>>>>>>Kesuksesan dari Sekadar Coba-coba Ikut Tes Penerbangan
Di daratan, Brooke Castillo boleh dilihat sebagai perempuan biasa. Dia seorang pianis klasik, manajer band rock, atlet, dan seorangguru.Tapi, jangan remehkan dia jika sudah berada di angkasa.
Di belakang panel kokpit, dia bisa melesat tak terbendung oleh siapa pun. Ya.selain sejumlah profesi yang dia miliki di daratan, Castillo adalah kapten penerbangan di Filipina. Bukan hanya kapten biasa, dia juga merupakan wanita pertama yang menyandang pangkat kapten pilot penerbangan komersial di negaranya bersama maskapai Cebu Pacific.Wanita berusia 41 tahun ini begitu piawai membawa terbang Airbus A319dan A320 milik maskapai tempatnya bekerj a.
"Saya kira saya memang ditakdirkan untuk berada di sini," ungkap wanita berperawakan tinggi itu kepada AFP. Castillo tumbuh besar dalam keluarga yang cukup mapan di Manila. Ayahnya adalah seorang bankir dan ibunya menjalankan sebuah kasino.
Ketiga saudara prianya membantu Castillo membangkitkan kecintannya pada olahraga dan kompetisi.
Saat masih kecil Castillo senang menghabiskan waktunya di tempat permainan boling. Kegemarannya itu bahkan membuatnya mendapatkan penghargaan dengan mewakili tim yunior boling dari negaranya untuk berkompetisi di tingkat regional dan internasional. Diajuga tercatat sebagai anggo-ta tim muda basket Filipina, dan memenangkan medan perak untuk negaranya di kejuaraan taekwondo AsiaTenggara.
Di antara hobi dan bakat-nya yang lain, Castillo juga sangat senang memainkan piano klasik, mengelola sebuah band alternatif rock lokal dan memiliki gelar sarjana administrasi bisnis dari universitas elit di Filipina.
Melihat latar belakang itu, tentu saja orang akan berpikir bahwa Castillo sudah cukup puas menata hidupnya. Namun, temyata tidak. Masih ada sebuah tantangan lain yang ingin dia jawab, menaklukkan angkasa.
Sejak kecil tak pernah tebersit keinginan menjadi pilot di benak Castillo.Tapi, suatuhari dia mengantarkan seorang temannya untuk mengikuti beasiswa pilot di maskapai nasional Filipina, Philippines Airlines. Saat itulah, tiba-tiba dia merasa tertantang. Dia lantas coba-coba mengikuti tes itu juga. Hasilnya? Sang teman yang sudah sangat berniat ikut gagal.Tapi, Castillo yang hanya ikut-ikutan justru lolos. Dia pun berhasil masuk sekolah penerbangan.
"Ketika saya pergi ke sekolah penerbangan, saya menyadari segala sesuatu yang saya pelajari dari musik, sekolah dan olahraga-semuanya-bisa menerapkan lebih dari mata pelajaran kuliah saya di sini,"ujar dia.
Rasanya tak salah bagi Castillo mengikuti tes itu. Sekolah penerbangan yang dia ikuti justru membangun kecinta-annya pada penerbangan. Dan, perjuangannya selama duduk di bangku sekolah itu pun tak sia-sia. Pada 1996 dia menjadi pilot wanita pertama di Filipina untuk penerbangan komersial di Philippine Airlines.
Setelah enam tahun mengabdi di maskapai nasional itu, pada 2002 Castillo pindah ke Cebu Pacific. Di maskapai itulah dia lantas menorehkan prestasi lain. Dia menjadi wanita pertama di Filipina yangmenduduki posisi sebagai kapten pesawat.
Kesuksesan Castillo sebagai pilot wanita pertama untuk penerbangan komersial dan kapten pilot wanita pertama tampaknya menjadi inspirasi wanita di negaranya untuk mengikuti jejaknya. Hingga saat ini sudah ada 14 pilot wanita Cebu Pacific. Perkembangan ini tentu membuat Castillo bahagia. "Mudah-mudahan akan bertambah lagi," ujarnya.
Bagi Castillo, manfaat menjadi pilot adalah kesuksesan-nya."Dalam profesi kami tidak ada standar ganda karena Anda tidak boleh menempatkan hidup seseorang dalam ba-haya," katanya.
Menurut wanita yang kini menjabat sebagai instruktur pilot bagi pilot muda di Cebu Pacific, pilot wanita memiliki keunggulan dengan sifatnya yang cenderung memperhatikan hal-hal yang sangat detil dan rinci.Apalagi, seorang pilot memang perlu memeriksa lebih dari 200 item sebelum penerbangan dilakukan. "Mereka mengatakan bahwa perempuan lebih teliti dan bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Mungkin itu benar. Dalam be-, berapa kasus saya melihat halitu," papar dia.
Sebagai seorang pilot berpengalaman, Castillo menuturkan, aspek tersuli t menerbangkan pesawat adalah saat tafceo,mendarat,atau memutuskan membatalkan penerbangan. Sebab, keraguan sekecil apapun dapat menyebabkan situasi hidup atau mati.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan dalam kariemya adalah ketika dia me-miloti pesawat DC-9 sekitar sembilan tahun lalu. Saat itu kabin kehilangan tekanan di tengah penerbangan.Tim pelatihan profesional terpaksa mengambil alih dan pesawat mendarat dengan selamat. "Hal yang saya pelajari dari kejadian itu adalah bahwa Anda tidak perlu merasa takut sampai semuanya berakhir. Setelah Anda mendarat dan sp-galanya berakhir, saat itulah Anda bisa merasakan rasa takut," urainya.
Setelah mendapatkan posisi bergengsi di dunia penerbangan komersial, ambisi Castillo selanjutnya adalah kapten pesa watAirbusyangme-miliki badan lebih lebar dari A319 dan A320.Mimpi yang mungkin akan di wu j udkannya karena Cebu Pacific sedangagresif di pasar internasional. Dia juga ingin terus terbang dan mengajar hingga usia 65 tahun, usia pensiun di Cebu Pacific untuk pilot.
Selain itu,layaknya perempuan pada umumnya, dia juga menginginkan bisa menikah dan memiliki anak suatu hari nanti.Tapi, dia merasa memiliki kesulitan mencari waktu untuk hal-hal pribadi seperti itu. "Saya berharap.saya ingin, tapi saya benar-benar tidak dapat melihat bagaimana hal itu terjadi," katanya ketika ditanya tentang pernikahan dan keluarga. "Terus terang saya sedang menikmati karier terbang saya dan saya menikmati mengajar.Menjadi instruktur bisa melengkapi kehidupan saya dan dengan cara itu membuat saya berpikir, Apakah saya harus menyerahkan semua itu untuk hal lain?"
Bagi Castillo, menjadi pilot adalah salah satu dari sekian tantangan yang terbukti mampu dia hadapi dan membuatnya jatuh cinta. "Saya hanya menerima tantangan tersebut dan saya menyadari itu adalah sesuatu yang saya sukai, itu saja," terang Castillo.*
Sumber: Harian Seputar Indonesia
Di daratan, Brooke Castillo boleh dilihat sebagai perempuan biasa. Dia seorang pianis klasik, manajer band rock, atlet, dan seorangguru.Tapi, jangan remehkan dia jika sudah berada di angkasa.
Di belakang panel kokpit, dia bisa melesat tak terbendung oleh siapa pun. Ya.selain sejumlah profesi yang dia miliki di daratan, Castillo adalah kapten penerbangan di Filipina. Bukan hanya kapten biasa, dia juga merupakan wanita pertama yang menyandang pangkat kapten pilot penerbangan komersial di negaranya bersama maskapai Cebu Pacific.Wanita berusia 41 tahun ini begitu piawai membawa terbang Airbus A319dan A320 milik maskapai tempatnya bekerj a.
"Saya kira saya memang ditakdirkan untuk berada di sini," ungkap wanita berperawakan tinggi itu kepada AFP. Castillo tumbuh besar dalam keluarga yang cukup mapan di Manila. Ayahnya adalah seorang bankir dan ibunya menjalankan sebuah kasino.
Ketiga saudara prianya membantu Castillo membangkitkan kecintannya pada olahraga dan kompetisi.
Saat masih kecil Castillo senang menghabiskan waktunya di tempat permainan boling. Kegemarannya itu bahkan membuatnya mendapatkan penghargaan dengan mewakili tim yunior boling dari negaranya untuk berkompetisi di tingkat regional dan internasional. Diajuga tercatat sebagai anggo-ta tim muda basket Filipina, dan memenangkan medan perak untuk negaranya di kejuaraan taekwondo AsiaTenggara.
Di antara hobi dan bakat-nya yang lain, Castillo juga sangat senang memainkan piano klasik, mengelola sebuah band alternatif rock lokal dan memiliki gelar sarjana administrasi bisnis dari universitas elit di Filipina.
Melihat latar belakang itu, tentu saja orang akan berpikir bahwa Castillo sudah cukup puas menata hidupnya. Namun, temyata tidak. Masih ada sebuah tantangan lain yang ingin dia jawab, menaklukkan angkasa.
Sejak kecil tak pernah tebersit keinginan menjadi pilot di benak Castillo.Tapi, suatuhari dia mengantarkan seorang temannya untuk mengikuti beasiswa pilot di maskapai nasional Filipina, Philippines Airlines. Saat itulah, tiba-tiba dia merasa tertantang. Dia lantas coba-coba mengikuti tes itu juga. Hasilnya? Sang teman yang sudah sangat berniat ikut gagal.Tapi, Castillo yang hanya ikut-ikutan justru lolos. Dia pun berhasil masuk sekolah penerbangan.
"Ketika saya pergi ke sekolah penerbangan, saya menyadari segala sesuatu yang saya pelajari dari musik, sekolah dan olahraga-semuanya-bisa menerapkan lebih dari mata pelajaran kuliah saya di sini,"ujar dia.
Rasanya tak salah bagi Castillo mengikuti tes itu. Sekolah penerbangan yang dia ikuti justru membangun kecinta-annya pada penerbangan. Dan, perjuangannya selama duduk di bangku sekolah itu pun tak sia-sia. Pada 1996 dia menjadi pilot wanita pertama di Filipina untuk penerbangan komersial di Philippine Airlines.
Setelah enam tahun mengabdi di maskapai nasional itu, pada 2002 Castillo pindah ke Cebu Pacific. Di maskapai itulah dia lantas menorehkan prestasi lain. Dia menjadi wanita pertama di Filipina yangmenduduki posisi sebagai kapten pesawat.
Kesuksesan Castillo sebagai pilot wanita pertama untuk penerbangan komersial dan kapten pilot wanita pertama tampaknya menjadi inspirasi wanita di negaranya untuk mengikuti jejaknya. Hingga saat ini sudah ada 14 pilot wanita Cebu Pacific. Perkembangan ini tentu membuat Castillo bahagia. "Mudah-mudahan akan bertambah lagi," ujarnya.
Bagi Castillo, manfaat menjadi pilot adalah kesuksesan-nya."Dalam profesi kami tidak ada standar ganda karena Anda tidak boleh menempatkan hidup seseorang dalam ba-haya," katanya.
Menurut wanita yang kini menjabat sebagai instruktur pilot bagi pilot muda di Cebu Pacific, pilot wanita memiliki keunggulan dengan sifatnya yang cenderung memperhatikan hal-hal yang sangat detil dan rinci.Apalagi, seorang pilot memang perlu memeriksa lebih dari 200 item sebelum penerbangan dilakukan. "Mereka mengatakan bahwa perempuan lebih teliti dan bisa mengerjakan banyak pekerjaan. Mungkin itu benar. Dalam be-, berapa kasus saya melihat halitu," papar dia.
Sebagai seorang pilot berpengalaman, Castillo menuturkan, aspek tersuli t menerbangkan pesawat adalah saat tafceo,mendarat,atau memutuskan membatalkan penerbangan. Sebab, keraguan sekecil apapun dapat menyebabkan situasi hidup atau mati.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan dalam kariemya adalah ketika dia me-miloti pesawat DC-9 sekitar sembilan tahun lalu. Saat itu kabin kehilangan tekanan di tengah penerbangan.Tim pelatihan profesional terpaksa mengambil alih dan pesawat mendarat dengan selamat. "Hal yang saya pelajari dari kejadian itu adalah bahwa Anda tidak perlu merasa takut sampai semuanya berakhir. Setelah Anda mendarat dan sp-galanya berakhir, saat itulah Anda bisa merasakan rasa takut," urainya.
Setelah mendapatkan posisi bergengsi di dunia penerbangan komersial, ambisi Castillo selanjutnya adalah kapten pesa watAirbusyangme-miliki badan lebih lebar dari A319 dan A320.Mimpi yang mungkin akan di wu j udkannya karena Cebu Pacific sedangagresif di pasar internasional. Dia juga ingin terus terbang dan mengajar hingga usia 65 tahun, usia pensiun di Cebu Pacific untuk pilot.
Selain itu,layaknya perempuan pada umumnya, dia juga menginginkan bisa menikah dan memiliki anak suatu hari nanti.Tapi, dia merasa memiliki kesulitan mencari waktu untuk hal-hal pribadi seperti itu. "Saya berharap.saya ingin, tapi saya benar-benar tidak dapat melihat bagaimana hal itu terjadi," katanya ketika ditanya tentang pernikahan dan keluarga. "Terus terang saya sedang menikmati karier terbang saya dan saya menikmati mengajar.Menjadi instruktur bisa melengkapi kehidupan saya dan dengan cara itu membuat saya berpikir, Apakah saya harus menyerahkan semua itu untuk hal lain?"
Bagi Castillo, menjadi pilot adalah salah satu dari sekian tantangan yang terbukti mampu dia hadapi dan membuatnya jatuh cinta. "Saya hanya menerima tantangan tersebut dan saya menyadari itu adalah sesuatu yang saya sukai, itu saja," terang Castillo.*
Sumber: Harian Seputar Indonesia
SUSI SUSANTO