11/0812011
Bisnis Mukena Bordir
Bulan Ramadan mendatangkan berkah bagi produsen mukena atau perlengkapan shalat muslimah. Pesanan mukena jenis bordir bahkan naik hingga dua kali lipat. Omzet seorang produsen mukena naik 100% menjadi Rp 100 juta selama Ramadan.
BANYAK bisnis yang mendapatkan berkah di bulan Ramadan. Salah satunya adalah bisnis mukena. Permintaan perlengkapan sholat bagi kaum hawa ini selalu bertambah saat bulan Ramadan tiba. Banyak muslimah membeli mukena baru menyambut datangnya bulan suci.
Permintaan mukena dengan hiasan bordir atau sulam bisa menjadi contoh. Indra, produsen mukena bordir di Tasikmalaya, Jawa Barat mengaku kebai\jiran permintaan saat bulan puasa tiba. Produk mukena bikinan Indra dipesan oleh para pedagang mukena dari berbagai daerah. Balikan, tak jarang para pedagang itu memesan mukena bordir ke Indra pada jauh-jauh hari sebelum bulan puasa tiba.
Saking banyaknya permintaan, Indra mengaku akan menolak pesanan lantaran ia tak sanggup lagi menambah kapasitas produksi mukenanya. "Permintaan naik dua kali lipat," ujar Indra, pemilik merek Rumah Taziek ini. Permintaan yang bertambah ini pula mendongkrak omzet bulanan yang diterima Indra menjadi dua kali lipat
Sebagai ilustrasi, bulan Ramadan tahun lalu, Indra mendulang omzet hingga Rp 87 juta. "Ramadan ini saya bisa tembus Rp 100 juta," kata Indra yang enggan menyebut margin usaha lomeltopembuatan mukena bordimya. Saat hari biasa, Indra biasanya hanya bisa mendulang omzet Rp 50 juta per bulan. Untuk memenuhi bera-
gam selera pasar. Indra membuat mukena bordir dengan harga berbeda. Mulai dari yang termurah yakni Rp 20.000 per potong, hingga Rp 1 juta per potong. "Harga termahal untuk mukena berbahan sutera ujar Indra. Selain Indra, kenaikan penjualan mukena bordir juga dialami Yeli Tanvin. produsen mukena bordir merek Camelia. Biasanya, ifeti hanya bisa menjual 90 potong mukena bordir per bulan. "Kalau bulan puasa penjualan bisa 150 potong," kata Yeti yang membuka usaha bordir di Bandung, Jawa Barat itu.
Pesanan mukena milik Yeti tidak hanya datang dari pasar Bandung saja Yeti juga memiliki pelanggan dari berbagai kota seperti
Jakarta, Surabaya, Semarang, bahkan pembeli dari Aceh juga rutin memesan mukenanya
Yeti mengaku memiliki pelanggan dari berbagai kota karena produknya punya keunggulan desain. Setiap tahun Yeti memperbaharui desain mukena itu. "Maklum, saya sudah puluhan tahun menekuni bordir." klaim Yeti.
\rii membanderol mukena plus dengan sajadah dari harga Rp 126.00ft hingga Rp 860.000. Semakin mahal harga mukena, semakin berkualitas balian dasar mukenanya Khusus bulan Ramadan, Yeti memproduksinya sebelum bulan puasa tiba. Maklum, bulan Ramadan, melupakan waktu yang ditunggu-tunggu Yeti. Saat bulan itu tiba. Yeti mendapat pesanan berlipat. Omzet yang didapatnya bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Saat hari biasa Yeti hanya bisa mendulang omzet Rp 10 juta per bulan. "Pembeli tetap ada, tapi jumlahnya sedikit kalau hari biasa," ujarnya
\cii mengaku, peningkatan penjualan di bulan puasa digunakan untuk tambahan gaji, termasuk THR lebaran untuk 10 orang karyawannya "Saya bersyukur masih bisa berbagi dengan orang lain," tambah Yeti.
Bulan Ramadan mendatangkan berkah bagi produsen mukena atau perlengkapan shalat muslimah. Pesanan mukena jenis bordir bahkan naik hingga dua kali lipat. Omzet seorang produsen mukena naik 100% menjadi Rp 100 juta selama Ramadan.
BANYAK bisnis yang mendapatkan berkah di bulan Ramadan. Salah satunya adalah bisnis mukena. Permintaan perlengkapan sholat bagi kaum hawa ini selalu bertambah saat bulan Ramadan tiba. Banyak muslimah membeli mukena baru menyambut datangnya bulan suci.
Permintaan mukena dengan hiasan bordir atau sulam bisa menjadi contoh. Indra, produsen mukena bordir di Tasikmalaya, Jawa Barat mengaku kebai\jiran permintaan saat bulan puasa tiba. Produk mukena bikinan Indra dipesan oleh para pedagang mukena dari berbagai daerah. Balikan, tak jarang para pedagang itu memesan mukena bordir ke Indra pada jauh-jauh hari sebelum bulan puasa tiba.
Saking banyaknya permintaan, Indra mengaku akan menolak pesanan lantaran ia tak sanggup lagi menambah kapasitas produksi mukenanya. "Permintaan naik dua kali lipat," ujar Indra, pemilik merek Rumah Taziek ini. Permintaan yang bertambah ini pula mendongkrak omzet bulanan yang diterima Indra menjadi dua kali lipat
Sebagai ilustrasi, bulan Ramadan tahun lalu, Indra mendulang omzet hingga Rp 87 juta. "Ramadan ini saya bisa tembus Rp 100 juta," kata Indra yang enggan menyebut margin usaha lomeltopembuatan mukena bordimya. Saat hari biasa, Indra biasanya hanya bisa mendulang omzet Rp 50 juta per bulan. Untuk memenuhi bera-
gam selera pasar. Indra membuat mukena bordir dengan harga berbeda. Mulai dari yang termurah yakni Rp 20.000 per potong, hingga Rp 1 juta per potong. "Harga termahal untuk mukena berbahan sutera ujar Indra. Selain Indra, kenaikan penjualan mukena bordir juga dialami Yeli Tanvin. produsen mukena bordir merek Camelia. Biasanya, ifeti hanya bisa menjual 90 potong mukena bordir per bulan. "Kalau bulan puasa penjualan bisa 150 potong," kata Yeti yang membuka usaha bordir di Bandung, Jawa Barat itu.
Pesanan mukena milik Yeti tidak hanya datang dari pasar Bandung saja Yeti juga memiliki pelanggan dari berbagai kota seperti
Jakarta, Surabaya, Semarang, bahkan pembeli dari Aceh juga rutin memesan mukenanya
Yeti mengaku memiliki pelanggan dari berbagai kota karena produknya punya keunggulan desain. Setiap tahun Yeti memperbaharui desain mukena itu. "Maklum, saya sudah puluhan tahun menekuni bordir." klaim Yeti.
\rii membanderol mukena plus dengan sajadah dari harga Rp 126.00ft hingga Rp 860.000. Semakin mahal harga mukena, semakin berkualitas balian dasar mukenanya Khusus bulan Ramadan, Yeti memproduksinya sebelum bulan puasa tiba. Maklum, bulan Ramadan, melupakan waktu yang ditunggu-tunggu Yeti. Saat bulan itu tiba. Yeti mendapat pesanan berlipat. Omzet yang didapatnya bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Saat hari biasa Yeti hanya bisa mendulang omzet Rp 10 juta per bulan. "Pembeli tetap ada, tapi jumlahnya sedikit kalau hari biasa," ujarnya
\cii mengaku, peningkatan penjualan di bulan puasa digunakan untuk tambahan gaji, termasuk THR lebaran untuk 10 orang karyawannya "Saya bersyukur masih bisa berbagi dengan orang lain," tambah Yeti.
Sumber : Harian kontan
Bambang Rakhmanto