" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Tekad Mengolah Jamur Menjadi Lauk Populer

Tekad Mengolah Jamur Menjadi Lauk Populer


>>>>>Inspirasi Siti Achbary

Tak banyak petani yang terpikir mengolah hasil pertaniannya menjadi sebuah komoditas lebih bernilai. Biasanya, mereka langsung menjual hasil panenannya. Namun, Siti Achbary, petani jamur di Cisarua, Lembang mengkreasikan hasil jamur dari kumbungnya menjadi makanan olahan.

MESKI berbagai penelitian telah menetapkan jamur sebagai salah satu tumbuhan yang bagus untuk kesehatan, minat masyarakat mengonsumsi jamur masih rendah. Makanan olahan yang berasal dari jamur juga masih jarang ditemui.

Banyak orang belum tergerak mengolah jamur sebagai makanan olahan. Namun Siti Achabary, jeli melihat peluang di bisnis ini. Sebelum meryadi pengusaha makanan olahan seperti nugget, bakso, daging ham, sate dan kornet dari jamur, Siti adalah petani jamur.Ia tak sengaja menjadi petani jamur. Sebelumnya, wanita paruh baya ini adalah seorang pebisnis vila. "Pulang dari New Zealand tahun 1994, saya memulai bisnis penyewaan vila," kenang Siti.

Namun, setelah menjadi juragan vila di Lembang selama hampir sepuluh tahun, ia mulai bosan dan mencari peluang bisnis baru. "Saat itu, tahun 2004 tengah booming makanan jamur," turur wanita yang hanya menamatkan pendidikannya di SMA Tarakanita, Jakarta

Ide membudidayakan jamur datang dari sang anak yang baru lulus dari kuliah. "Anak saya bercerita, di Australia banyak masyarakatnya yang menjadi petani jamur," terangnya. Lantas, Siti pun mulai mencari informasi tentang budidaya jamur. Ia tak perlu belajar jauh tentang jamur, karena di Cisarua yang menjadi tempat tinggalnyaadalah sentra budidaya jamur.

Siti lantas berguru kepada petani jamur setempat dan mulai menyewa rak jamur yang berisikan 6.000 log jamur. "Setiap pagi saya pergi ke Curuk Cimahi dan mengikuti kelas membudidayakan jamur," tutur ibu empat anak ini.

Ia mempelajari cara memilih log yakni media tempat penanaman jamur, pemilihan bibit jamur yang bagus dan cara membesarkan jamur merang hingga panen. Selama enam bulan mempelajari budidaya jamur dan makin mahir membudidayakan jamur, terbersit ide untuk membuat sebuah olahan makanan dari jamur.

Ide tersebut muncul di benaknya saat dia melihat banyaknya jamur yang tersisa setelah panen. Maklum, saat itu permintaan jamur belum terlalu tinggi. "Jamur belum termasuk makanan pokok. Jadi banyak yang tersisa saat panen datang," ungkapnya.

Ia pun mengumpulkan jamur sisa dari penjualan dan sisa jamur yang dibuang begitu saja oleh para petani. Setiap harinya, ia membawa satu kantong plastik berukuran besar berisikan jamur. "Kalau saya ketemu warga setempat, sering saya bagikan jamurnya. Tapi lama-lama saya berfikir untuk mengolah jamur ini menjadi makanan siap saji," ujarnya.

Ia pun segera menciptakan ramuan dan mengolah jamur menjadi nugget. "Saya bagikan kepada para petani setempat, mereka banyak yang suka," ujar Siti.

Kemudian, Siti pun tergerak membangun usaha jamur sendiri di pekarangan vilanya. Saat itu, ia memang bertekad tak hanya sekadar menjadi petani jamur, tapi juga dapat membuat makanan olahan dari jamur. "Kalau yang menjadi petani sudah banyak," kata Siti..

Pada (ahun 2007, dengan modal Rp 40 juta, ia membangun kumbung yang menjadi rumah budidaya jamur. Dia juga ia membeli 20.000 log dan bibit jamur. Sayangnya, usaha Siti tak langsung berbuah manis. Ia harus merasakan kerugian besar akibat kualitas log jamumya kurang bagus. "Saya rugi besar, hanyaseparuh yang panen," ujarnya.

Namun Siti tak patah semangat. Ia pun mencari produsen log yang lebih bagus. Tak butuh waktu lama, saat panen jamur berikutnya, Siti mampu menghasilkan 5 kuintal jamur. Meski harga jamur tinggi, yakni Rp 8.000 per kilogram (kg), Siti tak tergiur menjual jamumya ke pasar. Ia Iebih tertarik mengolah panenan-nya. "Saya menciptakan olahan jamur yang bisa menjadi lauk dan disukai banyak orang. Terutama untuk anak-anak," tuturnya.

Ia menjual berbagai macam produk olahan jamumya mulai dari harga Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per bungkus (500 gram). Dalam sebulan, ia mengirimkan 1.000 bungkus makanan olahan jamur ke seluruh agen yang tersebar di Pulau Jawa, sebagian Sumatra dan sebagian Kalimantan.

Sumber : Koran Tempo
Mona Tobing

Entri Populer