08/08/2011
Jadi Trainer Sepatu, Sudah Membekali 5 Ribu Peserta
BAYANGAN Nanang pergi bekerja ke Taiwan kali pertama adalah mencari modal untuk merintis usaha di tanah air. Ini tentu seperti para tenaga kerja Indonesia (TKI) kebanyakan. Saat kuliah, saya berpikir, nano selepas kuliah bi sa kepa mandiri Tidak ikut orang. Ingin cari-cari modal, selanjutnya mengembangkan usaha sendiri," kata Nanang, salah seorang finalis Indonesia Migrant Worker Award 2010 itu Namun, kenyataan berbicara lain. Sebab, lulusan Teknik N les in l Jruvcrsitas Sebelas Maret Surakarta pada 2000 itu hanya bekerja satu tahun pabrik besi di Taiwan.
Promosi awalnya agen 2 tahun. Tapi, setelah sampai tanda tangan kontrak, hanya 1 tahun. Ya sudah, mau tidak mau saya ambil. Saya bekerja pada 2003. Dalam benak, dua tahun, lumayan untuk mengumpulkan modal. Kalau satu tahun, istilahnya bakbuk (im-pas. Red), ujar pria png tinggal di Desa Kedensari, Kecamatan Tanggula-ngin. Kabupaten Sidoarjo, lawa Timur, itu ketika dihubungi INDOPOS kemarin (7/8).
\lcvki hanya -etahun di Taiwan, ada beberapa pelajaran yang menarik yang didapat di sana. Kebanyakan vang pergi menjadi tenaga kerja Indo-i ke luar negeri tidak dibekali . Nanang juga mengaku bekerja di manufaktur tidak ada bekal yang diberikan agen saat mau berangkat. Masih banyak yang hanya mengandalkan fisik dan vang penting sehat. Itu saja.Di Taiwan saya melihat para perempuan asal Filipina banyak bekerja di pabrik. Tapi yang dari Indonesia banyak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau sektor domestik, (ika mempunyai .
BAYANGAN Nanang pergi bekerja ke Taiwan kali pertama adalah mencari modal untuk merintis usaha di tanah air. Ini tentu seperti para tenaga kerja Indonesia (TKI) kebanyakan. Saat kuliah, saya berpikir, nano selepas kuliah bi sa kepa mandiri Tidak ikut orang. Ingin cari-cari modal, selanjutnya mengembangkan usaha sendiri," kata Nanang, salah seorang finalis Indonesia Migrant Worker Award 2010 itu Namun, kenyataan berbicara lain. Sebab, lulusan Teknik N les in l Jruvcrsitas Sebelas Maret Surakarta pada 2000 itu hanya bekerja satu tahun pabrik besi di Taiwan.
Promosi awalnya agen 2 tahun. Tapi, setelah sampai tanda tangan kontrak, hanya 1 tahun. Ya sudah, mau tidak mau saya ambil. Saya bekerja pada 2003. Dalam benak, dua tahun, lumayan untuk mengumpulkan modal. Kalau satu tahun, istilahnya bakbuk (im-pas. Red), ujar pria png tinggal di Desa Kedensari, Kecamatan Tanggula-ngin. Kabupaten Sidoarjo, lawa Timur, itu ketika dihubungi INDOPOS kemarin (7/8).
\lcvki hanya -etahun di Taiwan, ada beberapa pelajaran yang menarik yang didapat di sana. Kebanyakan vang pergi menjadi tenaga kerja Indo-i ke luar negeri tidak dibekali . Nanang juga mengaku bekerja di manufaktur tidak ada bekal yang diberikan agen saat mau berangkat. Masih banyak yang hanya mengandalkan fisik dan vang penting sehat. Itu saja.Di Taiwan saya melihat para perempuan asal Filipina banyak bekerja di pabrik. Tapi yang dari Indonesia banyak yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau sektor domestik, (ika mempunyai .
( keahlian), kanbisa be-terja tidak di sektor pembantu rumahtangga jelas pria kelahiran 2 Mei 1)7H lersebuL Menurutnya jika mempunyai skill, tentunya pendapatan akan lebih baik. Apalagi bekerja di luar negeri Selain itu. tentunya tidak dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, sepulang dan tarwan, Nanang ingin dapat ikut memberi kontribusi memberi bekal keahlian kepada orang lain. Gayung pun bersambut. "Sedikit banyak saya tahu tentang pembuatan sepatu.
Saya belajar otodidak Nanya ki-pada teman-teman. Pada 2004 ada proyek dari Kementerian Perindustrian mendirikan balai pelatihan khusus alas kaki di Sidoarjo, saya ikut. Awalnya tidak sebagai trainer, tapi sebagai operator mesin. Tapi belum setahun saya sebagai trainer. Ya bisa bantuteman-teman yang belum purn Mereka dibekali pembuatan sepatu, seperti sol sepatu, menjahit sepatu, hingga assembling" |elas .
priayangs;uitki l.nw.nnruberangkat dari Jakarta Hingga saat ini, Nanang telah membekali sekitar lima ribu orang. Dari beberapa iraineryang membekali lima ribu orang itu, Nanang merupakan satu-satunya mantan tenaga kerja Indnn Sayang, keinginan Nanang agar para lulusan traimrii; itu bisa diserap ke lu.ir negeri belum menjadi kenyataan.
"Tidak tahu kenapa PJTKI (Perusahaan Jasa Tenaga Kerja lndo-nesia, Red) belum melirik. Padahal, setahu saya di luar negeri ada banyak perusahaan sepatu seperi China. Mereka yang habis mengikuti tminingra-ta-rata diserap pasar domestik Seperti sentra sepatu di Bandung, Iakan.i Me dan, dan Sidoarjo sendiri. Saya pilih trainersepatu, karena termasuk padat karya, banyak dibutuhkan pabrik. terang bapak dua anak lenebul
Pembekalan atau pelatihan tiap angkatan dilakukan rata-rata selama 20 han. Setiap bulan, hampir ada pelat! han. Peserta tidak dipungut biaya sepeser pun. Dalam pelatihan itu. peserta langsung dibekali aplikasi pembualan sepatu "Untuk peserta, ada yang berasal dari pabrik, ladi pabrik me ne rima pekeria yang belum punya skill. terus kami training. Peserta |uga berasal dari informasi yang disebar dan dari teman-teman mereka. Hasil dari pelatihan ini, memang belum 100 per sen terserap. Tapi, sebagian besar bisa memanfaatkan apa yang (elah didapat.
Sebagian besar terserap, ungkap anang yang menlkah pada 2004 dangan perempuan yang dikenalnya saat be-kerjadl tarwan I i --amping sibuk men|adi trainer. Nanang Juga mempunyai usaha sapa iu sendiri yong dikelola bersama Istri nya. "Pembuatan sepatu ini dimulai pada 2008. Melibatkan sekitar ID orang. Order dari toko grosiran. kami buatkan," ceritanya.
Apa keinginan ke depan Nanang masih menginginkan, para ITI Kl tidak hanya membekali para calon TKI dengan seputar yang berhubungan de ngan sektor domestik atau jiembantu rumah tanggakenapa tidak ililxkali dengan shl/\am Kalau punya bekid ki-a hlian. bisa dihargai dan mcn|aih har gainigBeaa rang di luar negeri Mereka yang punya skill, pendapatannya kan insa meningkat," pungkasnya (zul)
Pembekalan atau pelatihan tiap angkatan dilakukan rata-rata selama 20 han. Setiap bulan, hampir ada pelat! han. Peserta tidak dipungut biaya sepeser pun. Dalam pelatihan itu. peserta langsung dibekali aplikasi pembualan sepatu "Untuk peserta, ada yang berasal dari pabrik, ladi pabrik me ne rima pekeria yang belum punya skill. terus kami training. Peserta |uga berasal dari informasi yang disebar dan dari teman-teman mereka. Hasil dari pelatihan ini, memang belum 100 per sen terserap. Tapi, sebagian besar bisa memanfaatkan apa yang (elah didapat.
Sebagian besar terserap, ungkap anang yang menlkah pada 2004 dangan perempuan yang dikenalnya saat be-kerjadl tarwan I i --amping sibuk men|adi trainer. Nanang Juga mempunyai usaha sapa iu sendiri yong dikelola bersama Istri nya. "Pembuatan sepatu ini dimulai pada 2008. Melibatkan sekitar ID orang. Order dari toko grosiran. kami buatkan," ceritanya.
Apa keinginan ke depan Nanang masih menginginkan, para ITI Kl tidak hanya membekali para calon TKI dengan seputar yang berhubungan de ngan sektor domestik atau jiembantu rumah tanggakenapa tidak ililxkali dengan shl/\am Kalau punya bekid ki-a hlian. bisa dihargai dan mcn|aih har gainigBeaa rang di luar negeri Mereka yang punya skill, pendapatannya kan insa meningkat," pungkasnya (zul)
Sumber : Indo Pos