>>>>Jutawan Baru
DESA Cowek kini tidak hanya berlimpah air, tetapi juga rupiah. Itu terjadi karena pembibitan tanaman keras bukan hanya untuk penghijauan, melainkan juga dikembangkan sebagai bisnis.Sugiarto mengaku ia memang menginginkan kegiatan penghijauan juga berdampak secara ekonomi pada peningkaian pendapatan masyarakat. Tentu itu sangat mungkin.
Keberhasilan penghijauan dan airyang berlimpah di Desa Cowek telah menjadi gula bagi daerah sekitarnya. Banyak orang datang berkunjung, termasuk mahasiswa yang ingin menggali ilmu.Pohon-pohon yang subur pun membuat pembibitan tanaman v keras dari desa tersebut terkenal. Kegiatan itu menjadi usaha menguntungkan. Apalagi pohon yang ditanam sudah bisa dipanen.
"Pohon yang sudah saya tanam itu sekarang sudah berdiameter 80cm-90cm," tukas Sugiarto.
Sugiarto kini memiliki lahan seluas 2.500 meter persegi serta sewa lahan seluas 2 hektare untuk keperluan pembibitan dan usaha tanaman keras.
Usaha pembibitan itu juga digeluti warga lainnya. Di desa itu sekarang sudah ada 14 usaha pembibitan.
"Banyak permintaan dari daerah lain. Saya sekarang punya 100 ribu bibit," kata Sunari, salah satu warga yang menjadi relawan lingkungan sekaligus kini pengusaha bibit tanaman keras.Sunari mengikuti jejak Sugiarto dua tahun lalu. Kini, dari modal awal Rpl,2 juta, usahanya telah bernilai Rp20 juta.
Kepedulian lingkungan yang sedang bangkit sekarang ini juga ikut menyuburkan bisnis bibit tanaman keras. Di berbagai daerah di Jawa, pengusaha-pengusaha bibit tanaman keras bermunculan dan permintaan datang dariberbagai daerah. Di sisi lain. Sugiarto tetap berusaha agar bisnis pembibitan itu tidak meminggirkan usaha pelestarian lingkungan. Bersama warga sekitar, Sugiarto membuat hutan asuh.
Hasil dari usaha pembibitan, selain digunakan untuk kebutuhankeluarga, juga untuk meneruskan perjuangan penghijauan. Sugiarto menyebarkan virus hijaunya ke sekolah-sekolah. Karena prihatin melihat anak-anak sekolah yang suka membuang sampah sembarangan, ia membuatkan bak sampah gratis dan membagikan bibit tanaman U sekolah. SDN Cowek 3 adalah sekolah pertama yang mendapat kehormatan itu.
Kini, program sekolah hijau telah merambah hampir ke seluruh sekolah di Kabupaten Pasuruan."Hingga sekarang kami sudah memberikan 457 ribu bibit gratis di seluruh sekolah di Kabupaten Pasuruan," ujarnya dengan bangga. Sugiarto berharap kecintaan pada lingkungan tumbuh seiring dengan pohon-pohon itu. Memang pada akhirnya, penghijauan bukan hanya soal alam, melainkan juga soal pemahaman manusia untuk hidup seimbang. (BN/M-6)
DESA Cowek kini tidak hanya berlimpah air, tetapi juga rupiah. Itu terjadi karena pembibitan tanaman keras bukan hanya untuk penghijauan, melainkan juga dikembangkan sebagai bisnis.Sugiarto mengaku ia memang menginginkan kegiatan penghijauan juga berdampak secara ekonomi pada peningkaian pendapatan masyarakat. Tentu itu sangat mungkin.
Keberhasilan penghijauan dan airyang berlimpah di Desa Cowek telah menjadi gula bagi daerah sekitarnya. Banyak orang datang berkunjung, termasuk mahasiswa yang ingin menggali ilmu.Pohon-pohon yang subur pun membuat pembibitan tanaman v keras dari desa tersebut terkenal. Kegiatan itu menjadi usaha menguntungkan. Apalagi pohon yang ditanam sudah bisa dipanen.
"Pohon yang sudah saya tanam itu sekarang sudah berdiameter 80cm-90cm," tukas Sugiarto.
Sugiarto kini memiliki lahan seluas 2.500 meter persegi serta sewa lahan seluas 2 hektare untuk keperluan pembibitan dan usaha tanaman keras.
Usaha pembibitan itu juga digeluti warga lainnya. Di desa itu sekarang sudah ada 14 usaha pembibitan.
"Banyak permintaan dari daerah lain. Saya sekarang punya 100 ribu bibit," kata Sunari, salah satu warga yang menjadi relawan lingkungan sekaligus kini pengusaha bibit tanaman keras.Sunari mengikuti jejak Sugiarto dua tahun lalu. Kini, dari modal awal Rpl,2 juta, usahanya telah bernilai Rp20 juta.
Kepedulian lingkungan yang sedang bangkit sekarang ini juga ikut menyuburkan bisnis bibit tanaman keras. Di berbagai daerah di Jawa, pengusaha-pengusaha bibit tanaman keras bermunculan dan permintaan datang dariberbagai daerah. Di sisi lain. Sugiarto tetap berusaha agar bisnis pembibitan itu tidak meminggirkan usaha pelestarian lingkungan. Bersama warga sekitar, Sugiarto membuat hutan asuh.
Hasil dari usaha pembibitan, selain digunakan untuk kebutuhankeluarga, juga untuk meneruskan perjuangan penghijauan. Sugiarto menyebarkan virus hijaunya ke sekolah-sekolah. Karena prihatin melihat anak-anak sekolah yang suka membuang sampah sembarangan, ia membuatkan bak sampah gratis dan membagikan bibit tanaman U sekolah. SDN Cowek 3 adalah sekolah pertama yang mendapat kehormatan itu.
Kini, program sekolah hijau telah merambah hampir ke seluruh sekolah di Kabupaten Pasuruan."Hingga sekarang kami sudah memberikan 457 ribu bibit gratis di seluruh sekolah di Kabupaten Pasuruan," ujarnya dengan bangga. Sugiarto berharap kecintaan pada lingkungan tumbuh seiring dengan pohon-pohon itu. Memang pada akhirnya, penghijauan bukan hanya soal alam, melainkan juga soal pemahaman manusia untuk hidup seimbang. (BN/M-6)
Sumber : Media Indonesia