>>>>>Presiden pun Menjadi Pelanggannya
Rasa kupat tahu magelang yang pas dengan selera kebanyakan masyarakat membuat makanan ini punya banyak penggemar. Kupat tahu magelang racikan Arief Rianggowo pun demikian. Pelanggannya tak hanya kalangan masyarakat biasa, artis dan pejabat negara, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pun menyukainya.
ARIEF Rianggowo punya jurus jitu untuk mengikat para pelanggannya tetap setia Soalnya, pembeli yang datang ke kedainya tidak hanya untuk menikmati kupat tahu magelang, tapi juga mendapat pelayanan yang cepat dan ramah.
Karena itu, Arief memperhatikan betul pelayanan di warungnya sehingga para pengunjung puas dan kembali lagi. Makanya, ia dan pegawainya menyambut pembeli yang datang dengan 3S senyum, salam, sapa
Setelah pengunjung duduk, karyawan Kupat Tahu Magelang AA harus menangani pesanan secara cepat sesuai dengan permintaan. Begitu juga dalam proses pembayaran, mesti cepat. Sebab, kebanyakan dari pengunjung tidak memiliki waktu yang banyak.
Selain pelayanan yang cepat dan ramah, Arief mengandalkan kebersihan. Pria yang usianya hampir 57 tahun ini mengatakan, minimal ada tiga titik di setiap kedainya yang harus terjaga kebersihannya Yakni, halaman depan, ruang makan, serta toilet. "Pengalaman waktu saya berjalan-jalan ke luar negeri, menu makanan dan tempatnya bagus, tetapi karena toiletnya kotor saya jadi tidak bersele-ra lagi untuk makan, dan akhirnya terpaksa dibungkus," kata Arief.
Bagi pelanggannya yang berdomisili di Jakarta, harga tidak menjadi persoalan utama Asalkan, makananyang disajikan enak dan pelayanannya memuaskan. "Orang bayar tidak melihat bonnya," ungkap Arief yang menerapkan standard operating procedure (SOP) dalam meracik bumbu di semua cabang Kupat Tahu Magelang AA.
Arief menawarkan kupat tahu magelang biasa dengan harga Rp 11.000 per porsi dan kupat tahu magelang spesial Rp 13.000 seporsi. Rata-rata penjualan Kupat Tahu Magelang AA di tiap cabangnya mencapai 100 porsi per hari. Tapi, di akhir pekan, bisa berlipat-lipat
Selain dinikmati di tempat, banyak pelanggan Arief yang membeli untuk di bawa pulang. "Biasanya untuk yang dibungkus atau dibawa pulang mereka bisa beli antara tiga sampai sepuluhporsi," ujar dia
Rasa kupat tahu magelang buatan Arief yang sesuai dengan lidah, membuat makanan ini disukai banyak kalangan. Pelanggannya mulai dari masyarakat biasa, artis, sampai pejabat negara. "Pak Sutiyoso, Pak SBY, dan Pak Harto pernah memesan kupat tahu magelang saya," kata Arief bangga.
Tahun ini, Arief mematok targetkan penambahan cabang usaha kupat tahumagelangnya menjadi 30 gerai. Selain di Jakarta, Kupat Tahu Magelang AA juga siap ekspansi ke kota-kota besar di Jawa dan Bah, seperti Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar.
Meski sukses, Arief tak lantas berniat rnewaralaba-kan kupat tahu magelangnya Pasalnya, ia khawatir manajemennya menjadi kurang bagus dan mitra bakal menanggung risiko usaha yang berat. "Selain itu, bumbu-bumbu kupat tahu magelang adalah bumbu basah sehingga-tidak bisa tahan lama, dan harus dibuat setiap hari," ujarnya.
Saat ini, kesulitan terbesar yang dihadapi Arief dalam mengembangkan usahanya adalah memperoleh pegawai yang jujur. "Untuk mendapatkan karyawan yang jujur susah, selain itu karena ini adalah makanan khas Jawa, maka paling tidak karyawan juga harus bisa berbahasa Jawa," ungkap dia.
Itu sebabnya, sebagaibentuk rasa syukur dan penghargaan terhadap karyawan yang selama ini loyal kepadanya, Arief secara bertahap memberangkatkan pegawainya ke Tanah Suci untuk umrah. Ia berharap bisa mengumrahkan karyawannya paling tidak dua orang setiap tahun.
Misi utama yang Arief emban sekarang adalah, menjaga kupat tahu magelang bisa terus digemari masyarakat luas dari bermacam kelas. "Walaupun dengan konsep tradisional, jika diterapkan dengan budaya 5R, 3T, dan 3S, saya yakin usaha ini akan berkembang makin pesat lagi," ujarnya
Untuk mempertahankan warisan kuliner dari tanah leluhurnya itu, Arief juga telah menawarkannya kepada sang anak untuk meneruskan usahanya. Bilangnyasih kalau nanti saya sudah loyo," pungkas Arief sambil tertawa
Sumber: Harian Kontan
Handoyo