>>>>>>Peternak Lokal Berpeluang Besar
Sebanyak 60 persen sapi Australia diekspor ke Indonesia.
Peternak lokal menyambut hangat pembekuan sementara impor sapi bakalan dari Australia. Kebijakan tersebut membantu menaikkan daya saing sapi lokal sebagai tuan rumah di negaranya sendiri."Jika ingin berswasemba-da, Indonesia harus batasi impor," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging Indonesia (APDI) Jabodetabek, Asnawi, kepada Republika, di Jakarta, Ahad (12/6).
Sapi lokal selama ini mendapat tekanan kuat dari sapi impor. Selama 2009, kerugian peternak lokal mencapai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta untuk satu ekor sapi. Di sisi lain, kata Asnawi, jumlah sapi impor yang masuk 60 persen di atas kuota yang ditetapkan-pemerintah maksimal 500 ekor.
Ketua Dewan Pimpinan
Pusat Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI). Teguh Boediyana, menemukan perbedaan data antara jumlah impor dari Dirjen Peternakan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk impor sapi bakalan 2010, Dirjen Peternakan mendata 500 ekor, sedangkan BPS mendata 760 ribu ekor. Untuk daging beku, Dirjen Peternakan mendata 70 ribu ton, sedangkan BPS mendata 119 ribu ton. "Pantas saja peternak lokal kita menjerit," jelas Teguh kepada Republika.
Pakar dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Heri Ahmad Sukria mengatakan, selama ini sapi impor dijadikan alasan lemahnya permintaan pasar terhadap sapi lokal. Penghentian impor menjadikan daging sapi lokal dapat menguasai pasar. Permintaan daging tinggi, harga jual sapi lokal akan membaik, dan ini peluang bagi peternak.
Menteri Pertanian RI Suswono, sebelumnya menyampaikan stok sapi bakalan Australia yang sudah ada di Indonesia sebanyak 150 ribuekor. Rinciannya, 123.500 ekor hasil impor per 31 Mei 2011 dan 26.500 ekor stok tahun 2010. Pemerintah menjamin jumlah tersebut mencukupi kebutuhan daging dalam negeri hingga September mendatang. "Masyarakat tak perlu khawatir," pinta Suswono, Rabu (8/6).
Selama ini, pasar sapi dan daging sapi di Indonesia dikuasai oleh Australia, padahal sapi lokal potensinya besar. Menurut Heri, jika Indonesia dimonopoli oleh satu negara, bagaimana bisa berswasembada. Indonesia adalah negara pengimpor sapi terbesar dari Australia, yaitu 60 persen dari produksi sapi di Australia. Meat and Livestock Association (MLA) Australia mencatat, hingga Juni 2010, ekspor sapi Australia ke Indonesia sebanyak 873.573 ekor senilai Rp 6,35 triliun.
Australia mengirimkan sapi-sapinya ke Indonesia melalui Pelabuhan Darwin, Wyndham, Broome, dan Townsville. Tujuannya ke Jakarta dan Sumatra (Medan dan Lampung).
Sebanyak 60 persen sapi Australia diekspor ke Indonesia.
Peternak lokal menyambut hangat pembekuan sementara impor sapi bakalan dari Australia. Kebijakan tersebut membantu menaikkan daya saing sapi lokal sebagai tuan rumah di negaranya sendiri."Jika ingin berswasemba-da, Indonesia harus batasi impor," ungkap Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Daging Indonesia (APDI) Jabodetabek, Asnawi, kepada Republika, di Jakarta, Ahad (12/6).
Sapi lokal selama ini mendapat tekanan kuat dari sapi impor. Selama 2009, kerugian peternak lokal mencapai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta untuk satu ekor sapi. Di sisi lain, kata Asnawi, jumlah sapi impor yang masuk 60 persen di atas kuota yang ditetapkan-pemerintah maksimal 500 ekor.
Ketua Dewan Pimpinan
Pusat Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI). Teguh Boediyana, menemukan perbedaan data antara jumlah impor dari Dirjen Peternakan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Untuk impor sapi bakalan 2010, Dirjen Peternakan mendata 500 ekor, sedangkan BPS mendata 760 ribu ekor. Untuk daging beku, Dirjen Peternakan mendata 70 ribu ton, sedangkan BPS mendata 119 ribu ton. "Pantas saja peternak lokal kita menjerit," jelas Teguh kepada Republika.
Pakar dari Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Heri Ahmad Sukria mengatakan, selama ini sapi impor dijadikan alasan lemahnya permintaan pasar terhadap sapi lokal. Penghentian impor menjadikan daging sapi lokal dapat menguasai pasar. Permintaan daging tinggi, harga jual sapi lokal akan membaik, dan ini peluang bagi peternak.
Menteri Pertanian RI Suswono, sebelumnya menyampaikan stok sapi bakalan Australia yang sudah ada di Indonesia sebanyak 150 ribuekor. Rinciannya, 123.500 ekor hasil impor per 31 Mei 2011 dan 26.500 ekor stok tahun 2010. Pemerintah menjamin jumlah tersebut mencukupi kebutuhan daging dalam negeri hingga September mendatang. "Masyarakat tak perlu khawatir," pinta Suswono, Rabu (8/6).
Selama ini, pasar sapi dan daging sapi di Indonesia dikuasai oleh Australia, padahal sapi lokal potensinya besar. Menurut Heri, jika Indonesia dimonopoli oleh satu negara, bagaimana bisa berswasembada. Indonesia adalah negara pengimpor sapi terbesar dari Australia, yaitu 60 persen dari produksi sapi di Australia. Meat and Livestock Association (MLA) Australia mencatat, hingga Juni 2010, ekspor sapi Australia ke Indonesia sebanyak 873.573 ekor senilai Rp 6,35 triliun.
Australia mengirimkan sapi-sapinya ke Indonesia melalui Pelabuhan Darwin, Wyndham, Broome, dan Townsville. Tujuannya ke Jakarta dan Sumatra (Medan dan Lampung).
Sumber: Republika
Tirkah fansuri