>>>>>Mencetak Pebisnis Andal
Salah satu hal yang sering dikeluhkan terhadap kalangan perguruan tinggi di Indonesia adalah menghasilkan pengangguran terdidik. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas) terhitung hingga Agustus 2008. jumlah pengangguran terdidik di Indonesiasaat ini mencapai 961.000 orang. Rinciannya 598.000 penganggur sarjana dan 362.000 penganggur diploma.
Mengingat tingginya dan terus bertambahnya jumlah pengangguran terdidik, maka kalangan perguruan tinggi dituntut untuk mendorong para mahasiswanya agar tidak hanya menjadi pencari pekerja setelah lulus kuliah, melainkan juga menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Perguruan tinggi harus mampu mencetak pebisnis atau calon pebisnis handal.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Zuhal mengatakan UAI menerapkan enterprising university. Pasalnya, dalam wirausaha, ilmu pengetahuan saja tidak cukup, tetapi perlu inovasi yang dapat memutar roda ekonomi masyarakat. Pendidikan wirausaha itu dimasukkan dalam silabus mata kuliah, sebagai tiga SKS.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Masyitoh, mengatakan perguruan tingginya telah mempunyai wadah wirausaha untuk para mahasiswa yang dikelola oleh dosen. Bekal wirausaha diberikan UMJ kepada mahasiswa dalam beragam cara, mulai dari seminar wirausaha, pelatihan, sampai pada pembentukan usaha itu sendiri. "Kami akan membantu mahasiswa yang mau berwirausaha," kata Masyitoh.
Dia menjelaskan, UMJ akan mengakomodir mahasiswanya agar dapat merealisasikan usaha. Syaratnya, para mahasiswa itu harus membuat proposal usaha. "Sudah ada mahasiswa yang kami beri modal, nantinya, UMJ juga akan membuat kantin dekat danau agar mahasiswa juga bisa usaha," tegas Masyitoh.
Direktur Bina Sarana Informatika (BSI), Naba Aji Notoseputro mengatakan, BSI memiliki wadah untuk menjembatani mahasiswanya untuk bekerja ataupun menjadi pengusaha setelah lulus. Pertama, dengan BSI Career Center, di mana BSI membina kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk menyalurkan mahasiswanya setelah lulus. Selain itu, BSI juga kerap kali mengadakan Expo BSI Career Fair. Kedua, dengan BSI Entrepreuneur Center yang bertujuan mempersiapkan mahasiswanya sejak dini mengenal dunia usaha. "Target kami, lulusan BSI sebanyak 50-60 persennya terserap di dunia kerja, dan sekitar 5-10 persenna menjadi pengusaha," papar Naba Aji.
Mulailah dengan berdagang
Salah satu hal yang sering dikeluhkan terhadap kalangan perguruan tinggi di Indonesia adalah menghasilkan pengangguran terdidik. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas) terhitung hingga Agustus 2008. jumlah pengangguran terdidik di Indonesiasaat ini mencapai 961.000 orang. Rinciannya 598.000 penganggur sarjana dan 362.000 penganggur diploma.
Mengingat tingginya dan terus bertambahnya jumlah pengangguran terdidik, maka kalangan perguruan tinggi dituntut untuk mendorong para mahasiswanya agar tidak hanya menjadi pencari pekerja setelah lulus kuliah, melainkan juga menjadi pencipta lapangan pekerjaan. Perguruan tinggi harus mampu mencetak pebisnis atau calon pebisnis handal.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Zuhal mengatakan UAI menerapkan enterprising university. Pasalnya, dalam wirausaha, ilmu pengetahuan saja tidak cukup, tetapi perlu inovasi yang dapat memutar roda ekonomi masyarakat. Pendidikan wirausaha itu dimasukkan dalam silabus mata kuliah, sebagai tiga SKS.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Masyitoh, mengatakan perguruan tingginya telah mempunyai wadah wirausaha untuk para mahasiswa yang dikelola oleh dosen. Bekal wirausaha diberikan UMJ kepada mahasiswa dalam beragam cara, mulai dari seminar wirausaha, pelatihan, sampai pada pembentukan usaha itu sendiri. "Kami akan membantu mahasiswa yang mau berwirausaha," kata Masyitoh.
Dia menjelaskan, UMJ akan mengakomodir mahasiswanya agar dapat merealisasikan usaha. Syaratnya, para mahasiswa itu harus membuat proposal usaha. "Sudah ada mahasiswa yang kami beri modal, nantinya, UMJ juga akan membuat kantin dekat danau agar mahasiswa juga bisa usaha," tegas Masyitoh.
Direktur Bina Sarana Informatika (BSI), Naba Aji Notoseputro mengatakan, BSI memiliki wadah untuk menjembatani mahasiswanya untuk bekerja ataupun menjadi pengusaha setelah lulus. Pertama, dengan BSI Career Center, di mana BSI membina kerja sama dengan sejumlah perusahaan untuk menyalurkan mahasiswanya setelah lulus. Selain itu, BSI juga kerap kali mengadakan Expo BSI Career Fair. Kedua, dengan BSI Entrepreuneur Center yang bertujuan mempersiapkan mahasiswanya sejak dini mengenal dunia usaha. "Target kami, lulusan BSI sebanyak 50-60 persennya terserap di dunia kerja, dan sekitar 5-10 persenna menjadi pengusaha," papar Naba Aji.
Mulailah dengan berdagang
Bagaimanakah cara mudah mendorong para mahasiswa agar kelak menjadi seorang pengusaha? "Mulailah dengan membiasakan para mahasiswa berdagang sambil kuliah," kata pimpinan Ayam Bakar Wong Solo Group, Puspo Wardoyo.
Menurut pengusaha restoran yang memiliki 10 merek itu, sebaiknya pihak kampus mendorong para mahasiswanya agar mulai belajar berbisnis sejak duduk di bangku kuliah. "Berdagang apa saja. Misalnya, berjualan buku, pakaian, makanan, katering, komputer, hand phone, atau bahkan sewa kontrakan rumah. Tidak hanya kepada sesama mahasiswa, tapi juga berdagang kepada dosen maupun staf universitas," tuturnya.
Dengan cara demikian, kata pengusaha yang mempunyai lebih 100 outlet itu, para mahasiswa terbiasa berbisnis. "Kalau sudah terbiasa berbisnis, mereka akan menyadari bahwa menjadi pengusaha atau entrepreneur mempunyai peluang lebih besar untuk sukses secara materi daripada menjadi pegawai." paparnya.
Mengutip hadis Nabi Muhammad SAW, Puspo mengatakan bahwa sembilan dari sepuluh pintu .rezeki ada di tangan pedagang. "Maka, mulailah berdagang pada saat masih kuliah, bahkan kalau bisa, saat masih duduk di bangku SMA," tegas Puspo Wardoyo. ed Irwan kelana
Sumber : Republika
Menurut pengusaha restoran yang memiliki 10 merek itu, sebaiknya pihak kampus mendorong para mahasiswanya agar mulai belajar berbisnis sejak duduk di bangku kuliah. "Berdagang apa saja. Misalnya, berjualan buku, pakaian, makanan, katering, komputer, hand phone, atau bahkan sewa kontrakan rumah. Tidak hanya kepada sesama mahasiswa, tapi juga berdagang kepada dosen maupun staf universitas," tuturnya.
Dengan cara demikian, kata pengusaha yang mempunyai lebih 100 outlet itu, para mahasiswa terbiasa berbisnis. "Kalau sudah terbiasa berbisnis, mereka akan menyadari bahwa menjadi pengusaha atau entrepreneur mempunyai peluang lebih besar untuk sukses secara materi daripada menjadi pegawai." paparnya.
Mengutip hadis Nabi Muhammad SAW, Puspo mengatakan bahwa sembilan dari sepuluh pintu .rezeki ada di tangan pedagang. "Maka, mulailah berdagang pada saat masih kuliah, bahkan kalau bisa, saat masih duduk di bangku SMA," tegas Puspo Wardoyo. ed Irwan kelana
Sumber : Republika
Oleh Annisa Mutia Desy Susilawati