10/11/2011
Gagal di Usaha Keripik, Raih Sukses di Bisnis Roti
Tidak mudah bagi sosok Buchori Al Zahrowi memiliki jaringan toko roti Afiah seperti sekarang ini. Buchori sempat melewati kegagalan hingga akhirnya bisa mendirikan tujuh toko roti yang tersebesar di Yogyakarta, Purwokerto, Kutoarjo dan juga di Purwerejo. Kesuksesan Buchori tak lepas dari cita-citanya untuk hidup mandiri.
KEINGINAN untuk hidup mandiri bisa menjadi bekal untuk mrnggapaisukses. Itulah pengalaman dari Buchori Al Zahrowi pemilik jaringan toko roti Allah di Yogyakarta dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Bagi Buchori hidup mandiri sudah menjadi kebiasaan sejak duduk di luuigku Sekolah Menengan Atas (SMA) Ketika itu, seusai sekolah, Buchori memilih memanfaatkannya untuk bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan sablon pakaian. Atau, ia menjadi perajin tas berbahan rotan yang hasilnya dia jual ke pengcpul kerajinan yang ada di Bantul.
Semangat mandiri Buchori memang tidak lepas dari latar belakang keluarganya Maklum, sang Ayah hanyalah guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ergaji yang pas-pasan. "Padahal waktu kecil saya ingin punya uang banyak," terang Buchori.
Keinginan untuk selalu mengantongi uang banyak yang membuat Buchori bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses. Di benak Buchori kala itu, hanya pengusaha sukses yang mempunyai kantong tebal.
Namun demikian, meski ben na-cita jadi pengusaha. Buchori tetap ingin nm nyam bangku kuliah. Namun, uniknya, dia memilih kuliah
Universitas Islam Negeri Sunan kali jaga, yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai modal untuk menjadi pengusaha. Titapi Buchori punya alasan lain Menurutnya, kuliah di 1IN memang bukan untuk menjadi pengusahaatau sekadar mencari gelar sarjana, tetapi dia ingin mengubah pola pikirnya. "Pola pikir itu penting karena berguna untuk bersosialisasi dan juga untuk membuka jaringan," terang Buchori.
Saat itu. Buchori membuktikan kepada orangtuanya kalau ia bisa membiayai kuliah dari hasil jualan koran dari hasil menjadi sopir taksi. "Pengalaman menjadi sopir taksi ada gunanya sampai sekarang," terang Buchori. Pengalaman narik taksi selama tiga tahun membuat Buchori hafal seluk beluk kota Yogyakarta.
Sejak duduk dibangku sekolah, Buchori sudahterbiasa untukmandiri.
Buchori menyadari, untuk meraih sukses di bangku kuliah dan tetap bisa bekei ja, kata kuncinya hanya pada disiplin. Termasuk berdisiplin bagaimana meraih iai gi i setoran taksi. "Capek memang, tapi dengan begitulah saya bisa memetik banyak pelajaran," urai pria yang kini sudah punya empat toko rol i di Yogyakarta daii tiga toko di beberapa kota hun
Setelah memiliki istri. Buchori memutuskan untuk berhenti menjadi sopir taksi. Bahkan, diajuga tak segan meninggalkan bangku kuliah dan memilih membuka usaha. Buchori memutuskan membuka usaha diperantau-an di Pemalang. Di kota kecil di utara Jawa Tengah ini,bersama istrinya, memproduksi aneka keripik untuk i hpial Namun usaha ini kurang berkembang. "Usaha yang pertama temyata tidak berhasil," kenang Buchori.
Tanpa kenal menyerah, Buchori .banting setir berbisnis ayam potong. Tapi usaha ini juga kandas di tengah jalan. Delapan tahun lamanya Buchori tertatih-tatih membangun bisnis di Pemalang. "Akhirnya saya kembali ke kota Yogyakarta pada 2003," ujarnya.
Berbekal sisa tabungan Rp 3 juta, Buchori mencoba peruntungan baru dengan membuat roti di rumah kontrakan. Saat pertama kali produksi, Buchori hanya membual 10 kotak roti per hari yang kemudian dia jual i i.m-temannya semasa kuliah.
Selain itu Buchori melirik potensi pasar baru, yaitu pengunjung warnet yang banyak bertebaran di kota Yogyakarta. "Roti itu saya bawa ke warnet-warnet," terang Buchori. Sampai 2006, permintaan roti beremerek Afiah itu makin banyak. Buchori bisa memproduksi hingga 2.000 kotak per hari. Agar permintaan bisa terlayani, Buchori memutuskan untuk membeli toko di Yogyakarta, termasuk mobil untuk keperluan operasional.
Pada 2007 dan 2008, Buchori memutuskan untuk melakukan ekspansi besar-besaran. Ia membuka toko roti Afiah di kota Purwokerto, Purworejo dan juga Kutoarjo. Guna mendukung operasional Buchori menambah 3 unit mobil lagi untuk operasional.
Tidak mudah bagi sosok Buchori Al Zahrowi memiliki jaringan toko roti Afiah seperti sekarang ini. Buchori sempat melewati kegagalan hingga akhirnya bisa mendirikan tujuh toko roti yang tersebesar di Yogyakarta, Purwokerto, Kutoarjo dan juga di Purwerejo. Kesuksesan Buchori tak lepas dari cita-citanya untuk hidup mandiri.
KEINGINAN untuk hidup mandiri bisa menjadi bekal untuk mrnggapaisukses. Itulah pengalaman dari Buchori Al Zahrowi pemilik jaringan toko roti Allah di Yogyakarta dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Bagi Buchori hidup mandiri sudah menjadi kebiasaan sejak duduk di luuigku Sekolah Menengan Atas (SMA) Ketika itu, seusai sekolah, Buchori memilih memanfaatkannya untuk bekerja paruh waktu di sebuah perusahaan sablon pakaian. Atau, ia menjadi perajin tas berbahan rotan yang hasilnya dia jual ke pengcpul kerajinan yang ada di Bantul.
Semangat mandiri Buchori memang tidak lepas dari latar belakang keluarganya Maklum, sang Ayah hanyalah guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ergaji yang pas-pasan. "Padahal waktu kecil saya ingin punya uang banyak," terang Buchori.
Keinginan untuk selalu mengantongi uang banyak yang membuat Buchori bercita-cita ingin menjadi pengusaha sukses. Di benak Buchori kala itu, hanya pengusaha sukses yang mempunyai kantong tebal.
Namun demikian, meski ben na-cita jadi pengusaha. Buchori tetap ingin nm nyam bangku kuliah. Namun, uniknya, dia memilih kuliah
Universitas Islam Negeri Sunan kali jaga, yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai modal untuk menjadi pengusaha. Titapi Buchori punya alasan lain Menurutnya, kuliah di 1IN memang bukan untuk menjadi pengusahaatau sekadar mencari gelar sarjana, tetapi dia ingin mengubah pola pikirnya. "Pola pikir itu penting karena berguna untuk bersosialisasi dan juga untuk membuka jaringan," terang Buchori.
Saat itu. Buchori membuktikan kepada orangtuanya kalau ia bisa membiayai kuliah dari hasil jualan koran dari hasil menjadi sopir taksi. "Pengalaman menjadi sopir taksi ada gunanya sampai sekarang," terang Buchori. Pengalaman narik taksi selama tiga tahun membuat Buchori hafal seluk beluk kota Yogyakarta.
Sejak duduk dibangku sekolah, Buchori sudahterbiasa untukmandiri.
Buchori menyadari, untuk meraih sukses di bangku kuliah dan tetap bisa bekei ja, kata kuncinya hanya pada disiplin. Termasuk berdisiplin bagaimana meraih iai gi i setoran taksi. "Capek memang, tapi dengan begitulah saya bisa memetik banyak pelajaran," urai pria yang kini sudah punya empat toko rol i di Yogyakarta daii tiga toko di beberapa kota hun
Setelah memiliki istri. Buchori memutuskan untuk berhenti menjadi sopir taksi. Bahkan, diajuga tak segan meninggalkan bangku kuliah dan memilih membuka usaha. Buchori memutuskan membuka usaha diperantau-an di Pemalang. Di kota kecil di utara Jawa Tengah ini,bersama istrinya, memproduksi aneka keripik untuk i hpial Namun usaha ini kurang berkembang. "Usaha yang pertama temyata tidak berhasil," kenang Buchori.
Tanpa kenal menyerah, Buchori .banting setir berbisnis ayam potong. Tapi usaha ini juga kandas di tengah jalan. Delapan tahun lamanya Buchori tertatih-tatih membangun bisnis di Pemalang. "Akhirnya saya kembali ke kota Yogyakarta pada 2003," ujarnya.
Berbekal sisa tabungan Rp 3 juta, Buchori mencoba peruntungan baru dengan membuat roti di rumah kontrakan. Saat pertama kali produksi, Buchori hanya membual 10 kotak roti per hari yang kemudian dia jual i i.m-temannya semasa kuliah.
Selain itu Buchori melirik potensi pasar baru, yaitu pengunjung warnet yang banyak bertebaran di kota Yogyakarta. "Roti itu saya bawa ke warnet-warnet," terang Buchori. Sampai 2006, permintaan roti beremerek Afiah itu makin banyak. Buchori bisa memproduksi hingga 2.000 kotak per hari. Agar permintaan bisa terlayani, Buchori memutuskan untuk membeli toko di Yogyakarta, termasuk mobil untuk keperluan operasional.
Pada 2007 dan 2008, Buchori memutuskan untuk melakukan ekspansi besar-besaran. Ia membuka toko roti Afiah di kota Purwokerto, Purworejo dan juga Kutoarjo. Guna mendukung operasional Buchori menambah 3 unit mobil lagi untuk operasional.
Sumber : Harian Kontan
Ragil Nugroho