiri pada tahun 2010 lalu , dan berhasil menjadi pemenang. "Dengan mengikuti program WMM, saya bisa menambah wawasan dan jaringan, termasuk akses permodalan. Selain itu, berbagai pelatihan yang diberikan sangat berguna bagipengembangan bisnis saya, salah satunya pengelolaan sumber daya manusia," terangnya.
Ridwan membesarkan Batagor Jepang-nya melalui sistem waralaba dengan merek Takashi Mura, sejak tahun lalu. Harga untuk mitra waralaba dipatok mulai dari Rp 35 juta hingga Rp 95 juta, tergantung paket yang dipilih. Hingga saat ini mitra waralaba yang bekerjasama sudah mencapai 50, tersebar di berbagai daerah di pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Sementara itu promosi juga gencar dilakukan Ridwan, termasuk melalui jejaring media sosial, seperti facebook dan twitter.
Bagi pria asal Lampung ini, modal berbentuk uang bukanlah segalanya untuk memulai bisnis, namun kemauan yang keras merupakan modal utama yang sulit didapatkan. "Menemukan kegagalan dalam merintis bisnis sangat mungkin terjadi. Jika tidak gigih dan ulet tentu saja akan kandas di tengah jalan. Selain itu, harus pintar berinovasi dan jeli melihat pasar," jelasnya.
Dengan omset usaha mencapai Rp 100 juta per bulan, Ridwan tak berpuas diri. Dia ingin terus mengembangkan diri. Salah satunya dengan menargetkan bisa memasarkan Batagor Takashi Mura dalam bentuk beku di pasar ritel. Untuk itu, dia berencana membangun pabrik. "Mudah-mudahan tahun depan bisa terlaksana," ujarnya." An
Sumber : Koran Tempo