" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Panen Lebih Berkualitas dengan Pupuk Hasil Pengolahan Urine

Panen Lebih Berkualitas dengan Pupuk Hasil Pengolahan Urine


>>>>>>Green Business

Panen Lebih Berkualitas dengan Pupuk Hasil Pengolahan Urine
Di kalangan petani, penggunaan urine sebagai pupuk organik sudah populer. Keunggulan pupuk yang biasa disebut bio urine ini mampu membuat tanaman tumbuh dengan sempurna. Selain itu, penggunaan bio urine juga aman bagi lingkungan. Harganya pun relatif terjangkau hingga banyak petani menggunakannya.

TAK banyak orang yang tertarik mengelola limbah. Selain dianggap sebagai sampah yang tak berguna, limbah juga sering dianggap sebagai sumber penyakit Padahal, jika diolah dengan tepat, limbah juga berguna untuk lingkungan. Bahkan, bisa mendatangkan Tulus yang tak sedikit

Salah satu limbah yang bisa mendatangkan manfaat adalat) tinja dan urine, baik dari manusia maupun hewan. Seperti limbah padat, urinejuga bisa menjadi pupuk organik yang memiliki kandungan nutrisi tinggi bagi tanaman serta mampu mengembalikan kondisi tanah lebih sehat

"Sifat dari pupuk organik cair akan mengembalikan tanah menjadi sumber rantai kehidupan mahluk hidup yang ada di dalamnya," terang I Wayan Suarta, anggota Kelompok Tani Sekar Sari di Badung, Bali.

Ketertarikan Wayan mengelola urine muncul pada awal tahun 2008. Peternak sapi di Desa Mambal ini terpikir memanfaatkan lmil ali dari urine sapi miliknya. Sebelumnya, ia telah membuat kotoran padat sapi menjadi pupuk organik.

Dibantu oleh seorang petugas penyuluh lapangan dari Kementrian Pertanian, Wayan kemudian mengolah hasil limbah urine sapi. Ia mengumpulkan hingga lima liter urine sapi setiap hari. "Urine sapi ini lantas difermentasikan dengan bakteri seperti mikroba bio atau M Bio, lalu dicampur dengan arang sekam, delumit, kapur sirih, gula pasir sesuai dengan takaran," terangnya.

Untuk menghilangkan bau pesing, Wayan memerlukan enam hingga tujuh bakteri sejenis M Bio. Proses fermentasi ini memakan waktu hingga satu bulan. Sama-sama menggunakan urine, Soelaiman Budi Sunarto memanfaatkan urine manusia sebagaibahan baku pupuk cair. Ia memilih urine manusia, karena manusia adalah mahluk pemakan daging sekaligus tumbuh-tumbuhan. "Urine manusia memiliki nutrisi yang baik dan lengkap," ujar penemu balian bakar biotenal ini.

Pengolahan urine manusia menjadi pupuk juga melewati fermentasi seperti halnya urine hewan, hanya prosesnya lebih sederhana "Urine hanya dicampur dengan air kelapa atau air limbah tahu. Komposisi air kelapa 50%," terang Budi.

Setelah itu, urine baru ditambah dengan fermentordengan cara diaduk rata selama 30 menit Setelah ditutup, bio urine didiamkan selama satu nunggu. Selama didiamkan, jangan lupa sesekali mengaduknya. Setelah satu minggu ini, baru ditutup rapat lagi selama tiga minggu. Total fermentasi selama satu bulan. Bila Wayan menggunakan bakteri M Bio untuk membuat bio-urine, Budi justru memakai rempah-rempah, seperti jahe, kemiri hingga bawang putih.

Karena menggunakan urine manusia, Budi meminta tetangganya menjual urine mereka sebanyak lima liter dua hari sekali. "Saya beli seharga Rp 5.000 untuk 5 liter," tutur Budi.Menurut Wayan dan Budi, pupuk buatan mereka mampu menjaga kelestarian lingkungan dan kesuburan tanah. Pupuk organik memiliki sifat yang tak dimiliki pupuk kimia, yakni menjaga unsur hara tanah.

Manfaat lainnya, bio-urine bisa mengendalikan hama dan penyakit Kandungan bio-urine mampu mengusir hama tikus hingga walang sangit "Secara fisik, tanaman akan terlihat lebih segar, lujau dan bobotnya lebih banyak," terang Wayan.

Wayan pun pernah membuktikan hasil panen padi di Desa Mambal, Banjar Agung, Bali yang menggunakan pupuk bio-urine, lebih berkualitas. Pada bulan April 2011, hasil panen petani di desa itu naik dua kali lipat Dalam sekali panen, satu petani mendapatkan 70 kg. "Hasil panen para petani yang menggunakan bio urine lebih bagus. Beras yang dimasak menghasilkan nasi lebih pulen dan terasa lebih enak. Meskipun disimpan dalam pemanas nasi hingga 3 hari, terang Wayan.

Selain itu, biaya produksi para petani berkurang hingga 30%. "Menggunakan bio urine hanya mahal pada awalnya. Setelah panen dan merasakan manfaatnya, justru ongkos produksi lebih murah," kata Wayan.

Cara penggunaan bio urinejuga sangat mudah. Petani cukup menyemprotkan bio Urine ke tanaman agar mudah terserap oleh daun. "Komposisinya, campurkan satu imilln ri bio urine dengan satu liter air bersih," terang Budi.

Sedangkan untuk pupuk cair dari urine sapi, dosis pemakaiannya, satu liter pestisida nabati bisa dicampur dalam 12 liter air. Saat penyemprotan pupuk cair organik dapat dilakukan pada seluruh tanaman dan tanah.

Karena keberhasilan Wayan ini, para petani di Bali pun tertarik untuk menggunakan bio urine. Apalagi, pemakaian bio urine ini telah melewati uji laboratoriumdari salah satu universitas di Denpasar, tahun 2010.
Karena makin banyak petani menggunakan pupuk organik cair ini, Wayan pun menambah kapasitas produksinya hingga 10.000 liter atau setara dengan 10 ton. Wayan mematok harga satu liter bio urine sebesar Rp 15.000.

Minat yang tinggi untuk penggunaan bio urine juga terlihat di kalangan petard di Karanganyar, Jawa Tengah. Sejak memulai pengembangan pupuk bio urine tahun 2006, Budi memproduksi I lingga 5 ton bio urine setiap bulan. Ia mematok harga satu liter bio urine sebesar Rp 50.000.

Sumber : Harian Kontan
Mona Tobing



Entri Populer