" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Krisis global

Krisis global

Bermodalkan idealisme dan kreativitas, Rizka Mirzalina (21), akhirnya berhasil mengembangkan bisnis sepatu berbahan limbah garmen. Dengan dukungan lembaga internasional, produk eco fashion ini bisa menembus pasar Amerika dan Eropa.

ANAK sulung dari tiga bersaudara ini, mengatakan, bisnisnya berbasis eco fashion. Sebab, saya senang lingkungan dan fashion. Jadi, digabungkan saja, ujar Rizka Mirzalina, pemilik usaha Klassa Mirza kepada Berita Kota, usai menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan oleh Universitas Bakrie, beberapa waktu lalu.

Passion yang kuat membawa keberuntungan bagi mahasiswa semester 6 Prasetya Mulya Business School tersebut. Salah satunya, dia mendapat kesempatan keliling dunia. Bulan Juli mendatang. Mirza akan berangkat ke Swedia untuk menghadiri acara yang diselenggarakan World Bank (WB).

Menurut Mirza, dia terpilih sebagai salah seorang dari delapan hnahs lomba penulisan yang membahas isu lingkungan. Untuk lomba itu saya menulis tentang bisnis Mirza dan pengembangan komunitas," ujar Mirza.

Dia menekankan, hi"t* kreatif merupa-kan solusi untuk keluar dari krisis global, dengan berbasis pada SDM, lingkungan dan profit. Tulisan itu menceritakan pengalaman saya memanfaatkan limbah garmen untuk membuat sepatu. Temyata produknya diterima pasar mancanegara dan menguntungkan, ujar Mirza.

Pada hari itu, kondisi kesehatan Mirza sebenarnya kurang Bt. Dia sedang flu dan batuk-batuk. Namun, Mirza tetap sema-ngat sharing pengalaman kepada peserta seminar Wirausaha Sosial Kreatif dan Sukses. Seminar yang diadakan dalam rangkaian acara Entrepreneurial Youth itu, juga menghadirkan pengusaha muda lainnya, yakni. Elang Gemilang yang sukses mengembangkan bisnis properti murah untuk segmen masyarakat menengah bawah di Bogor dan beberapa daerah lainnya.

Kehadiran kedua pengusaha muda itu mendapat sambutan hangat dari peserta yang umumnya mahasiswa. Mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi yang sedang gencar mengembangkan program wirausaha. Menurut Mirza, dia memulai usaha Desember 2008 dengan modal sendiri se-besar Rp 5 juta. Modal itu digunakan untuk membiayai produksi. Namun, katanya, modalnya amblas karena produknya tidak laku dijual. Produk pertama saya tidak diterima pasar karena disainnya buruk, ujarnya.

Tapi Mirza tidak patah semangat. Untuk melanjutkan usahanya, kata Mirza, dia menjual ide bisnisnya kepada keluarga, untuk mendapatkan dana segar baru. Sejak awal, saya berprinsip, meskipun saya mendapat pinjaman dari orang tua.saya tidak boleh bersantai-santai karena hal Itu bisa merusak kepercayaan orang terdekat saya. Itu berbahaya. Sebab, mereka pendukung utama Iata untuk maju. Jadi, jangan kecewakan mereka, ujar gadis berdarah Minang tersebut.

Manfaatkan limbah Gonjang-ganjing krisis global 2008 membawa berkah bagi Mirza dan membawanya ke dunia bisnis. Di saat banyak pengusaha garmen panik karena kesulitan ekspor. Mirza justru melihat ada peluang bisnis.
Ketika itu, tepatnya di Tangerang terdapat sejumlah pabrik garmen yang terpaksa stop produksinya karena sudah sekitar empat bulan tidak bisa menjual produknya ke pasar dunia. Barang bertumpuk di gudang dan sebagian besar sudah menjadi sampah.

Dari sana muncul ide usaha bagaimana memanfaatkan limbah untuk diolah secara kreatif menjadi sepatu berbasis fashion. Saya mencari tahu bagaimana cara mendapatkan limbah itu. Lalu, saya mencari produsen sepatu yang berskala home industry sebagai mitra. Terutama mereka yang berada di sekitar rumah saya di Bogor, ujar Mirza menceritakan bagaimana dia membangun usaha dan kdmunitas bisnis.

Dikatakan, dia bersyukur bisa mendapat mJtra usaha yang jujur dan sabar seperti junaedi. Usia Pakjunaedi, mungkin seusu ayah saya. Tapi, saya dapat belajar banyak dari beliau. Terus terang saya nggak bisa bikin sepatu. Saya hanya senang fashion. Senang corat-coret sejak kecil. Saya belajar mengenai seluk beluk bisnis sepatu dari pakjunaedi selama sebulan, kata Mirza.

Menurut dia, sebagai entrepreneur kitajangan berhenti belajar dan pantang menyerah. "Saya bersyukur usaha saya sekarang sudah bisa ekspor ke AS dan Philipina lewat mitra saya yang tinggal di Amerika, tambahnya. Untuk ukuran bisnis yang masih seumur jagung, pencapaian anak muda ini sudah luar biasa. Mirza sudah bisa ekspor sepatunya ke AS senilai SOO sampai 1.000 dolar AS per tiga bulan. Dia menjual produk itu lewat jalur reseller di sana. Selain itu. Mirza juga jualan produk kategori mass product, sebanyak 25-60 pcs per bulan. Di luar itu, dia juga melayani pesanan ritel dari beberapa negara Eropa.

Semua penjualan itu lewat internet. Saya juga melayani pesanan sepatu khusus untuk wedding atau show-show. Dalam sebulan, ada LS sampai 20 proyek, dengan harga Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta per pasang. Untungnya relatif besar, katanya menjelaskan. Tapi, semua itu tidak diperolehnya secara instan. Semua lewat perjuangan, kerja keras dan terus menerus menggali kreativitas. Saya pernah mengalami berbagai tantangan bisnis. Seperti, modal habis karena barang tidak laku. Saya juga sempat depresi berat karena workshop pak Junaedi terbakar pada akhir 2009. Pesanan lagi banyak dan saya sedang berada di luar negeri, katanya.

Mirza merasa beruntung mendapat lingkungan yang bagus yang selalu slap memberikan dukungan untuk maju. Selain itu, lota juga harus terus mr lakukan perbaikan. Melalukan survei pasar. Untuk mengetahui selera pasar dan memperbaiki mutu produk agar disainnya selalu up to date, ujar Mirza, be

Entri Populer