>>>>Sukses melalui kebiasaan membaca
Suatu hari, Raja menghadiahkan seekorkeledai kepada Nasrudin Hoja yang cerdik. Namun, dengan licik, sang Raja berkata, "Saya memberimu keledai ini, tetapi ajarilah keledai itu membaca. Dan dua minggii kemudian, datanglah kembali ke mari, dan saya ingin lihat hasilnya."
Nasrudin pun membawa pergi keledai itu dengan tiangnya. Dua minggu kemudian, dia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, sang raja menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya. Sejenak, si keledai menatap buku itu, dan tidak lama kemudian mulailah keledai itu membolak-balik halaman buku itu dengan lidahnya.
Terus-menerus, dibaliknya setiaphalamannya sampai semua halaman dibaliknya. Semua pun bertepuk tangan. "Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca." Sang raja yang kagum, mulai bertanya, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca?" Nasrudin pun akhirnya membuka rahasianya. "Begini Baginda. Waktu saya tiba di rumali, aku sempat bingung. Tapi, ketika melihat keledaiku sedang makan, saya pun mendapatkan ide.
Lalu, saya siapkan lembaran-lembaran kertas besar mirip buku, terus aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu terpaksa harus belajar membalik-balik halamannya untuk bisa makan biji-biji gandum itu, soalnya kalau tidak, saya biarkan ia kelaparan. Aklumya, ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar. Itulah yang kuajarkan." "Tapi," tukas sang Raja yang tidak puas, "Bukankah ia tetap tidak mengerti apa yang dibacanya ?" Nasrudin, dengan tersenyum menjawab, "Iya memang begitulah beda keledai dan manusia dalam membaca. Dia hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.
Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita selolol keledai, bukan ?" Pembaca, saya suka dengan kecerdikan Nasrudin, tetapi lebih suka lagi dengan nasihatnya di akhir cerita ini buat kita. Bukankah kita sering kali membolak-balik buku, tetapi tidak mampu mencerna apa yang tertulis di buku. Ataupun, lebih parah lagi, kita belajar dan kita membaca banyak hal, tetapi itu hanya ada dalam kepala kita, kita tidak pernah bisa menerapkan dan melakukan apa pun yang telah kita baca. Karena itulah, cerita di atas mengawali pemikiran saya bagaimana cara membaca yang baik, yang bisa membawa kita ke level yang lebih sukses lagi.
Motifnya dulu Sering kali, saya menemukan orang yang mengatakan bahwa mereka tidak suka membaca. Namun, bayangkanlah skenario berikut ini. Ada seseorang sedang menderita penyakit yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Pada hari itu, ia menerima sebuah buku tebal yang diberikan oleh seseorang yang mengatakan bahwa kunci untuk menyelamatkan nyawanya ada di buku ini.
Saya berani bertaruh, (kecuali orang itu sama sekali tidak peduli dengan nyawanya lagi) maka dengan penuh sukacita pasti dilahapnya bukutersebut. Hal yang sama pernah saya alami. Saat itu saya bertemu dengan rekan saya di sebuah asosiasi bisnis. Rekan saya ini adalah orang sukses yang kisahnya sampai saya ceritakan di salah satu buku bestseller saya, Up Vonr Life. Lantas, ketikabertemu, saya memberikannya buku saya tersebut. Lalu, dia bilang bahwa saking sibuknya sekarang, dia sudah bertahun-tahun tidak pernah membaca sebuah bukupun.
Akhirnya, saya katakan bahwa di bukuku tersebut, ada tulisan saya yang bercermin dari pengalaman suksesnya dia. Namun sengaja, saya membuatnya penasaran dengan berkata, "Silakan cari dan baca. Tidak akan saya katakan di mana saya menulisnya!" Singkat kata, buku itu pun dilahapnya. Dan akhirnya ia menemukannya. Hari itu, ia menelepon saya dan berkata, "Pinter ya kamu ya. Akhirnya, kamu jadi memaksa saya membaca habis bukumu. Saya sudah lama nggak baca buku Iho. Tapi memang ya isinya bagus sekali. Terima kasih ya tetah menuliskan tentang diri saya di situ. Saya tersanjung!"
Lihatlah, dua gambaran di atas menunjukkan sebenarnya, tidak ada orang yang tidak gemar membaca. Sebenarnya, setiap orang gemar membaca, asal saja ia tahu untuk apa ia membaca. Sama seperti seorang profesor ataupun pendidik yang terpaksa harus banyak membaca karena di situlah ia akan mendapatkan bahan-bahannya mengajar. Begitulah pula, seorang karyawan, pebisnis semestinya belajar bahwa dengan membaca ia dapat meningkatkan kapasitasnya. Problem terbesarnya adalah bahwa banyak pebisnis yang merasa ia tidak perlu lagi membaca karena menurutnya, membaca itu tidak menolong bisnisnya lebih baik.
Coba, saja kalau dikatakan bahwa dengan membaca bisnisnya akan berlipat ganda. Atau, seorang karyawan akan naik pangkat dan jabatan, pastilah ia akan lebih gemar membaca. Jadi intinya, d isini kita bisa lihat, bahwa persoalan membaca sebenarnya adalah persoalan motif. Untuk itulah, setiap kali membangkitkan minat kita ataupun seseorang, termasuk anak kita soal membaca, adalah membangkitkan motifnya dulu. Apa alasan saya membaca, mengapa saya perlu membaca? Pertanyaan-pertanyaan ini harus bisa dijawab dulu.
Begitu pula saat kita menanamkan kebiasaan membaca pada anak kita. Motifnya tidak selalu harus serius, bisa saja bersifat hiburan ataupun hanya untuk sekadar pencerahan dan mengisi waktu. Apa pun alasannya, kita harus menemukannya. Semakin penting alasan itu pada diri kita, semakin besar minat kita untuk membaca.
Baca dengan sukses
Yang jelas, banyak orang sukses, disokong dengan ide dan pengembangan terus-menerus. Ide ini bisa berasal dari orang-orang yangmembisikinya. Bisa juga dari informasi yang diterimanya. Nali, salah satu sumber informasi ini adalah melalui buku ataupun media yang dia baca. Makanya, tidak heran kalau kita lihat orang yang sukses, banyak membaca. Mereka tahu, bahwa bacaan yang baik, akan memberikan mereka banyak ide dan pengembangan.
Baru-baru ini, saya memberikan seminar di sebuah perusahaan keuangan yang pemiliknya adalah seorang yang telah mendirikan banyak perusahaan. Hidupnya dimulai dari kampung yang miskin di Singkawang, Kalbar.engan susah payah, dia merangkak dan akhirnya begitu berhasil. Yang luar biasa, adalah kebiasaan membacanya. Hampir semua jenis buku ditelannya. Justru karena keterbatasan pendidikan, ia mengatakan, "Karena saya kurang pendidikan, saya harus mendidik diri saya lebih keras lagi".
Dia pun menjadi pembelajar mandiri atau otodidak, istilahnya. Hasilnya, tatkala dia bicara, pengetahuannya bahkan lebih kritis daripada seorang S-2. Bahkan ia pun diminta mengajar lepas di berbagai universitas. Dia pun membangun bisnisnya dengan sukses. Dan karena minat bacanya, para karyawannya pun dimotivasi untuk membaca!
Sebut saja tokoh-tokoh yang sukses hidupnya. Mulai dari Warren Buffet hingga Bill Gates, semuanya terkenal sebagai pembaca tulen. Mereka tahu, membaca membuka cakrawala, membaca juga melengkapi keterbatasan mereka. Hal yang sederhana bisa Anda mulai. Pertama-tama, mulailah dari topik yang menyenangkan untuk Anda dan carilah buku-buku kecil yang berbobot yang berguna buat Anda juga. Tidak perlu buku-buku yang tebal, dan selalulah sediakan buku di mana pun, termasuk di tas Anda.
Sumber: Bisnis Indonesia
Suatu hari, Raja menghadiahkan seekorkeledai kepada Nasrudin Hoja yang cerdik. Namun, dengan licik, sang Raja berkata, "Saya memberimu keledai ini, tetapi ajarilah keledai itu membaca. Dan dua minggii kemudian, datanglah kembali ke mari, dan saya ingin lihat hasilnya."
Nasrudin pun membawa pergi keledai itu dengan tiangnya. Dua minggu kemudian, dia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, sang raja menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka sampulnya. Sejenak, si keledai menatap buku itu, dan tidak lama kemudian mulailah keledai itu membolak-balik halaman buku itu dengan lidahnya.
Terus-menerus, dibaliknya setiaphalamannya sampai semua halaman dibaliknya. Semua pun bertepuk tangan. "Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca." Sang raja yang kagum, mulai bertanya, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca?" Nasrudin pun akhirnya membuka rahasianya. "Begini Baginda. Waktu saya tiba di rumali, aku sempat bingung. Tapi, ketika melihat keledaiku sedang makan, saya pun mendapatkan ide.
Lalu, saya siapkan lembaran-lembaran kertas besar mirip buku, terus aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu terpaksa harus belajar membalik-balik halamannya untuk bisa makan biji-biji gandum itu, soalnya kalau tidak, saya biarkan ia kelaparan. Aklumya, ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar. Itulah yang kuajarkan." "Tapi," tukas sang Raja yang tidak puas, "Bukankah ia tetap tidak mengerti apa yang dibacanya ?" Nasrudin, dengan tersenyum menjawab, "Iya memang begitulah beda keledai dan manusia dalam membaca. Dia hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.
Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita selolol keledai, bukan ?" Pembaca, saya suka dengan kecerdikan Nasrudin, tetapi lebih suka lagi dengan nasihatnya di akhir cerita ini buat kita. Bukankah kita sering kali membolak-balik buku, tetapi tidak mampu mencerna apa yang tertulis di buku. Ataupun, lebih parah lagi, kita belajar dan kita membaca banyak hal, tetapi itu hanya ada dalam kepala kita, kita tidak pernah bisa menerapkan dan melakukan apa pun yang telah kita baca. Karena itulah, cerita di atas mengawali pemikiran saya bagaimana cara membaca yang baik, yang bisa membawa kita ke level yang lebih sukses lagi.
Motifnya dulu Sering kali, saya menemukan orang yang mengatakan bahwa mereka tidak suka membaca. Namun, bayangkanlah skenario berikut ini. Ada seseorang sedang menderita penyakit yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Pada hari itu, ia menerima sebuah buku tebal yang diberikan oleh seseorang yang mengatakan bahwa kunci untuk menyelamatkan nyawanya ada di buku ini.
Saya berani bertaruh, (kecuali orang itu sama sekali tidak peduli dengan nyawanya lagi) maka dengan penuh sukacita pasti dilahapnya bukutersebut. Hal yang sama pernah saya alami. Saat itu saya bertemu dengan rekan saya di sebuah asosiasi bisnis. Rekan saya ini adalah orang sukses yang kisahnya sampai saya ceritakan di salah satu buku bestseller saya, Up Vonr Life. Lantas, ketikabertemu, saya memberikannya buku saya tersebut. Lalu, dia bilang bahwa saking sibuknya sekarang, dia sudah bertahun-tahun tidak pernah membaca sebuah bukupun.
Akhirnya, saya katakan bahwa di bukuku tersebut, ada tulisan saya yang bercermin dari pengalaman suksesnya dia. Namun sengaja, saya membuatnya penasaran dengan berkata, "Silakan cari dan baca. Tidak akan saya katakan di mana saya menulisnya!" Singkat kata, buku itu pun dilahapnya. Dan akhirnya ia menemukannya. Hari itu, ia menelepon saya dan berkata, "Pinter ya kamu ya. Akhirnya, kamu jadi memaksa saya membaca habis bukumu. Saya sudah lama nggak baca buku Iho. Tapi memang ya isinya bagus sekali. Terima kasih ya tetah menuliskan tentang diri saya di situ. Saya tersanjung!"
Lihatlah, dua gambaran di atas menunjukkan sebenarnya, tidak ada orang yang tidak gemar membaca. Sebenarnya, setiap orang gemar membaca, asal saja ia tahu untuk apa ia membaca. Sama seperti seorang profesor ataupun pendidik yang terpaksa harus banyak membaca karena di situlah ia akan mendapatkan bahan-bahannya mengajar. Begitulah pula, seorang karyawan, pebisnis semestinya belajar bahwa dengan membaca ia dapat meningkatkan kapasitasnya. Problem terbesarnya adalah bahwa banyak pebisnis yang merasa ia tidak perlu lagi membaca karena menurutnya, membaca itu tidak menolong bisnisnya lebih baik.
Coba, saja kalau dikatakan bahwa dengan membaca bisnisnya akan berlipat ganda. Atau, seorang karyawan akan naik pangkat dan jabatan, pastilah ia akan lebih gemar membaca. Jadi intinya, d isini kita bisa lihat, bahwa persoalan membaca sebenarnya adalah persoalan motif. Untuk itulah, setiap kali membangkitkan minat kita ataupun seseorang, termasuk anak kita soal membaca, adalah membangkitkan motifnya dulu. Apa alasan saya membaca, mengapa saya perlu membaca? Pertanyaan-pertanyaan ini harus bisa dijawab dulu.
Begitu pula saat kita menanamkan kebiasaan membaca pada anak kita. Motifnya tidak selalu harus serius, bisa saja bersifat hiburan ataupun hanya untuk sekadar pencerahan dan mengisi waktu. Apa pun alasannya, kita harus menemukannya. Semakin penting alasan itu pada diri kita, semakin besar minat kita untuk membaca.
Baca dengan sukses
Yang jelas, banyak orang sukses, disokong dengan ide dan pengembangan terus-menerus. Ide ini bisa berasal dari orang-orang yangmembisikinya. Bisa juga dari informasi yang diterimanya. Nali, salah satu sumber informasi ini adalah melalui buku ataupun media yang dia baca. Makanya, tidak heran kalau kita lihat orang yang sukses, banyak membaca. Mereka tahu, bahwa bacaan yang baik, akan memberikan mereka banyak ide dan pengembangan.
Baru-baru ini, saya memberikan seminar di sebuah perusahaan keuangan yang pemiliknya adalah seorang yang telah mendirikan banyak perusahaan. Hidupnya dimulai dari kampung yang miskin di Singkawang, Kalbar.engan susah payah, dia merangkak dan akhirnya begitu berhasil. Yang luar biasa, adalah kebiasaan membacanya. Hampir semua jenis buku ditelannya. Justru karena keterbatasan pendidikan, ia mengatakan, "Karena saya kurang pendidikan, saya harus mendidik diri saya lebih keras lagi".
Dia pun menjadi pembelajar mandiri atau otodidak, istilahnya. Hasilnya, tatkala dia bicara, pengetahuannya bahkan lebih kritis daripada seorang S-2. Bahkan ia pun diminta mengajar lepas di berbagai universitas. Dia pun membangun bisnisnya dengan sukses. Dan karena minat bacanya, para karyawannya pun dimotivasi untuk membaca!
Sebut saja tokoh-tokoh yang sukses hidupnya. Mulai dari Warren Buffet hingga Bill Gates, semuanya terkenal sebagai pembaca tulen. Mereka tahu, membaca membuka cakrawala, membaca juga melengkapi keterbatasan mereka. Hal yang sederhana bisa Anda mulai. Pertama-tama, mulailah dari topik yang menyenangkan untuk Anda dan carilah buku-buku kecil yang berbobot yang berguna buat Anda juga. Tidak perlu buku-buku yang tebal, dan selalulah sediakan buku di mana pun, termasuk di tas Anda.
Sumber: Bisnis Indonesia