" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Sentra Kerajinan Tembaga Tuntang

Sentra Kerajinan Tembaga Tuntang


>>>>>>Sentra Kerajinan Tembaga Tuntang

Pasar Tembaga Tumang sampai Mancanegara

Hasil cipta, karya, dan karsa kerajinan tembaga di Tumang, Boyolali sudah diakui pasar luar negeri. Persaingan ketat muncul dari perajin India yang menawarkan produk yang lebih murah. Namun, para perajin optimistis masih bisa bersaing di sisi motif dan bentuk produk.

KERJA keras, ketekunan serta keuletan para perajin dalam menghasilkan kerajinan berbahan tembaga dan kurungan di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ini memang patut diapresiasi. Pasalnya, setelah berpuluh-puluh tahun dikenal sebagai sentra pembuatan logam, tempat ini masih bertahan dan kian populer karena kualitasnya yang juga terus membaik.

Baik perajin berskala kecil maupun yang memang memfokuskan produknya untuk penjualan ke luar negeri, semua ada di sini. Tak mengherankan jika wilayah Tumang lambat laun berkembang menjadi industri rumahan dan menopang sebagian besar perekonomij an masyarakat setempat

Negara-negara seperti Prancis, Swedia, Amerika Serikat, dan Jepang, sudah menjadi langganan dari para

perajin tembaga dan kuningan di Tumang. Para perajin mengekspor berbagai produk seperti bak mandi, wastafel, dan meja ke negara-negara tersebut secara rutin.

Tentu saja para perajin ini senang ketika pasar menerima berbagai produk kerajinan mereka Soalnya, untuk membuat satu buah kerajinan saja paling tidak membutuhkan waktu sekitar satu pekan sampai satu bulan.

Kerjasama sangat dibutuhkan dalam setiap pembuatan kerajinan ini. "Paling tidak perlu lebih dari satu orang untuk memproduksi satu kerajinan, karena ada bagian-bagian tersendiri untuk menyelesaikannya," tutur Agus Susilo, pemilik Galeri Muda Tama

Membuat kerajinan berbahan puton atau logam cor memang perlu ekstra kerja keras dan waktu yang lebih. Perajin perlu waktu hingga satu bulan untuk membuat berbagai kerajinanberupa peralatan dapur.

Puton juga harus ditempa secara terus menerus hingga membentuk sebuah model yang diinginkan. "Perlu lebih dari tiga orang untuk menempa," terang Agus.

Pembuatan kerajinan berbahan tembaga puton lebih sulit dibanding tembaga lembaran. "Kalau dengan bahan lembaran, kita seperti membuat baju, berapa besar bahan yang ingin digunakan kita tinggal potong saja," tutur Agus.

Agus mengekspor berbagai kerajinan logam tembaga dan kuningan sebanyak 100 sampai 200 unit dengan berbagai model dan ukuran per bulan. "Biasanya pasar Eropa lebih suka kerajinan yang minimalis, sedangkan untuk Asia mereka suka yang ada ukirannya," imbuh Agus.

Pada bulan-bulan biasa Agus bisa meraih omzet antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta Tapi jika sedang ada pengerjaan proyekseperti pembuatan kubah masjid atau menara vihara, ornzet Agus bisa melonjak hingga Rp 500 juta.

Soleh Mahfud pemilik galeri Candra Logam juga mengaku kebanjiran pesanan dari pasar luar negeri untuk berbagai jenis furnitur. "Kami baru saja mengirim kerajinan jenis lampu duduk ke Thailand," tutur laki-laki yang pernah bekerja di galeri milik orang ma Agus ini. Walau usaha Soleh belum sebesar yang dimiliki Agus, Soleh mampu meraup omzet Rp 30 juta per bulan.

Senada, Agus dan Soleh mengatakan kalau selama ini pesaing utama produsen kerajinan tembaga dan kuningan lokal adalah barang-barang dan negara India "Memang produk kerajinan dari India lebih murah, tapi dari motif dan bentuk kita lebih menang," ujar mereka kompak.

Sentra Kerajinan Tembaga Tuntang (3) Pasar Tembaga Tumang sampai Mancanegara Handoyo (Boyolali)
Hasil cipta, karya, dan karsa kerajinan tembaga di Tumang, Boyolali sudah diakui pasar luar negeri. Persaingan ketat muncul dari perajin India yang menawarkan produk yang lebih murah. Namun, para perajin optimistis masih bisa bersaing di sisi motif dan bentuk produk.

KERJA keras, ketekunan serta keuletan para perajin dalam menghasilkan kerajinan berbahan tembaga dan kurungan di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ini memang patut diapresiasi. Pasalnya, setelah berpuluh-puluh tahun dikenal sebagai sentra pembuatan logam, tempat ini masih bertahan dan kian populer karena kualitasnya yang juga terus membaik.

Baik perajin berskala kecil maupun yang memang memfokuskan produknya untuk penjualan ke luar negeri, semua ada di sini. Tak mengherankan jika wilayah Tumang lambat laun berkembang menjadi industri rumahan dan menopang sebagian besar perekonomij an masyarakat setempat Negara-negara seperti Prancis, Swedia, Amerika Serikat, dan Jepang, sudah menjadi langganan dari para

perajin tembaga dan kuningan di Tumang. Para perajin mengekspor berbagai produk seperti bak mandi, wastafel, dan meja ke negara-negara tersebut secara rutin.

Tentu saja para perajin ini senang ketika pasar menerima berbagai produk kerajinan mereka Soalnya, untuk membuat satu buah kerajinan saja paling tidak membutuhkan waktu sekitar satu pekan sampai satu bulan.

Kerjasama sangat dibutuhkan dalam setiap pembuatan kerajinan ini. "Paling tidak perlu lebih dari satu orang untuk memproduksi satu kerajinan, karena ada bagian-bagian tersendiri untuk menyelesaikannya," tutur Agus Susilo, pemilik Galeri Muda Tama

Membuat kerajinan berbahan puton atau logam cor memang perlu ekstra kerja keras dan waktu yang lebih. Perajin perlu waktu hingga satu bulan untuk membuat berbagai kerajinanberupa peralatan dapur.

Puton juga harus ditempa secara terus menerus hingga membentuk sebuah model yang diinginkan. "Perlu lebih dari tiga orang untuk menempa," terang Agus.

Pembuatan kerajinan berbahan tembaga puton lebih sulit dibanding tembaga lembaran. "Kalau dengan bahan lembaran, kita seperti membuat baju, berapa besar bahan yang ingin digunakan kita tinggal potong saja," tutur Agus.

Agus mengekspor berbagai kerajinan logam tembaga dan kuningan sebanyak 100 sampai 200 unit dengan berbagai model dan ukuran per bulan. "Biasanya pasar Eropa lebih suka kerajinan yang minimalis, sedangkan untuk Asia mereka suka yang ada ukirannya," imbuh Agus.

Pada bulan-bulan biasa Agus bisa meraih omzet antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta Tapi jika sedang ada pengerjaan proyekseperti pembuatan kubah masjid atau menara vihara, ornzet Agus bisa melonjak hingga Rp 500 juta.

Soleh Mahfud pemilik galeri Candra Logam juga mengaku kebanjiran pesanan dari pasar luar negeri untuk berbagai jenis furnitur. "Kami baru saja mengirim kerajinan jenis lampu duduk ke Thailand," tutur laki-laki yang pernah bekerja di galeri milik orang ma Agus ini. Walau usaha Soleh belum sebesar yang dimiliki Agus, Soleh mampu meraup omzet Rp 30 juta per bulan.

Senada, Agus dan Soleh mengatakan kalau selama ini pesaing utama produsen kerajinan tembaga dan kuningan lokal adalah barang-barang dan negara India "Memang produk kerajinan dari India lebih murah, tapi dari motif dan bentuk kita lebih menang," ujar mereka kompak.

Sumber : Kontan
Handoyo (Boyolali)

Entri Populer