08/08/2011
Merangkai Laba dari Kerajinan Bambu
Selain bisa digunakan untuk memproduksi alat-afat musik barat, bambu juga bisa menjadi bahan baku produksi sepeda Pohon bambu bukan tanaman asing bagi orang Indonesia. Dengan jumlah yang berlimpah, batang bambu bisa digunakan untuk memenuhi beragam kebutuhan. Selain bahan baku mebel, bambu bisa disulap menjadi berbagai alat musik barat, bahkan rangka sepeda.
TANAMAN bambu memiliki sejuta manfaat. Selain bisa digunakan untuk bahan baku mebel, atau bahan untuk mempercantik interior dan eksterior rumah, bambu juga bisa disulap menjadi alat musik dan alat transportasi, berupa sepeda Sebagai bahan altematif pengganti kayu, bambu semakin menjadi andalan usaha kerajinan di Indonesia. Apalagi balian baku bambu dengan mudah ditemui di mana saja.
Lihat saja pengalaman Supardi dan Dasep Arifin bergelut dengan bambu. Supardi yang berasal dari Bandung sejak 2005 lalu telah membuat aneka lampu hias, kursi, dan meja bambu dengan merek Bamboos Craft. Dengan merek yang sama, pada 2010 lalu diajuga berkreasi membuat sepeda onthel alias sepeda angin dari bambu.
Tentu saja, sepeda bambu yang dibuat oleh Supardi dijual lebih mahal. Jika produk lampu hias dan furniture bambu dijual dengan harga antara Rp 100.000 sampai Rp 500.000 per unit, sepeda bambu dia banderol seharga Rp 20 juta per unit
Dibantu oleh 4 karyawan, Supardi membuat sepeda bambu ukuran tinggi 165 cm dan panjang 120 cm dalam waktu 20 hari. "Meski baru, produk sepeda bambu saya mulai disukai konsumen, terutama di Jabodetabek dan Semarang," ujar dia
Supardi rata-rata bisa menjual dua sepeda bambu piT bulan. Dengan penjualan tersebut, dia mengaku mendapat omzet total hingga Rp 50 juta per bulan dari seluruh penjualan kerajinan bambu. Dari omzet senilai itu, Supardi bisa menarik margin hingga 15%.
Dengan permintaan yang terus naik dalam dua tahun terakhir, Supardi bertekad akan lebih fokus membuat sepeda bambu. "Prospeknya sangat bagus," katanya Prospek yang bagus itu didukung oleh kondisi geografis dan demografis Indonesia Polusi, kemacetan, dan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, memicu gerakan bike to work sehingga memicu permintaan sepeda lebih tinggi.
Menurut Supardi, sepeda bambu adalah solusi paling tepat untuk menyelamatkan lingkungan. Selain material-nya murah dan mudah didapatkan, juga mudah didaur ulang. "Proses pembuatannya pun tidak menimbulkan polusi karbon," kata Supardi, bersemangat
Tak hanya itu, ia juga mengklaim, sepeda bambu buatannya nyaman digunakan. Sebab, bambu yang digunakan sebagai rangka sepeda itu ulet alias tak mudah
Sepeda bambu mampu meredam getaran sehingganyaman digunakan.patah, lentur, tetapi kuat. Kelenturan inilah yang menjadikan sepeda bambu mampu meredam getaran sehingga nyaman digunakan di jalan bergelombang dan t}dak rata
Namun, untuk memproduksi sepeda bambu yang nyaman, kuncinya ada di bahan baku. "Diperlukan kejelian memilih bambu. Sebab, tidak semua bambu bisa digunakan," katanya Supardi sendiri memilih bambu kuning China sebagai "bahan baku" pembuatan sepeda Bambu ini lebih kuat dibanding bambu jenis yang lain.
Selain pemilihan bambu, perajin juga harus menguasai teknik pengen-ngan dan pemanasan bambu. Proses ini sangat penting untuk membuat bambu lebih ulet dan mencegah keretakan bambu. Menurut Supardi, teknik pcngeringan dan pemanasan tak sulit namun butuh ketekunan. "Teknik penyambungan juga harus benar agar rangka tidak patah," katanya
Penyuka balian baku bambu yang lain adalah Dasep Arifin, warga Sentul, Bogor, Jawa Barat. Namun Dasep tidak membual sepeda seperti Supardi. Dia lebih memilih bambu untuk dijadikan alat musik seperti biola, kecapi, suling, dan, tentu saja, angklung. "Walaupun terbuat dari bahan yang mudah ditemui, biola saya tidak kalali dengan buatan luar negeri," ujar pria berusia 65 tahun ini.
Menurut Dasep,banyak orangyang menyukai produk biola bambu karena unik.
Berlatarbclakang seniman karawitan, Dasep tertarik untuk mengembangkan alat musik bambu karena ingin mengembangkan kesenian yang digelutinya Apalagi dia melihat pohon bambu sangat banyak ditemui di mana saja "Saya selalu berpikir untuk mengembangkan kesenian Indonesia asli," tuturnya
Ide untuk membuat biola bambu hadir ketika dia menyadari bahwa alat musik dari bambu saat ini kebanyakan hanya angklung dan suling. KArena itu, sejak 2009 lalu, Dasep pun mulai merealisasikan pembuatan biola bambu tersebut.
Selama dua tahun itulah, Abah berusaha mencari bentuk dan suara yang pas untuk biola bambunya Selama itu pula, dia berusaha menemukan jenis bambu yang cocok untuk biola Akhirnya dia menggunakan bambu gombong karena memiliki ukuran besar.
Dengan panjang 12 m dan diameter 10-15 cm, bambu gombong mudah di bentuk sesuai dengan keinginan. "Tidak semua bambu bisa menghasilkan bunyi, ada karakteristik bambu yang bisa digunakan dan biasanya insting saya yang bermain dalam pemilihan bambu," ujar Dasep.
Setelah menemukan jenis bambu yang tepat, yang dilakukan Dasep adalah membuat motif yang sesuai dengan bentuk biola Setelah moi if terbentuk sesuai dengan keinginan, bambu diberi warna dan dipemisagar corak bambu keluar sekaligus mengkilap.
Walau sudah menghabiskan waktu dua tahun, Dasep mengaku biola bambunya masihjauh dari sempurna Selain belum menghasilkan suara yang maksimal, bentuknya juga belum sesuai dengan yang dia harapkan. "Kalau boleh saya bilang baru 70%, karena bentuknya masih cukup besar," kata Dasep.
Namun, meski kondisi kesempurnaan biola baru 70%, Dasep mengaku biola buatannya sudah banyak dipesan. Mayoritas pembeli biola, kecapi dan alat musik adalah seniman atau yang cinta dengan musik.
Dari biola dan berbagai alat musik dari bahan baku bambu tadi, Dasep mengaku belum bisa mendapatkan duit yang lumayan. Dengan harga satu unit biola bambu mencapai Rp 600.000, per bulan dia hanya mampu mengantongi omzet mencapai Rp 10 juta Omzet itu nantinya untuk membeli bahan baku termasuk membayar empat karyawan.
Menurut Dasep, omzet itu masih minim karena dia belum mampu memproduksi dalam jumlah banyak dan cepat "Kendala memang masih berkutat pada soal modal dan tenaga kerja Apalagi semua kerajinan itu diproses dengan bantuan mesin. Oleh sebab itu, dia berharap ada investor yang tertarik untuk memodali usahanya nan langka ini.
Selain bisa digunakan untuk memproduksi alat-afat musik barat, bambu juga bisa menjadi bahan baku produksi sepeda Pohon bambu bukan tanaman asing bagi orang Indonesia. Dengan jumlah yang berlimpah, batang bambu bisa digunakan untuk memenuhi beragam kebutuhan. Selain bahan baku mebel, bambu bisa disulap menjadi berbagai alat musik barat, bahkan rangka sepeda.
TANAMAN bambu memiliki sejuta manfaat. Selain bisa digunakan untuk bahan baku mebel, atau bahan untuk mempercantik interior dan eksterior rumah, bambu juga bisa disulap menjadi alat musik dan alat transportasi, berupa sepeda Sebagai bahan altematif pengganti kayu, bambu semakin menjadi andalan usaha kerajinan di Indonesia. Apalagi balian baku bambu dengan mudah ditemui di mana saja.
Lihat saja pengalaman Supardi dan Dasep Arifin bergelut dengan bambu. Supardi yang berasal dari Bandung sejak 2005 lalu telah membuat aneka lampu hias, kursi, dan meja bambu dengan merek Bamboos Craft. Dengan merek yang sama, pada 2010 lalu diajuga berkreasi membuat sepeda onthel alias sepeda angin dari bambu.
Tentu saja, sepeda bambu yang dibuat oleh Supardi dijual lebih mahal. Jika produk lampu hias dan furniture bambu dijual dengan harga antara Rp 100.000 sampai Rp 500.000 per unit, sepeda bambu dia banderol seharga Rp 20 juta per unit
Dibantu oleh 4 karyawan, Supardi membuat sepeda bambu ukuran tinggi 165 cm dan panjang 120 cm dalam waktu 20 hari. "Meski baru, produk sepeda bambu saya mulai disukai konsumen, terutama di Jabodetabek dan Semarang," ujar dia
Supardi rata-rata bisa menjual dua sepeda bambu piT bulan. Dengan penjualan tersebut, dia mengaku mendapat omzet total hingga Rp 50 juta per bulan dari seluruh penjualan kerajinan bambu. Dari omzet senilai itu, Supardi bisa menarik margin hingga 15%.
Dengan permintaan yang terus naik dalam dua tahun terakhir, Supardi bertekad akan lebih fokus membuat sepeda bambu. "Prospeknya sangat bagus," katanya Prospek yang bagus itu didukung oleh kondisi geografis dan demografis Indonesia Polusi, kemacetan, dan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, memicu gerakan bike to work sehingga memicu permintaan sepeda lebih tinggi.
Menurut Supardi, sepeda bambu adalah solusi paling tepat untuk menyelamatkan lingkungan. Selain material-nya murah dan mudah didapatkan, juga mudah didaur ulang. "Proses pembuatannya pun tidak menimbulkan polusi karbon," kata Supardi, bersemangat
Tak hanya itu, ia juga mengklaim, sepeda bambu buatannya nyaman digunakan. Sebab, bambu yang digunakan sebagai rangka sepeda itu ulet alias tak mudah
Sepeda bambu mampu meredam getaran sehingganyaman digunakan.patah, lentur, tetapi kuat. Kelenturan inilah yang menjadikan sepeda bambu mampu meredam getaran sehingga nyaman digunakan di jalan bergelombang dan t}dak rata
Namun, untuk memproduksi sepeda bambu yang nyaman, kuncinya ada di bahan baku. "Diperlukan kejelian memilih bambu. Sebab, tidak semua bambu bisa digunakan," katanya Supardi sendiri memilih bambu kuning China sebagai "bahan baku" pembuatan sepeda Bambu ini lebih kuat dibanding bambu jenis yang lain.
Selain pemilihan bambu, perajin juga harus menguasai teknik pengen-ngan dan pemanasan bambu. Proses ini sangat penting untuk membuat bambu lebih ulet dan mencegah keretakan bambu. Menurut Supardi, teknik pcngeringan dan pemanasan tak sulit namun butuh ketekunan. "Teknik penyambungan juga harus benar agar rangka tidak patah," katanya
Penyuka balian baku bambu yang lain adalah Dasep Arifin, warga Sentul, Bogor, Jawa Barat. Namun Dasep tidak membual sepeda seperti Supardi. Dia lebih memilih bambu untuk dijadikan alat musik seperti biola, kecapi, suling, dan, tentu saja, angklung. "Walaupun terbuat dari bahan yang mudah ditemui, biola saya tidak kalali dengan buatan luar negeri," ujar pria berusia 65 tahun ini.
Menurut Dasep,banyak orangyang menyukai produk biola bambu karena unik.
Berlatarbclakang seniman karawitan, Dasep tertarik untuk mengembangkan alat musik bambu karena ingin mengembangkan kesenian yang digelutinya Apalagi dia melihat pohon bambu sangat banyak ditemui di mana saja "Saya selalu berpikir untuk mengembangkan kesenian Indonesia asli," tuturnya
Ide untuk membuat biola bambu hadir ketika dia menyadari bahwa alat musik dari bambu saat ini kebanyakan hanya angklung dan suling. KArena itu, sejak 2009 lalu, Dasep pun mulai merealisasikan pembuatan biola bambu tersebut.
Selama dua tahun itulah, Abah berusaha mencari bentuk dan suara yang pas untuk biola bambunya Selama itu pula, dia berusaha menemukan jenis bambu yang cocok untuk biola Akhirnya dia menggunakan bambu gombong karena memiliki ukuran besar.
Dengan panjang 12 m dan diameter 10-15 cm, bambu gombong mudah di bentuk sesuai dengan keinginan. "Tidak semua bambu bisa menghasilkan bunyi, ada karakteristik bambu yang bisa digunakan dan biasanya insting saya yang bermain dalam pemilihan bambu," ujar Dasep.
Setelah menemukan jenis bambu yang tepat, yang dilakukan Dasep adalah membuat motif yang sesuai dengan bentuk biola Setelah moi if terbentuk sesuai dengan keinginan, bambu diberi warna dan dipemisagar corak bambu keluar sekaligus mengkilap.
Walau sudah menghabiskan waktu dua tahun, Dasep mengaku biola bambunya masihjauh dari sempurna Selain belum menghasilkan suara yang maksimal, bentuknya juga belum sesuai dengan yang dia harapkan. "Kalau boleh saya bilang baru 70%, karena bentuknya masih cukup besar," kata Dasep.
Namun, meski kondisi kesempurnaan biola baru 70%, Dasep mengaku biola buatannya sudah banyak dipesan. Mayoritas pembeli biola, kecapi dan alat musik adalah seniman atau yang cinta dengan musik.
Dari biola dan berbagai alat musik dari bahan baku bambu tadi, Dasep mengaku belum bisa mendapatkan duit yang lumayan. Dengan harga satu unit biola bambu mencapai Rp 600.000, per bulan dia hanya mampu mengantongi omzet mencapai Rp 10 juta Omzet itu nantinya untuk membeli bahan baku termasuk membayar empat karyawan.
Menurut Dasep, omzet itu masih minim karena dia belum mampu memproduksi dalam jumlah banyak dan cepat "Kendala memang masih berkutat pada soal modal dan tenaga kerja Apalagi semua kerajinan itu diproses dengan bantuan mesin. Oleh sebab itu, dia berharap ada investor yang tertarik untuk memodali usahanya nan langka ini.
Sumber : Harian Kontan
Ragil N., Dea C, Bambang Rakhmanto