" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Omzet pedagang tradisional anjlok

Omzet pedagang tradisional anjlok

Toko kelontong jadi pilihan utama konsumen berbelanja
JAKARTA Omzet pedaganq di pasar tradisional turun sebesar 25% per harinya, karenadipicu oleh berkurangnya pasokan barang. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Nga-diran mengatakan saat ini rata-rata pedagang di pasar tradisional mengalami penurunan omzet menjadi Rp600.000 per hari. "Dulu omzet pedagang sebesar Rp800.000 per harinya," katanya kepada Bisnis, kemarin.

Dia mencontohkan harga barang kebutuhan seperti cabai rawit sudah mengalami kenaikan hingga 257,14% di mana sebelumnya harga 1 kilogram cabai rawit sebesar Rp 14.000 dan sekarang menjadi RpSO.000 per kilogramnya.

Kenaikan harga cabai di pasar tradisional tidak hanya terjadi di wilayah tertentu tetapi juga terjadi di seluruh pasar tradisional di Indonesia seperti di pasar tradi-sional di Bandar Lampung harga cabai merah per Mei masih Rp34.000 per kilogram dan pada Juni harganya naik sebesar 15% atau menjadi Rp40.000 per kilogram.

Berdasarkan pemantauan Bisnis di sejumlah pasar tradisional di Jakarta, beberapa warung makan mengeluhkan kenaikan harga cabai tersebut. Senada dengan Bisnis, Ngadiran juga menerima keluhan dari pelaku warung makan atas kenaikan harga cabai itu. Begitu juga dengan bawang merah, lanjutnya, dulu bawang asal Brebes dikategorikan sebagai bawang kelas 4 sekarang menjadi kelas 1. Pemicunya menurutnya karena pasokan dari daerah untuk cabai dan bawang sangat minim, karena panen petani berkurang karena faktor iklim.

Adapun, barang jenis garmen, dan barang kemasan juga ikut mengalami kenaikan harga karena kenaikan tarif dasar listrik (TDL). "Pemasok di pasar tradisional itu banyak yang menggunakan daya listrik 1.200 watt sehingga terkena imbas kebijakan kenaik-an TDL," katanya.

Secara otomatis, barang yang dipasok juga mengalami kenaikan, sehingga pedagang pun ikut menaikkan harga barang sebesar 10% - 15% dari harga sebelumnya. Ngadiran menambahkan selain pedagang di pasar tradisional yang terkena imbasnya, pedagang toko kelontong juga mengalami nasib serupa, sekarang barang seperti sepatu dan sandal di toko kelontong naik sekitar 10%.

Kendati terjadi kenaikan harga barang, katanya, tak membuat omzet pedagang naik, malahan mengalami penurunan karena terjadi penurunan pembeli. Efisiensi pembelian Untuk mengantisipasinya, dia bersama pedagang lainnnya melakukan efisiensi pembelian barang dari pemasok. "Jika tak begitu, nigilah kami," ujarnya.

Pernyataan Ngadiran tersebut berkebalikan dengan analisis Director of Retailer Service Nielsen Indonesia Yongky Susilo yang mana pernah mengungkapkan pilihan konsumen untuk berbelanja pakaian ke toko kelontong masih lebih tinggi ketimbang ke department store. Saat ini, lanjutnya, konsumen berbelanja pakaian ke toko kelontong masih mendominasi yakni sekitar 75%. "Terutama untuk konsumen middle bw." katanya. Sementara itu, jumlah konsumen berbelanja pakaian di departemen store atau ritel modern lainnya masih di kisaran 2S%, dan angka itu menurutnya tak akan jauh berubah hingga akhir tahun ini.

Entri Populer