06/08/2011
Siomay Yo Pink Manjakan Selera
Berangkat dari kegagalan meraih kesuksesan dengan kegigihan, begitulah Sriyono, pemilik Siomay Yo Pink mengisahkan perjalanan usahanya tersebutsaat ditemui di kediamannya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
NERACA. Siapa yang tidak mengenal dengan panganan yang satu ini, enak di idah dan memiliki bumbu yang menambah aroma makan, membuat siomay cukup diminati oleh banyak orang. Siomay ini banyak yang mengatakan berasal dari negeri Cina. Hal itu berawal dari banyaknya orang Cina yang masuk ke Indonesia menetap dan menjadi warga negara yang kemudian mereka perkenalkan pada masyarakat setempat yang akhirnya bisa diterima lidah orang Indonesia.
Akhirnya, banyak orang setempat/masyarakat asli belajarmembuat dan meracik siomay. Ada yang langsung hanya belajar dan bisa membuatnya, adapula yang menjadi pegawai/ pelayan di warung Siomay. Setelah melewati beberapa waktu maka panganan Siomay telah merambah hampir keseluruh pelosok Nusantara dan banyak diminati. Bila kita menyaksikan para penjual Siomay itu beragam, mulai dari yang keberadaannya di hotel, restauran, mall, ruko maupun yang berada dipinggir jalan atau bahkan ada yang menggunakan gerobak dan sepeda.
Tentu semua itu, dilakukan untuk mencari kesuksesan yaitu mendapatkan laba yang besar tetapi tetap mengedepankan kualitas panganannya tersebut, sehingga para penggemarnya tetap bisa menikmati Siomay nan lezat dan dengan harga yang bervariasi dan bisa terjangkau. Siomay Pink memang terbilang masih baru keberadaannya, namun para peminatnya bukan main banyaknya. "Aku mulai melakukan usaha menjual
Siomay Yo Pink ini pada 2010 sampai saat ini", tutur Yo, sapaan akrab dari Sriyono. Sebelumnya memang Sriyono sudah malang melintang di dunia bisnis kuliner ini, terutama pada panganan siomay. Pria yang pernah berprofesi menjadi calo jual beli mobil ini, pernah merasakankegagalan yang akhirnya membanting stir beralih profesi menjadi pengusaha siomay. "Kegagalan tersebut membuat aku berfikir ulang untuk mencari usaha apa yang tepat untuk di jalani dan akhirnya jatuh pada usaha siomay, karena aku sangat menyukai panganan tersebut", jelas Yo.
Beralih profesi membuat Yo harus menata ulang semua kehidupannya yang terbiasa dengan jual beli mobil dengan keuntungan yang lumayan besar. Dari profesi jual beli mobil, Yo telah bisa membeli beberapa mobil tetapi hal itu kandas ketika terjadi penipuan yang membuatnya bangkrut saat 1977. "Aku ingin jadi pengusaha Siomay, tetapi tidak mengerti cara membuatnya. Akhirnya belajar membuatnya dari seorang pengusaha Siomay keturunan Cina asal Bangka selama 1 tahun tanpa digaji, hanya dapat makan saja", kata Yo.
Semenjak itu. Yo benar-benar mempelajari usaha jualan siomay mulai dari cara pembuatan, racikan bumbu serta dari segi pemasaran dengn penuh perhatian untuk mampu menjadi seorang pengusaha Siomay. "Hampir setahun lamanya bekerja pada pedagang Siomayitu, ternyata ia meninggal dunia tanpa ada sanak saudara, yang akhirnya aku mendapatkan harta warisan pedang Siomay tersebut Lalu meneruskan usaha siomay ini namun sempat mengalami kebangkrutan", papar Yo.
Selama beberapa tahun tepatnya 1988, Yo, melakukan upaya peningkatan penjualansiomay tetapi mengalami kebangkrutan. Hal itu, tidak membuatnya menyerah, kemudian ia merekrut kembali para pegawai untuk menjual siomay tetapi tetap saja mengalami kebangkrutan. Baru pada tahun 1993, Yo kembali berbisnis dengan seorang diri. Dari situ ia memiliki modal usaha yang lumayan.
Yo kemudian memberanikan diri untuk menyewa outlet di Plaza Senayan sekitar 1996. Omset yang di dapat perhari mencapai puluhan juta rupiah. Market dari siomay tersebut saat itu tertuju pada kelas menegah atas. "Omset pertahun saat itu Rp 2 miliar/tahun yang merubah kehidupan saya seratus delapan puluh derajat, dari bersepeda menjadi memiliki mobil dan lain-lainnya", tutur. Yo.
Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang juga berimbas pada usaha yang dijalani mengalami kebangkrutan ditambah cerai dengan istri dan berpisah dari anak. Pada 2008 membuka usaha kembali dengan nama Maestro Siomay Senayan di Pasaraya Blok M yang sempat berhasil pada bulan pertama sampai ke empat. Kemudian pada bulan ke lima dan seterusnya ternyata, mengalami penurunan penjualan yang menyebabkan saya bangkrut", ungkap Yo.
Tidak terlalu lama merenungi kegagalan, Yo bangkit kembali dengan ide naturalnya. Menjual siomay dengan konsep memakai sepeda kembali. "Untuk membedakan dengan pedagang siomay lain, yaitu sepedanya akucat warna pink yang merupakan warna kesukaan putri pertamaku, kemudian orang mengenal Siomay Yo Pink dan saat ini menghasilkan laba ratusan juta rupiah. Ini dikarenakan keunikan dari gaya marketing yang dilakukan oleh Pak Yo.(shlddiq)
Sumber: Harian Neraca
Ala Sriyono