07/24/2011
Ide lebih penting dari Pada modal
Diwa dagang temyata tidak bisa dipisahkan dari seorang Dandan Hamdani, konseptor dan pendiri Idea Concept Store, toko produk fashion, khususnya pakaian yang semua produknya berasal dari perancang muda lokal.Pria kelahiran Sukabumi ini mengaku usaha yang digelutinya dimulai dari modal sangat terbatas. Bisa dikatakan nol. Usaha sendiri dimulainya setelah malang melintang menjadi pekerja kantoran di beberapa perusahaan besar.
Pada akhir 2003, Dandan memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Banyak ide melintas di benaknya saat itu, tetapi dia menyadari bahwa dirinya belum mampu memproduksi atau menghasilkan sebuah karya orisinal untuk dipasarkan.
Ide mengambil lisensi merek yang sudah terkenal di luar negeri untuk dibawa ke Indonesia pun datang. Apalagi dari riset kecil yang dilakukannya, temyala masyarakat disini lebih mudah menerima brand asing dibandingkan dengan produk lokal.Mulailah Dandan melakukan riset dan pendekatan kepada para pemilik brand, produk sepatu Vincci saat itu menjadi fokusnya karena berbagai alasan, salah satunya lokasinya yangcukup dekat, yaitu Malaysia.
"Bolak balik ke luar negeri waktu itu benar-benar modal tipis, bahkan sampai utang tiket kepada teman pemilik agen perjalanan. Beberapa bulan pendekatan lemyata tidak mudah untuk bertemu mereka," ujarnya kepada Bisnis.Keberuntungan pun datang dengan adanya rekomendasi dari seorang kenalan di Malaysia. Ketika bertemu, Dandan mengaku mempersiapkan segalanya dari A hingga /., mulai dari penampilan hingga presentasi ide bisnis.
Sekali bertemu, mereka pun jatuh hati dan memercayakan lisensi master franchiser di Indonesia kepadanya. Padahal, sebelumnya cukup banyak orang atau pengusaha dengan modal besar dari Indonesia yang berusaha membawa merek tersebut ke sini.
Dandan mengaku saat ini pemegang merek mengatakan bahwa banyak pengusaha datang dan mengatakan memiliki modal, tetapi tidak banyak yang serius memaparkan rehcana usaha hingga detail dan logis.
"Kendala berikutnya datang, mereka mau melihat rekening, menunjukkan kesiapan modal saya, padahal saat itu belum terpikir dapat dana dari mana. Usaha sana sini selama sepekan akhirnya mendatangkan hasil," ujarnya.
Masalah lain sempat muncul ketika nama merek Vincci ternyata sudah
Dia menuntut semuaperancang memperbaruiproduknya paling lama 2pekan sekali.dipatenkan di Indonesia, akhirnya dikeluarkan merek kedua yang memerlukan proses edukasi dari awal kepada pencinta brand ini.
Rangkul karyawan
Sebagai master fmncriiser Vincci, produk sepatu dari Padini Holding Malaysia, Dandan berhasil mendirikan berbagai gerai di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Setiap toko dibuka dan diawali dengan riset yang dilakukannya sendiri.
"Saya bisa berdiri di depan lokasi calon toko untuk menghitung berapa orang yang lewat selama sehari, siapa saja vendor di lantai tersebut, segmen pasar, hingga jam berapa saja biasa orang membeli sepatu," ujarnya.
Konsep pemasaran dan promosi melalui pesan singkat pun dilakukan dengan mengumpulkan S.000 kontak yang rajin dikiriminya SMS promosi, mulai dari penggemar brand hingga calon pembeli potensial.
Dandan mengaku memperhitungkan segalanya, termasuk waktu mengirim
SMS karena saat itu promosi melalui media tersebut belum banyak seperti sekarang. Tarif per SMS yang dikirim pun masih cukup tinggi.
"Harus efisien, termasuk mengetahui konsumen dengan lokasi toko terdekat. Saya biasa kirim pesan Kamis sore sebelum jam 5, di mana orang bersiap mencari pakaian untuk keluar pada Jumat son? sepulang kantor dan memulai akhir pekan," ujarnya.
Pendekatan personal tidak hanya dilakukan kepada konsumen. Dirinya juga memperlakukan pegawai tanpa perbedaan. Salah satunya kebijakan menutup toko selama 1 jam pada bulan puasa untuk memberikan kesempatan pegawai berbuka puasa dan beribadah.
Kembangkan produk lokal
Tawaran untuk menjadi master fraiichiser beberapa produk dari Eropa dan beberapa negara Asia lainnya pun berdatangan. Dandan memutuskan untuk melepas kepemilikan Vincci dan bekerja sama dengan salah satu grup besar. "Sayangnya kerja sama mi gagal sebelum dimulai dan membuat saya sempat merasa down. Namun, banyak pelajaran dari kegagalan tersebut," ujarnya.
Gatal berdagang dan merasa ketagihan berbisnis ritel, Dandan mengembangkan konsep baru, kali ini produk lokal menjadi pilihannya, khususnya produk fashion mulai dari busana, tas, sepatu, hingga aksesori karya perancang muda.
"Awalnya saya lihat mereka memiliki ide luar biasa, tetapi kurang percaya diri dan merasa bisnis ini masih sebagai sampingan dari pekerjaan kantoran. Padahal, potensinya sangat besar," ujarnya. Bermodal perancang hasil huniing dari pameran ke pameran hingga relasi, akhirnya berhasil dikumpulkannya 16 merek karya perancang muda untuk dipasarkan dalam satu toko dengan konsep menghadirkan karya berkualitas, berjiwa muda, dan harganya terjangkau di tempat bergengsi.
Lokasi pertama Idea adalah FX mal, salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta yang berada di kawasan perkantoran Sudirman dengan konsep muda dan bergaya. Tidak main-main, dia menuntut semua perancang memperbarui produknya paling lama 2 pekan sekali.
Hanya dalam waktu 2 bulan, datang tawaran dari pihak Plaza Indonesia baginya untuk membuka gerai di sana, tidak lama diikutioleh Pondok Indah Mal. Dia juga memberikan fleksibilitas bagi para perancang untuk berkembang di tempat lain.
Baginya, perancang muda tersebut yang penting harus komitmen, salah satunya dengan menaruh desain yang berbeda di setiap toko sehingga konsumen melihat model beragam dan memiliki banyak pilihan.
Impiannya, tidak hanya memperbesar penetrasi Idea sebagai sebuat brand concept store, hal lain yang diharapkannya adalah bisa memberikan bimbingan kepada para perancang muda ini untuk berani dan bisa bisnis di bidang ritel.
"Mereka harus memiliki cukup bekal dan kepercayaan diri untuk membuka usaha sendiri, jangan sampai terjebak menyukai bidang ini, tetapi tetap harus bekerja di kantor karena takut tidak memperoleh penghasilan tetap," ujarnya.
Alasan tidak memiliki modal merupakan ketakutan yang harus dilawan. Menjadi pengusaha baginya adalah memiliki ide yang bisa dijual. Ibaratnya sebagus apa pun komputer (modal), tidak akan bekerja maksimal tanpa software (ide dan kegigihan) yang bagus.
Sumber : Bisnis Indonesia
Diwa dagang temyata tidak bisa dipisahkan dari seorang Dandan Hamdani, konseptor dan pendiri Idea Concept Store, toko produk fashion, khususnya pakaian yang semua produknya berasal dari perancang muda lokal.Pria kelahiran Sukabumi ini mengaku usaha yang digelutinya dimulai dari modal sangat terbatas. Bisa dikatakan nol. Usaha sendiri dimulainya setelah malang melintang menjadi pekerja kantoran di beberapa perusahaan besar.
Pada akhir 2003, Dandan memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Banyak ide melintas di benaknya saat itu, tetapi dia menyadari bahwa dirinya belum mampu memproduksi atau menghasilkan sebuah karya orisinal untuk dipasarkan.
Ide mengambil lisensi merek yang sudah terkenal di luar negeri untuk dibawa ke Indonesia pun datang. Apalagi dari riset kecil yang dilakukannya, temyala masyarakat disini lebih mudah menerima brand asing dibandingkan dengan produk lokal.Mulailah Dandan melakukan riset dan pendekatan kepada para pemilik brand, produk sepatu Vincci saat itu menjadi fokusnya karena berbagai alasan, salah satunya lokasinya yangcukup dekat, yaitu Malaysia.
"Bolak balik ke luar negeri waktu itu benar-benar modal tipis, bahkan sampai utang tiket kepada teman pemilik agen perjalanan. Beberapa bulan pendekatan lemyata tidak mudah untuk bertemu mereka," ujarnya kepada Bisnis.Keberuntungan pun datang dengan adanya rekomendasi dari seorang kenalan di Malaysia. Ketika bertemu, Dandan mengaku mempersiapkan segalanya dari A hingga /., mulai dari penampilan hingga presentasi ide bisnis.
Sekali bertemu, mereka pun jatuh hati dan memercayakan lisensi master franchiser di Indonesia kepadanya. Padahal, sebelumnya cukup banyak orang atau pengusaha dengan modal besar dari Indonesia yang berusaha membawa merek tersebut ke sini.
Dandan mengaku saat ini pemegang merek mengatakan bahwa banyak pengusaha datang dan mengatakan memiliki modal, tetapi tidak banyak yang serius memaparkan rehcana usaha hingga detail dan logis.
"Kendala berikutnya datang, mereka mau melihat rekening, menunjukkan kesiapan modal saya, padahal saat itu belum terpikir dapat dana dari mana. Usaha sana sini selama sepekan akhirnya mendatangkan hasil," ujarnya.
Masalah lain sempat muncul ketika nama merek Vincci ternyata sudah
Dia menuntut semuaperancang memperbaruiproduknya paling lama 2pekan sekali.dipatenkan di Indonesia, akhirnya dikeluarkan merek kedua yang memerlukan proses edukasi dari awal kepada pencinta brand ini.
Rangkul karyawan
Sebagai master fmncriiser Vincci, produk sepatu dari Padini Holding Malaysia, Dandan berhasil mendirikan berbagai gerai di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Setiap toko dibuka dan diawali dengan riset yang dilakukannya sendiri.
"Saya bisa berdiri di depan lokasi calon toko untuk menghitung berapa orang yang lewat selama sehari, siapa saja vendor di lantai tersebut, segmen pasar, hingga jam berapa saja biasa orang membeli sepatu," ujarnya.
Konsep pemasaran dan promosi melalui pesan singkat pun dilakukan dengan mengumpulkan S.000 kontak yang rajin dikiriminya SMS promosi, mulai dari penggemar brand hingga calon pembeli potensial.
Dandan mengaku memperhitungkan segalanya, termasuk waktu mengirim
SMS karena saat itu promosi melalui media tersebut belum banyak seperti sekarang. Tarif per SMS yang dikirim pun masih cukup tinggi.
"Harus efisien, termasuk mengetahui konsumen dengan lokasi toko terdekat. Saya biasa kirim pesan Kamis sore sebelum jam 5, di mana orang bersiap mencari pakaian untuk keluar pada Jumat son? sepulang kantor dan memulai akhir pekan," ujarnya.
Pendekatan personal tidak hanya dilakukan kepada konsumen. Dirinya juga memperlakukan pegawai tanpa perbedaan. Salah satunya kebijakan menutup toko selama 1 jam pada bulan puasa untuk memberikan kesempatan pegawai berbuka puasa dan beribadah.
Kembangkan produk lokal
Tawaran untuk menjadi master fraiichiser beberapa produk dari Eropa dan beberapa negara Asia lainnya pun berdatangan. Dandan memutuskan untuk melepas kepemilikan Vincci dan bekerja sama dengan salah satu grup besar. "Sayangnya kerja sama mi gagal sebelum dimulai dan membuat saya sempat merasa down. Namun, banyak pelajaran dari kegagalan tersebut," ujarnya.
Gatal berdagang dan merasa ketagihan berbisnis ritel, Dandan mengembangkan konsep baru, kali ini produk lokal menjadi pilihannya, khususnya produk fashion mulai dari busana, tas, sepatu, hingga aksesori karya perancang muda.
"Awalnya saya lihat mereka memiliki ide luar biasa, tetapi kurang percaya diri dan merasa bisnis ini masih sebagai sampingan dari pekerjaan kantoran. Padahal, potensinya sangat besar," ujarnya. Bermodal perancang hasil huniing dari pameran ke pameran hingga relasi, akhirnya berhasil dikumpulkannya 16 merek karya perancang muda untuk dipasarkan dalam satu toko dengan konsep menghadirkan karya berkualitas, berjiwa muda, dan harganya terjangkau di tempat bergengsi.
Lokasi pertama Idea adalah FX mal, salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta yang berada di kawasan perkantoran Sudirman dengan konsep muda dan bergaya. Tidak main-main, dia menuntut semua perancang memperbarui produknya paling lama 2 pekan sekali.
Hanya dalam waktu 2 bulan, datang tawaran dari pihak Plaza Indonesia baginya untuk membuka gerai di sana, tidak lama diikutioleh Pondok Indah Mal. Dia juga memberikan fleksibilitas bagi para perancang untuk berkembang di tempat lain.
Baginya, perancang muda tersebut yang penting harus komitmen, salah satunya dengan menaruh desain yang berbeda di setiap toko sehingga konsumen melihat model beragam dan memiliki banyak pilihan.
Impiannya, tidak hanya memperbesar penetrasi Idea sebagai sebuat brand concept store, hal lain yang diharapkannya adalah bisa memberikan bimbingan kepada para perancang muda ini untuk berani dan bisa bisnis di bidang ritel.
"Mereka harus memiliki cukup bekal dan kepercayaan diri untuk membuka usaha sendiri, jangan sampai terjebak menyukai bidang ini, tetapi tetap harus bekerja di kantor karena takut tidak memperoleh penghasilan tetap," ujarnya.
Alasan tidak memiliki modal merupakan ketakutan yang harus dilawan. Menjadi pengusaha baginya adalah memiliki ide yang bisa dijual. Ibaratnya sebagus apa pun komputer (modal), tidak akan bekerja maksimal tanpa software (ide dan kegigihan) yang bagus.
Sumber : Bisnis Indonesia