Omzet Waralaba Capai Rp 120 T
Omzet bisnis waralaba {franchise) di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar Rp 120 triliun pada 2011, atau naik 6% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 114 triliun. Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan, nilai penjualan waralaba tahun ini hingga setengahnya dikontribusi oleh sektor makanan dan minuman sebesar Rp 60 triliun. "Sisanya disumbang oleh waralaba sektor pendidikan, salon, kurir, dan jasa binatu," kata Anang kepada Investor Daily, Selasa (22/2).
Hingga saat ini, jumlah pemegang franchise di Indonesia diperkirakan mencapai 1.700. Dari jumlah itu, sekitar 1.500 merupakan waralaba de ngan merek lokal dan sisanya 200 merupakan franchise asing. Sedangkan dari total waralaba lokal, sekitar 10% merupakan franchise murni dan sebanyak 90% masih merupakan busi-ness opportunity (BO).
Menurut dia, tahun ini, BO waralaba berpeluang tumbuh 10%, sementara usaha waralaba mumi akan tumbuh 2-3%. Sebagai informasi, BO merupakan tahapan bagi suatu usaha sebelum berkembang menjadi waralaba murni dan belum mampu memenuhi kriteria yang tercantum dalam PP Nomor 42/2007 tentang Waralaba.
Fenomena sulitnya pertumbuhan bisnis usaha waralaba mumi, lanjut Anang, disebabkan oleh jiwa berwirausaha masyarakat Indonesia yang belum terbangun. Apalagi pebisnis yang mau memulai usaha ini juga harus mempunyai modal dana, termasuk mental entrepreneurship. "Dari usaha BO hingga menjadi franchise mumi dibutuhkan keuletan dan juga waktu sekitar lima tahun," katanya.
Hingga akhir 2011, Anang memprediksi, lapangan pekerjaan dibidang waralaba akan naik lima kali lipat menjadi empat juta lapangan pekerjaan dibandingkan tahun sebelumnya baru 800.000 lapangan kerja. "Angka empat juta dapat tercapai bila ditambah dengan pekerjaan yang terkait dengan franchise, misalnya pengangkutan pasokan," ujar dia.
Agar bisnis franchise terus berkembang di Indonesia, Anang berharap pemerintah turut membangun usahawan di bidang ini. Pembinaan bisa dilakukan secara kontinyu dan memberikan fasilitas bunga kredit usaha yang terjangkau.
Dia menyarankan, pemerintah membuat pembinaan kepada BO setiap minggu, sehingga perkembangan pengusaha terus terpantau. "Jangan hanya sekadar membuat seminar atau workshop. Tetapi buatlah pembinaan hingga ilmunya dimengerti oleh para pengusaha," harapnya. (mO3)
Omzet bisnis waralaba {franchise) di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar Rp 120 triliun pada 2011, atau naik 6% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 114 triliun. Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan, nilai penjualan waralaba tahun ini hingga setengahnya dikontribusi oleh sektor makanan dan minuman sebesar Rp 60 triliun. "Sisanya disumbang oleh waralaba sektor pendidikan, salon, kurir, dan jasa binatu," kata Anang kepada Investor Daily, Selasa (22/2).
Hingga saat ini, jumlah pemegang franchise di Indonesia diperkirakan mencapai 1.700. Dari jumlah itu, sekitar 1.500 merupakan waralaba de ngan merek lokal dan sisanya 200 merupakan franchise asing. Sedangkan dari total waralaba lokal, sekitar 10% merupakan franchise murni dan sebanyak 90% masih merupakan busi-ness opportunity (BO).
Menurut dia, tahun ini, BO waralaba berpeluang tumbuh 10%, sementara usaha waralaba mumi akan tumbuh 2-3%. Sebagai informasi, BO merupakan tahapan bagi suatu usaha sebelum berkembang menjadi waralaba murni dan belum mampu memenuhi kriteria yang tercantum dalam PP Nomor 42/2007 tentang Waralaba.
Fenomena sulitnya pertumbuhan bisnis usaha waralaba mumi, lanjut Anang, disebabkan oleh jiwa berwirausaha masyarakat Indonesia yang belum terbangun. Apalagi pebisnis yang mau memulai usaha ini juga harus mempunyai modal dana, termasuk mental entrepreneurship. "Dari usaha BO hingga menjadi franchise mumi dibutuhkan keuletan dan juga waktu sekitar lima tahun," katanya.
Hingga akhir 2011, Anang memprediksi, lapangan pekerjaan dibidang waralaba akan naik lima kali lipat menjadi empat juta lapangan pekerjaan dibandingkan tahun sebelumnya baru 800.000 lapangan kerja. "Angka empat juta dapat tercapai bila ditambah dengan pekerjaan yang terkait dengan franchise, misalnya pengangkutan pasokan," ujar dia.
Agar bisnis franchise terus berkembang di Indonesia, Anang berharap pemerintah turut membangun usahawan di bidang ini. Pembinaan bisa dilakukan secara kontinyu dan memberikan fasilitas bunga kredit usaha yang terjangkau.
Dia menyarankan, pemerintah membuat pembinaan kepada BO setiap minggu, sehingga perkembangan pengusaha terus terpantau. "Jangan hanya sekadar membuat seminar atau workshop. Tetapi buatlah pembinaan hingga ilmunya dimengerti oleh para pengusaha," harapnya. (mO3)