26/11/2011
Pelaku UKM Dituntut Lebih Kreatif Berinovasi
Pelaku usaha kecil menengah (UKM) harus lebih kreatif dalam mengembangkan produk dan memperluas pangsa pasar. Selama ini. minimnya inovasi produk dan pangsa pasar masih menjadi ftinjalan yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan UKM di Indonesia.
Demikian diungkapkan National Emerging Business Mead PT Bank OCBC NISP Tbk. Thomas Low S.K. pada Media Workshop Bank OCBC NISP "Credit Insight Business Banking" di OCBC NISP Learning Center, Jln. Mustika Permata 2, Kompleks Setiabudi Regency, Bandung, Kamis (24/11).
Dia menilai, pelaku UKM di Indonesia kerap terpaku pada inovasi produk yang nyaris sama satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan pangsa pasar menjadi terbatas karena satu sama lain berebut pasar yang sama, tanpa berupaya menciptakan pasar baru.
"Seharusnya UKM lebih kreatif mengembangkan produk baru untuk membuka pangsa pasar. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan membuka pasar baru berorientasi ekspor," katanya.
Berdasarkan hasil survei IFC pada Februari 2010, kurangnya permintaan menjadi masalah kedua terbesar bagi UKM, dengan persentase 19 persen. Posisi pertama masih ditempati kendala pembiayaan (25,9 persen). Persoalan lainnya adalah kekurangan buhan baku (10,3 persen) dan manajemen finansial {94 persen).
Terkait persoalan pembiayaan UKM, diakui Thomas, selama ini terganjal minimnya UKM yang bankable. "Ini terkait dengan keamanan kredit. Akan tetapi, kami akan sangat mudah mengulirkan kredit bagi UKM yang bisa memenuhi persyaratan administrasi," ujarnya.
Sementara itu, Division Head Bank OCBC NISP, Lanny Goenawi mengatakan, ke depan banknya akan semakin fokus menggarap segmen UKM di Indonesia. Kekebalan UKM terhadap gempuran krisis menjadi pertimbangan utama bagi banknya untuk tetap fokus menggarap sektor tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan OCBC NISP per triwulan HI/2011, penyaluran kredit meningkat 27 persen year on year (yoy) dari Rp 28,4 triliun per 30 September 2010 menjadi Rp 36 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut, menurut dia, salah satunya ditunjang pertumbuhan kredit UKM. "Kami terus mengembangkan pola penyaluran kredit sesuai keinginan nasabah, proses cepat, simpel, dan tepat, terutama untuk nasabah emerging business, katanya.
Pelaku UKM Dituntut Lebih Kreatif Berinovasi
Pelaku usaha kecil menengah (UKM) harus lebih kreatif dalam mengembangkan produk dan memperluas pangsa pasar. Selama ini. minimnya inovasi produk dan pangsa pasar masih menjadi ftinjalan yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan UKM di Indonesia.
Demikian diungkapkan National Emerging Business Mead PT Bank OCBC NISP Tbk. Thomas Low S.K. pada Media Workshop Bank OCBC NISP "Credit Insight Business Banking" di OCBC NISP Learning Center, Jln. Mustika Permata 2, Kompleks Setiabudi Regency, Bandung, Kamis (24/11).
Dia menilai, pelaku UKM di Indonesia kerap terpaku pada inovasi produk yang nyaris sama satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan pangsa pasar menjadi terbatas karena satu sama lain berebut pasar yang sama, tanpa berupaya menciptakan pasar baru.
"Seharusnya UKM lebih kreatif mengembangkan produk baru untuk membuka pangsa pasar. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan membuka pasar baru berorientasi ekspor," katanya.
Berdasarkan hasil survei IFC pada Februari 2010, kurangnya permintaan menjadi masalah kedua terbesar bagi UKM, dengan persentase 19 persen. Posisi pertama masih ditempati kendala pembiayaan (25,9 persen). Persoalan lainnya adalah kekurangan buhan baku (10,3 persen) dan manajemen finansial {94 persen).
Terkait persoalan pembiayaan UKM, diakui Thomas, selama ini terganjal minimnya UKM yang bankable. "Ini terkait dengan keamanan kredit. Akan tetapi, kami akan sangat mudah mengulirkan kredit bagi UKM yang bisa memenuhi persyaratan administrasi," ujarnya.
Sementara itu, Division Head Bank OCBC NISP, Lanny Goenawi mengatakan, ke depan banknya akan semakin fokus menggarap segmen UKM di Indonesia. Kekebalan UKM terhadap gempuran krisis menjadi pertimbangan utama bagi banknya untuk tetap fokus menggarap sektor tersebut.
Berdasarkan laporan keuangan OCBC NISP per triwulan HI/2011, penyaluran kredit meningkat 27 persen year on year (yoy) dari Rp 28,4 triliun per 30 September 2010 menjadi Rp 36 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut, menurut dia, salah satunya ditunjang pertumbuhan kredit UKM. "Kami terus mengembangkan pola penyaluran kredit sesuai keinginan nasabah, proses cepat, simpel, dan tepat, terutama untuk nasabah emerging business, katanya.
Untuk mengajukan kredit menurut dia, pelaku usaha cukup menyertakan rekening koran pemilik perusahaan yang akan dilanjutkan dengan persetujuan kredit dalam dua hari. OCBC NISP juga memberikan pinjaman sampai dengan 100 persen dari total nilai jaminan. (A-150)***
Sumber : Pikiran Rakyat