" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Pantang Menyerah, Walaupun Ditolak

Pantang Menyerah, Walaupun Ditolak


>>>>Pantang Menyerah, Walaupun Ditolak

Tuti Nurhayati tak menyangka ia bisa menjadi produsen boneka dengan produksi mencapai 6.000 boneka saban bulan. Pernah bekerja sebagai buruh di pabrik boneka milik investor Korea, Tuti mengawali usaha dengan modal Rp 3 juta dan dua mesin jahit serta empat temannya yang sudah lebih dulu keluar dari pabrik.

TAK mudah mencari rumah Tuti Nurhayati di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat Berada di sebuah jalan sempit yang padat dengan rumah penduduk, Tuti sudah berdandan rapi kala menerima kedatangan KONTAN.

Di rumah yang agak besar itu Tuti tinggal bersama suami dan dua anaknya. Selain mereka, di rumah itu, tinggal juga penghuni kos. Maklum, Tuti menyewakan lima kamar di rumahnya sebagai tempat kos.

Meski banyak tetangga yang mengenalnya sebagai pembuat boneka, namun tak banyak yang tahu kalau kapasitas produksi boneka Tuti mencapai 6.000 boneka saban bulannya. Kisah sukses Tuti dimulai Vahun 1995. Saat itu, dia diterima bekerja di perusahaan penghasil boneka asal Korea. Perusahaan yang punya pabrik di Bogor itu menghasilkan pelbagai boneka untuk pasar ekspor.

Di sana, Tuti bekerja di bagian administrasi. "Cuma, saya tetap harus terjun langsung ke produksi untuk pengecekan kualitas," ujarnya. Di sanalah, perempuan kelahiran Sukabumi ini belajar membuat boneka.

Lima tahun kemudian, Tuti berhenti bekerja lantaran ingin merawat anaknya. Maklumlah, dengan lokasi perusahaan tempatnya bekerja di Bogor, Tuti harus menjadi komuter Jakarta-Bogor. Pagi hari, ia harus berangkat kerja dari rumahnya di Kemayoran dan barupada malam hari ia tiba di rumah.

Setelah keluar kerja, Tuti mulai sibuk mengasuh anak lelakinya. "Cuma lama-kelamaan sayajenuh juga dan berpikir untuk mencoba usaha sendiri," katanyaIa pun lantas bertekad mendirikan usaha pembuatan boneka skala industri rumahan. Langkah pertama, ia menghubungi teman-temannya yang juga sudah keluar dari pabrik. Lalu, dia menuturkan tekadnya membuka usaha ke beberapa kawan tersebut.

Tuti meyakinkan teman-temannya jika bekerja kembali, maka mereka akan bisa menambah penghasilan keluarga Dari sekian banyak temannya, empat orang setuju menerima tawaran Tuti bekerja kembali.

Langkah selanjutnya, Tuti yang mengaku mendapat momen yang tepat lantas merogoh koceknya sebesar Rp 3 juta untuk memulai usaha membuat boneka Modal tersebut untuk membeli balian baku serta menyewa sebuah tempat di kawasan Cibinong, Bogor untuk dijadikan bengkel usaha Adapun dua mesin jahit milik kawannya ia bawa ke bengkel sebagai modal usaha

Urusan alat produksi, tenaga kerja dan bengkel beres, tapi di awal usahanya, Tuti sempat kebingungan menemukan celah penjualan. Untuk mencari jaringan penjualan, dia mulai dari nol dengan masuk keluar toko-toko yang menjual boneka

Tak hanya di Jakarta, ia juga mendatangi toko-toko di Bogor, Depok, Tangerang, hingga Bekasi. Banyak mal yang ia datangi, antara lain Mal Ambasador hingga ITC Kuningan.
Tuti bercerita, saat mengetuk pintu toko, ia selalu membawa tiga sampel boneka bikinan teman-temannya Sayangnya, tak semua toko bersikap ramah terhadap produknya "Lebih sering ditolak," ujarnya mengenang.

Alasan yang dipakai menolak pun bermacam-macam, mulai gudang toko masih penuh, sudah punya rekanan sampai Tuti diminta datang lagi dengan waktu yang tak ditentukan.

Namun Tuti tidak kapok. Meski pernah ditolak, ia gigih mendatangi toko yang sama pada hari lainnya Kali ini, ia membawa sampel lain. Setelah satu bulan keluar masuk toko, satu hingga dua toko mulai bersedia menerima boneka bikinan Tuti dan kawan-kawannya

"Mereka terima boneka saya karena balian dan jahitan boneka saya bagus," katanya Bila bahan boneka di pasaran pakai velboa. Tuti memilih gunakan rasfur dan flannel. Bahan velboa berbulu pendek, sedangkan rasfur berbulu panjang. Saat ini, Tuti balikan memasok rasfur dan flannel dari distributor balian boneka di Cikarang dan Bekasi.

Bahan berkualitas yang dipakai Tuti itulah yang membuat pemilik-pemilik toko jatuh cinta pada karya Tuti. Belum lagi, jahitan pegawai Tuti rapi. Kualitas tersebut, ia per-tahankan hingga kini.

Sumber: Harian Kontan
Gloria Natalis


Entri Populer