>>>>>Meraup Untung dari Tanaman Hutan
Prospek bisnis budi daya tanaman hutan penghasil kayu cukup menggiurkan. Pasalnya, kebutuhan bahan baku industri kayu semakin meningkat, baik lokal maupun ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan kayu, pemerintah menggalakkan produksi kayu yang dihasilkan oleh hutan rakyat.
Meningkatnya kebutuhan kayu memengaruhi harga kayu rakyat. Contohnya, di daerah Jawa Barat, pertumbuhan jumlah unit usaha penggergajian rata-rata 20% per tahun. Pertumbuhan itu tidak diikuti oleh pertumbuhan hutan rakyat.
"Akibatnya, banyak pengusaha penggergajian semakin aktif membeli kayu dari masyarakat (kayu rakyat) untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu. Hal tersebut menyebabkan perubahan perilaku pasar yang awalnya untuk menjual kayu harus mendatangi perusahaan penggergajian," kata. Ir. Edy Panggabean, ketua umum Yayasan Alumni Tani USU.
Saat ini, pengusaha penggergajian yang mendatangi pemilik atau penjual kayu. Perubahan perilaku pasar ini menyebabkan kenaikan harga jual kayu. Misalnya, harga kayu sengon atau albasia yang sebelumnya hanya Rp 800.000/ rn1 dari kebun, menjadi Rp 1.100.000-Rp 1.200.000/ m5. Selain itu, hargajual kayu mahoni dari Rp 1.500.000- Rp 1.600.000/m3 menjadi Rp 2.000.000/m3.
Berdasarkan kondisi tersebut, prospek bisnis berinvestasi tanaman hutan penghasil kayu merupakan peluang yang sangat baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.
Hutan rakyat merupakan hutan yang dikembangkan di lahan milik masyarakat dan berperan cukup penting dalam memenuhi kebutuhan kayu nasional. Jenis tanaman hutan yang sedang populer untuk dibudidayakan di antaranya jati, mahoni, suren, sengon, meranti, jati putih, dan kayu afrika.
Pemilihan jenis tanamanhutan yang tepat merupakan langkah awal dalam teknik pembudidayaannya. Pemilihan jenis tersebut harus memperhatikan kondisi lokasi yang akan ditanami sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, penentuan jenis tanaman hutan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, yakni produktivitas tinggi, bernilai ekonomi tinggi, memiliki sebaran alami yang luas, memiliki variasi genetik yang besar, dapat dibiakkan dengan mudah (generatif atau vegetatif), teknik budi daya mudah dikuasai, serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Selain sengon dan jati, tanaman hutan yang populer dibudidayakan di Indonesia adalah mahoni. Mahoni termasuk kayu mewah (fancy wood) dan banyak disukai oleh konsumenkarena memunyai corak kayu yang indah. Fisik kayunya tergolong kuat dan awet. Penggunaan kayu mahoni sudah bersifat umum dan digunakan secara luas.
Kayu mahoni digunakan untuk keperluan mebel atau furniture, seperti perkakas rumah tangga dan kusen. Di Amerika dan Eropa, kayu mahoni dihargai hampir sama dengan kayu jati. Tingginya kebutuhan bahan baku industri perkayuan nasional merupakan salah satu alasan investasi budi daya tanaman hutan sangat potensial. Kebutuhan bahan baku industriperkayuan nasional setiap tahunnya mencapai 72 juta rn3 dengan rincian sebagai berikut.
1. Industri sawmill (penggergajian) sebanyak 30 juta m .
2. Industri kayu lapis sebanyak 18 juta rn3.
3. Industri pulp dan kertas sebanyak 17-25 juta rn3, (rangga)
Sumber : Harian Ekonomi Neraca
Prospek bisnis budi daya tanaman hutan penghasil kayu cukup menggiurkan. Pasalnya, kebutuhan bahan baku industri kayu semakin meningkat, baik lokal maupun ekspor. Untuk memenuhi kebutuhan kayu, pemerintah menggalakkan produksi kayu yang dihasilkan oleh hutan rakyat.
Meningkatnya kebutuhan kayu memengaruhi harga kayu rakyat. Contohnya, di daerah Jawa Barat, pertumbuhan jumlah unit usaha penggergajian rata-rata 20% per tahun. Pertumbuhan itu tidak diikuti oleh pertumbuhan hutan rakyat.
"Akibatnya, banyak pengusaha penggergajian semakin aktif membeli kayu dari masyarakat (kayu rakyat) untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu. Hal tersebut menyebabkan perubahan perilaku pasar yang awalnya untuk menjual kayu harus mendatangi perusahaan penggergajian," kata. Ir. Edy Panggabean, ketua umum Yayasan Alumni Tani USU.
Saat ini, pengusaha penggergajian yang mendatangi pemilik atau penjual kayu. Perubahan perilaku pasar ini menyebabkan kenaikan harga jual kayu. Misalnya, harga kayu sengon atau albasia yang sebelumnya hanya Rp 800.000/ rn1 dari kebun, menjadi Rp 1.100.000-Rp 1.200.000/ m5. Selain itu, hargajual kayu mahoni dari Rp 1.500.000- Rp 1.600.000/m3 menjadi Rp 2.000.000/m3.
Berdasarkan kondisi tersebut, prospek bisnis berinvestasi tanaman hutan penghasil kayu merupakan peluang yang sangat baik untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.
Hutan rakyat merupakan hutan yang dikembangkan di lahan milik masyarakat dan berperan cukup penting dalam memenuhi kebutuhan kayu nasional. Jenis tanaman hutan yang sedang populer untuk dibudidayakan di antaranya jati, mahoni, suren, sengon, meranti, jati putih, dan kayu afrika.
Pemilihan jenis tanamanhutan yang tepat merupakan langkah awal dalam teknik pembudidayaannya. Pemilihan jenis tersebut harus memperhatikan kondisi lokasi yang akan ditanami sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, penentuan jenis tanaman hutan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan, yakni produktivitas tinggi, bernilai ekonomi tinggi, memiliki sebaran alami yang luas, memiliki variasi genetik yang besar, dapat dibiakkan dengan mudah (generatif atau vegetatif), teknik budi daya mudah dikuasai, serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Selain sengon dan jati, tanaman hutan yang populer dibudidayakan di Indonesia adalah mahoni. Mahoni termasuk kayu mewah (fancy wood) dan banyak disukai oleh konsumenkarena memunyai corak kayu yang indah. Fisik kayunya tergolong kuat dan awet. Penggunaan kayu mahoni sudah bersifat umum dan digunakan secara luas.
Kayu mahoni digunakan untuk keperluan mebel atau furniture, seperti perkakas rumah tangga dan kusen. Di Amerika dan Eropa, kayu mahoni dihargai hampir sama dengan kayu jati. Tingginya kebutuhan bahan baku industri perkayuan nasional merupakan salah satu alasan investasi budi daya tanaman hutan sangat potensial. Kebutuhan bahan baku industriperkayuan nasional setiap tahunnya mencapai 72 juta rn3 dengan rincian sebagai berikut.
1. Industri sawmill (penggergajian) sebanyak 30 juta m .
2. Industri kayu lapis sebanyak 18 juta rn3.
3. Industri pulp dan kertas sebanyak 17-25 juta rn3, (rangga)
Sumber : Harian Ekonomi Neraca