" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Lirik Peluang Ekspor ke Jepang dan Korea

Lirik Peluang Ekspor ke Jepang dan Korea

08/11/2011
Inspirasi Wayan Widyantara
Lirik Peluang Ekspor ke Jepang dan Korea


Sukses dengan omzet ratusan juta tidak membuat Wayan Widyantara, pemilik merek kain tenun Sri Widhi berpangku tangan. Ia kini sedang merintis pasar ekspor kain tenun ke mancanegara. Agar rencana itu bisa terwujud, Wayan menyusun strategi untuk mengikuti pameran di negeri Jiran Malaysia.


MESKI sudah meraih omzet ratusan juta rupiah per bulan, Wayan Widyantara, pengusaha kain tenun dari Klungkung, Bali masih memiliki ambisi memperbesar pundi-pundi rupiahnya Kali ini dia ingin memasarkan kain tenun khas Bali itu ke pasar mancanegara.

Keinginan menggarap pasar luar negeri itu terinspirasi saat dia menjalin kerjasama dengan sahabatnya warga Amerika Serikat (AS) yang bermukim di Bali tahun 2005 - 2009. Lewat sahabatnya itu, Wayan sukses memasarkan kain tenun di negera Paman Sam. Saat itu. Wayan sempat merasakan manisnya pasar ekspor. Balikan, penjualan kain tenun ke AS itulah yang membantu bisnisnya bangkit dari keterpuruk akibat bom Bali I dan bom Bali II

Namun kesuksesan menjelajah pasar AS hanya berlangsung sampai 2009. Sahabatnya itu memilih hijrah dari di Indonesia. "Bisnis kami berhenti karena komunikasi terputus, kata Wayan, pemilik merek kain tenun Sn Widhi itu.

Karena tidak lagi memiliki jaringan pasar ke AS, Wayan harus mulai merintis pasar ekspor sendiri. Ia mencari jaringan pasar ekspor itu dengan cara mengikuti kegiatan pameran-pameran kerajinan. Awal tahun 2011. Wayan bergabung dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali. Sejak inilah Wayan rajin ikui pameranbaik di Bali juga daerah lain seperti Jakarta

Walaupun terbilang baru, Wayan berhasil menjual kain tenun khas Bali itu kepada tamu-tamu pemerintah dengan jumlah yang terbatas. "Sayangnya, saya baru bergabung dengan pemerintah," terang Wayan.

Sejak bergabung dengan pemerintah, Wayan juga berkesempatan belajar menjadi eksportir. Dia mendapat banyak pengetahuan tentang ekspor lewat seminar dan worksliop yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Dari hasil workshop itu, Wayan menyimpulkan tidak lagi tertarik menggarap pasar AS. Sebab, negara Adidaya itu belakangan punya beban ekonomi yang tinggi. Wayanmalah melirik potensi ekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Apalagi, banyak wisatawan dari kedua negara itu sudah menjadi pelanggan kain tenun miliknya di Bali.

Bertambahnya pengetahuan Wayan membuat dirinya makin bersemangat menggarap pasar luar negeri. Bahkan ia tertarik mengikuti pameran di luar negeri. "Sekarang saya mengumpulkan modal untuk pameran di luar negeri," kata Wayan.

Tapi untuk mengikuti

pameran di luar negeri itu tentu tidak murah. Intuk ikut pameran skala nasional saja Wayan harus merogoh kocek mulai dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 20 juta untuk setiap pameran. Walaupun berbiaya besar. Wayan kukuh tetap merealisasikan cita-cita itu. Tahap awal saya pameran di Malaysia dulu, disana tentu banyak pembeli dari berbagai negara, "jelasnya.

Untuk mempersiapkan pameran ke Malaysia itu. Wayan akan membuat kain tenun spesial. Kain tenun itu mengadopsi unsur modem tapi masih mempertahankan desain tradisional khas Bali. 11-sain kain tenun Bali tetap saya pertahankan agar tidak punah," jelas Wayan.

Inluk melindungi desain itu. Wayan akan mendaftar-kannya ke Dirjen Hak Cipta di Kementerian Hukum dan HAM. Pendaftaran desain bertujuan untuk menambah nilai jual produknya sekaligus untuk menghindariadanya peniruan desain.

Selain menciptakan desain kain tenun baru, Wayan berharap bisa berkolaborasi dengan desainer.
Ia ingin ada desainer kondang yang menggunakan kain tenun Bali sebagai Indian pembuatan rancangan busana. Ia yakin, kain tenun Bali bisa digunakan sebagai bahan busana kotemporer. Tapi, untuk mewujudkan cita-cita itu Wayan mengaku memiliki kendala dalam hal produksi kain tenun. Kedala itu berupa kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku benang kain tenun yang berkualitas dan murah.

Kebanyakan bahan baku benang yang beredar dipasaran adalah produk impor dari India dan China, dengan kualitas yang rendah. Sementara harga benang kain tenun domestik terlalu mahal di pasaran. "Secara kualitas benang lokal bagus tapi harganya sangat mahal keluh Wayan.

Sumber: Harian Kontan
Fitri Nur Ariefenle


Entri Populer