10/10/2011
Usaha Kerajinan Kupu-Kupu
Menyulap Shuttlecock Bekas Menjadi Kupu-Kupu nan Elok
Seringkali, barang yang kita anggap tak berguna, justru mendatangkan fulus bagi mereka yang kreatif. Dari shuttlecock bekas, perajin menyulapnya menjadi kupu-kupu nan cantik. Pasar produk kerajinan ini sudah merambah pasar ekspor. Omzetnya pun bisa mencapai puluhan juta.
BARANG bekas, seperti shuttleoock, temyata masih memiliki nilai ekonomi. Dengan sedikit kreativitas, shuttlecock bisa disulap menjadi kupu-kupu untuk mempercantik dinding atau gorden di rumah, serta suvenir pada acara-acara tertentu.
Neni Kusuma, salah satu perajin knpii kupudari shuttlecock bekas ini telah memulai usahanya sejak 2005. Kini, pemilik Butterfly Art ini juga telah merambah pasar ekspor. "Produk ini banyak diminati di Malaysia, Korea Selatan dan Jepang," ujar Neni.
Perajin asal Yogyakarta ini mengaku, modal untuk menyulap sliuttiecock menjadi kupu-kupu nan cantik im tak besar Sebulan, ia hanya membutuhkan dua karung limbah shuttb uni nk membuat 60.000 hingga 65.000 kupu-kupu.
"Satu karung limbah shuttlecockseberat 10kilogram iniharganya Rp 65.000," ujar eeni menjual hasil kerajinan kupu-kupu itu mulai Rp 2.500 prr pin rs dingan ukuran 7x8 cm hingga Rp 250.000 untuk ukuran 90x100 cm. Neni bilang, jika pesanan sedang melonjak, terutama untuk kebutuhan suvenir pernikahan, harga pun bisa naik hingga 20%. Karena kupu-kupu untuk suvenir pernikahan memilikii kh usus-dan berbeda dengan produk lainnya," tuturnya.
Siak menembus pasar ekspor pada 2010 lalu, Neni mengakui omzet terus meningkat. Jika sebelumnya omzet penjualan produk kupu-kupu tersebut hanya sekitar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan, kuli, dalam
sebulan, ia mampu meraup omzet antara Rp 75 juta hingga Rp 120 juta
Sa\;uignya, ketersediaan tenaga kerja untuk memproduksi kerajinan ini tak sebanding denaun besarnya permintaan. Menurut Neni, sulit sekali menemukan tenaga kerja yang sudah terampil. Maklum, pembuatan knpu knpu ini cukup rumit tlan membutuhkan keahlian khusus
Meski sudah dibantu oleh 13 pekerja, Neni sering kewalahan bisa uan terus membanjir. "Bahkan, terkadang, kami harus menolak pesanan tersebut, lanjut Neni. Lantaran mudahmendapatkan bahan baku berupa sh ut Hn bekas, Totok Budi Hartanto pun tertarik menekuni bisnis ini sejak tahun -005.
Pemilik IM Art di Malang mendapatkan balian baku dari pengumpul shutiU bekas. "Kami membeli shuttlecock bekas dengan harga Rp 60.000 per karung," ujar pria 41 tahun ini.
Dalam sebulan, Totok mampu memproduksi antara hingga 10.000 kupu-kupu beraneka bentuk dan ukuran. Ia menjual kupu-kupu itu dengan harga berkisar Rp 800 hingga Rp 2.500 peri. Ia bilangkonsumen datang dari seluruh Indonesia dan juga luar negeri, salah satunya ialah Jepa Selama bergelut pada usaha kerajinan ini, Totok mampu mengumpulkan pendapatan hniftja Rp -I juta setiap bulan. Ia pun bisa memperoleh margin keuntungan hingga 20%
Kendati penjualan kupu-kupunya sedang lesu pada tahun ini, bila dibanding medio 2006-2007, namun Totok optimis usahanya letapn I saha kerajinan kupu-kupu ini unik dan membutuhkan inovasi untuk menghindari kejenuhan," kata Totok.
Ia pun berharap, kerajinan kupu-kupu mi mampu bersaing dengan kerajinan serupa buatan (hina yang dalam dua tahun terakhir telah merangsek pasa; lokal Masalahnya kim. kerajinan kupu-kupu buatan luna dijual lebih dari produk perajin lokal, tutupnya.
Menyulap Shuttlecock Bekas Menjadi Kupu-Kupu nan Elok
Seringkali, barang yang kita anggap tak berguna, justru mendatangkan fulus bagi mereka yang kreatif. Dari shuttlecock bekas, perajin menyulapnya menjadi kupu-kupu nan cantik. Pasar produk kerajinan ini sudah merambah pasar ekspor. Omzetnya pun bisa mencapai puluhan juta.
BARANG bekas, seperti shuttleoock, temyata masih memiliki nilai ekonomi. Dengan sedikit kreativitas, shuttlecock bisa disulap menjadi kupu-kupu untuk mempercantik dinding atau gorden di rumah, serta suvenir pada acara-acara tertentu.
Neni Kusuma, salah satu perajin knpii kupudari shuttlecock bekas ini telah memulai usahanya sejak 2005. Kini, pemilik Butterfly Art ini juga telah merambah pasar ekspor. "Produk ini banyak diminati di Malaysia, Korea Selatan dan Jepang," ujar Neni.
Perajin asal Yogyakarta ini mengaku, modal untuk menyulap sliuttiecock menjadi kupu-kupu nan cantik im tak besar Sebulan, ia hanya membutuhkan dua karung limbah shuttb uni nk membuat 60.000 hingga 65.000 kupu-kupu.
"Satu karung limbah shuttlecockseberat 10kilogram iniharganya Rp 65.000," ujar eeni menjual hasil kerajinan kupu-kupu itu mulai Rp 2.500 prr pin rs dingan ukuran 7x8 cm hingga Rp 250.000 untuk ukuran 90x100 cm. Neni bilang, jika pesanan sedang melonjak, terutama untuk kebutuhan suvenir pernikahan, harga pun bisa naik hingga 20%. Karena kupu-kupu untuk suvenir pernikahan memilikii kh usus-dan berbeda dengan produk lainnya," tuturnya.
Siak menembus pasar ekspor pada 2010 lalu, Neni mengakui omzet terus meningkat. Jika sebelumnya omzet penjualan produk kupu-kupu tersebut hanya sekitar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta per bulan, kuli, dalam
sebulan, ia mampu meraup omzet antara Rp 75 juta hingga Rp 120 juta
Sa\;uignya, ketersediaan tenaga kerja untuk memproduksi kerajinan ini tak sebanding denaun besarnya permintaan. Menurut Neni, sulit sekali menemukan tenaga kerja yang sudah terampil. Maklum, pembuatan knpu knpu ini cukup rumit tlan membutuhkan keahlian khusus
Meski sudah dibantu oleh 13 pekerja, Neni sering kewalahan bisa uan terus membanjir. "Bahkan, terkadang, kami harus menolak pesanan tersebut, lanjut Neni. Lantaran mudahmendapatkan bahan baku berupa sh ut Hn bekas, Totok Budi Hartanto pun tertarik menekuni bisnis ini sejak tahun -005.
Pemilik IM Art di Malang mendapatkan balian baku dari pengumpul shutiU bekas. "Kami membeli shuttlecock bekas dengan harga Rp 60.000 per karung," ujar pria 41 tahun ini.
Dalam sebulan, Totok mampu memproduksi antara hingga 10.000 kupu-kupu beraneka bentuk dan ukuran. Ia menjual kupu-kupu itu dengan harga berkisar Rp 800 hingga Rp 2.500 peri. Ia bilangkonsumen datang dari seluruh Indonesia dan juga luar negeri, salah satunya ialah Jepa Selama bergelut pada usaha kerajinan ini, Totok mampu mengumpulkan pendapatan hniftja Rp -I juta setiap bulan. Ia pun bisa memperoleh margin keuntungan hingga 20%
Kendati penjualan kupu-kupunya sedang lesu pada tahun ini, bila dibanding medio 2006-2007, namun Totok optimis usahanya letapn I saha kerajinan kupu-kupu ini unik dan membutuhkan inovasi untuk menghindari kejenuhan," kata Totok.
Ia pun berharap, kerajinan kupu-kupu mi mampu bersaing dengan kerajinan serupa buatan (hina yang dalam dua tahun terakhir telah merangsek pasa; lokal Masalahnya kim. kerajinan kupu-kupu buatan luna dijual lebih dari produk perajin lokal, tutupnya.
Sumber : Harian Kontan
Fahriyadi, Fitri Nur Arifenie