" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Mendoakan Bisnis

Mendoakan Bisnis

>>>>>>>MOTIVASI BISNIS


Menceritakan ada seorang yang datang kepada konselomya dalam kondisi stres berat. Dia pemilik sebuah toko yang tepat di depannya ada sebuah supermarket. Dia .berpikir kondisi ini pasti akan mematikan usahanya.

Keluarganya sudah menjalankan bisnis toko itu selama kurang lebih tiga generasi. Kini, toko mereka sedang terancam. Dia sangat bingung dan juga stres, karena itulah ia pergi menemui konselomya.Lintas, si konselor itu lalu berkata kepada si pemilik toko, "Saya tahu kamu stres dengan supermarket itu. Tapi, semakin kamu benci dan marah pada supermarket itu, energi kebencian dan kemarahan itu akan kembali padamu. Saya sarankan, setiap pagi doakan dan berkatilah bisnismu. Setelah itu, doakan dan berkati bisnis Supermarket itu juga!".

Si pemilik itu berseru nyaring, "Apa? Nggak salah tuh malah disuruh mendoakan bisnis mereka?" "Cobalah apa yang saya katakan, Pak!", lanjut konselomya.

Maka, sejak itu setiap paginya, ia mendoakan bisnisnya dan bisnis supermarket itu. Awalnya, ia benci dan marah. Lama-kelamaan ada kedamaian. Hatinya juga lebih lenang. Malahan, beberapa bulan berjalan, ia berhasil membangun hubungan dengan pemilik supermarket itu, dan menjadi salah satu pemasok.

Peristiwa ini terus berlanjut hingga akhirnya, justru dikatakan si pemilik toko ini kemudian berhasil pula membangun supermarket di wilayah yang lain. Semuanya berkat adanya supermarket di depannya, yang ia doakan setiap hari!

Pembaca, memang semakin berat untuk berkompetisi secara sehat dalam situasi bisnis sekarang ini. Kebanyakan motivasi bisnis saat ini adalah menang ataupun kalah. Makanya, tidaklah mengherankan jika ide menjalankan bisnis dengan sehat, tidak masuk dalam hitungan.

Malahan, banyak orang akan mengatakan tindakan mendoakan, yang berarti membiarkan pesaing kita bertumbuh adalah suatu tindakan yang bodoh.Richard Scroth mengatakan era sekarang bukanlah era kompetisi ala bunuh-bunuhan, tetapi era berkolaborasi. Makin lama, suatu perkembangan bisnis, dengan cara membinasakan lawan, tidak lagi akan bertahan lama. Pola pengembangan bisnis ala mafia, tidak lagi bisa bertahan untuk jangka panjang.

Bahkan, dalam kisah-kisah seperti Cod Fa-tlwr kita memperhatikan para mafia yang menggurita pada suatu waktu, tetapi semuanya ke mudian hancur karena bunuh-membunuh dan saling membinasakan. Ujung-ujungnya, tidak ada yang bertahan untuk jangka waktu lama.

Ada cerita menarik. Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang rekan yang menjadi pengurus asosiasi bisnis elektronik. Dalam asosiasi ini, mereka bisa saling bertemu dan saling tukar-menukar data bahkan saling bekerja sama. Padahal, mereka laliu, mereka memperebutkan pangsa pasar yang kurang lebih sama.

Menariknya, bagaimana mereka bisa bekerja sama? Saat ngobml-ngobml dan bicara dengan mereka, akhirnya terungkaplah pemikiran yang menarik. Kejadiannya justru bermula saat Indonesia menghadapi krisis.

Rupa-rupanya, mereka semua menghadapi para distributor ataupun toko yang bermasalah. Banyak yang kreditnya bermasalah. Akhirnya, mereka pun mulai saling berbagi informasi mengenai para penjual, distributor maupun kreditur bermasalah.

- n,pURO.W" Den8a"

BisNisff" demikian.mereka salingmembantu dan saling menyelamatkan. Bayangkan saja, kalau ada yang berpikir, "Biarin aja. Biaran dia bisnis dengan distributor yang bermasalah itu dan akhirnya dia mati", apa yang akan terjadi sebaliknya? Maka, sebaliknya, pemilik elektronik yang lain juga kan berpikir hal yang sama. Maka, ujung-ujungnya, mereka akan saling membunuh.

Kompetisi sehat

Ada beberapa alasan yang membuat mengapa berkompetisi secara sehat, yang kita simbolkan dengan mendoakan pesaing merupakan sikap yang mesti kita bangun.

Hal yang pertama dan terutama adalah, supaya kita mengarahkan energi kita untuk sesuatu yang membangun, bukannya merusak. Dalam kisah di alas, kita bisa membayangkan skenario bahwa si pemilik toko bersama beberapa temannya, membakar dan menghancurkan supermarket itu.

Lantas apa yang terjadi? Ujung-ujungnya, ia ketahuan dan masuk penjara. Atau, ia memang tidak ketahuan tetapi ya, akhirnya tokonya cuma itu-itu saja. Sementara, setelah supermarket itu dibakar, justru dibangun kembali yang lebih megah.

Ujung-ujungnya tetap saja, si pemilik toko itu kalah. Jadi, supaya energi kita tidak terarah pada hal-hal yang negatif seperti itu, justru si konselor bisnisnya sangat bijak untuk menyarankannya mendoakan supermarket itu.

Artinya, daripada membenci atau marah, lebih baik memberikan energi kita untuk hal-hal yang lebih positif seperti memikirkan bagaimana cara mengembangkan diri? Bagaimana membuat pelanggan tetap loyal? apa yang bisa dilakukan yang tidak bisa dilakukan oleh supermarket itu?

Hal kedua adalah daripada menghancurkan pesaing kita, lebih baik memikirkan bekerjasama menciptakan kue yang lebih besar. Saya teringat dengan kisah di suatu perkebunan anggur plus pabrik anggur yang hancur dilalap oleh api.

Namun yang menarik, justru pemilik bisnis pesainglah yang datang membantu mereka. Sampai-sampai, si pemilik pabrik anggur yang terbakar ini, berlutut di tanah mengucapkan terima kasih atas bantuan si pesaingnya ini. Kepada pesaingnya, orang-orang pun bertanya, mengapa ia mau membantu.

Ter-nyata, alasannya sederhana, "Karena, selama ini bersama-sama dengan pesaing saya ini, kita sama-sama meiuiptakan pasar anggur kelas tinggi. Selama ini, bisnis kita mulai terseok-seok oleh pam pabrik anggur murahan yang datang dari negara lain. Selama ini kita bersama-sama mendidik pelanggan." Ini betul-betul sikap mental pebisnis sejati!

Alasan ketiga dan terutama adalah membuathidup kiat sebagai pebisnis, menjadi lebihdamai dan sejahtera. Mungkin saja, membunuh musuh kita akan membuat kita lega dan senang sesaat.

Namun, siap-siaplah, musuh berikutnya akan muncul lagi. Jadi, daripada fokus pada energi menghancurkan musuh yang membuat kita jadi sulit tidur setiap malam karena benci dan marah.

Mungkin akan lebih baik jika, kita tidak bisa tidur karena terus-menerus berpikir bagaimana kila bisa menciptakan bisnis, produk, ide, dan pelayanan yang jauh lebih baik dari pelanggan kita. Dengan demikian, energi kita dipakai bukannya untuk menghancurkan tetapi lebih pada upaya mengembangkan bisnis kita.

Banyak yang berpikir bahwa falsafah mendoakan ini adalah tanda-tanda kelembekan ataupun sikap menyerah. Justru sebaliknya, saya mengatakan filosofi ini menunjukkan diri kila matang dan inilah sifat petarung yang sejati.

Lagi pula, membiarkan adanya persaingan dalam bisnis juga bisa berarti bahwa semangat pertarungan dalam diri kita terus-menerus akan diasah. Sebenarnya sudah tidak terhitung banyaknya bisnis yang dilindungi oleh pemerintah di negeri ini yang akhirnya tidak bisa bersaing lantaran karena kompetitornya tidak dibiarkan hidup oleh pemerintah.

Akibatnya apa yang terjadi. Pada era globalisasi semacam ini sangat sulit untuk membendung kompetitor. Ujung-ujungnya, banyak bisnis yang selama ini dilindungi, justru jadi tidak berkembang, sekarat, dan mati karena tenggelam dalam comfort zone mereka.

Karena itulah, saatnya kita memacu dan memotivasi diri kita karena adanya persaingan dan musuh-musuh bisnis kita. Sekali lagi, filosofi dalam tulisan ini mungkin saja tidak akan langsung membuat kita sukses dengan gemilang kalau seandainya kita langsung membunuh musuh bisnis kita saat ini.

Percayalah, minimal filosofi ini akan membuat kita tidur dengan nyenyak dan hati yang damai. Namun, jangan juga terlena karena otak kita seharusnya juga memikirkan terus bagaimana caranya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi!


 INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/

Entri Populer