" Status YM ""
ukm indonesia sukses

UKM Minuman Tradisional Semakin Terpuruk

Saat ini sangat gampang menemukan berbagai jenis minuman dalam bentuk kemasan atau sachet. Paling banyak adalah jenis minuman kopi. Bahkan dengan semakin ketatnya persaingan, banyak produsen kopi yang melakukan inovasi memasukan bahan baku lokal seperti jahe, contohnya kopi jahe instan, kopi ginseng dll.

Munculnya minuman kopi dengan berbagai varian tersebut -ternyata berdampak pada usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang minuman tradisional. Di Kab. Bandung salah satu-nya. Ada beberapa kecamatan yang memiliki UMKM bidang minuman instan jahe, bandrek atau bajigur seperti di Kecamatan Pengalengan dan Ciwidey. Mereka mulai terimbas dengan makin banyaknya produk minuman instan kopi jahe atau kopi ginseng tersebut

"Sekarang semakin sulit menjual minuman instan bandrek dan bajigur, kalah bersaing dari segi jumlah produksi, promosi dan harga dengan produsen besar pembuat kopi,"ujar Enung Nur-yanti, Direktor PT Pusaka Kujang Mas, produsen minuman bandrek dan bajigur instan. My Me.

Enung awalnya menjual bandrek dan bajigur cair dalam kemasan botol yang dijual di lokasi wisata Ciwidey dan Pengalengan. Pada tahun 2005, baru membuat bandrek dan bajigur dalam kemasan sachet mirip kemasan kopi instan. Awal usahanya berjalan lancar, namun sejak krisis ekonomi global melanda, usahanya goyah. Harga bahan baku khususnya gula pasir dan gula merah naik hingga 100%. Kerjasama dengan pabrik dan distributor besar pun terpaksa dibatalkan karena secara hitungan ekonomis tidak lagi me-nguntungkan bisnisnya. Separuh dari karyawannya pun terpaksa berhenti bekerja.

"Sampai saat ini harga gula pasir masih di atas Rp8.S00, ini masih mahal tetapi sudah lebih baik meski produksi bandrek dan jahe masih belum kembali normal. Tahun lalu harganya tembus Rp9.000 per kg, usaha kecil kami terpaksa mengurangi produksi," kata dia. Sebelumnya MyMe diproduksi Enung hingga 6 juta sachet, namun kini kurang dari separuhnya saja.Padahal pasar MyMe sudah luas bahkan hingga di pasarkan keluar Jawa dan luarnegeri.

Kebanyakan usaha kecil di Kab. Bandung belum bisa melakukan produksi massal dan berpromosi seperti halnya pabrik kopi besar. Dia berharap pemerintah setempat bisa membantu dalam promosi tersebut, misalkan sering mengadakan pameran. Diajuga berharap Pemkab. Bandung mau mengimbau pihak hotel untuk menyajikan wellcome dring kepada tamunya dalam bentuk minuman tradisional. Selama ini selalu saja disajikan minuman eropa, mengapa tidak mencoba dengan minuman lokal saja, ujarnya.*mh

Kadin Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bogor, memfasilitasi kredit bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayali Kabupaten Bogor melalui Bank Jabar Banten Cabang Cibinong pada Rabu (28/4).

"Kami bersyukur dengan fa- silitas yang disediakan Kadin, kami mendapat informasi dan bisa mengajukan kredit di Bank Jabar. Sebab, selama ini permodalan masih menjadi masalah untuk mengembangkan usaha kami." ungkap salah satu pengrajin sepatu asal Kecamatan Ciomas Zakarsih yang hadir dalam sosialiasi Kredit, Usaha Rakyat (KUR) dan Mikro Utama Bank Jabar Banten, kemarin.

Ia juga mengatakan tanpa modal yang cukup, para pengrajin tidak akan mampu me- ngembangkan usahanya. Apalagi, kata dia. pengrajin sepatu hanya bisa bekerja jika ada order atau pesanan. "Selain pemasaran yang baik, kami me-, mang membutuhkan kredit sebagai modal meningkatkankualitas dan kuantitas produksi." ujar pria yangjuga Ketua Asosiasi Pengrajin Sepatu Ciomas Bogor.

Pimpinan Bank Jabar Banten Cabang Cibinong Cahya mengatakan pihaknya telah menyiapkan dana sekitar Rp28 miliar untuk menyalurkan kredit kepada pelaku usaha produktif di Kabupaten Bogor. Mereka lanjut dia. bisa mencairkan kredit dari Rp5 juta hingga Rp50 juta hanya dengan jaminan sebesar 40 persen berupa sertifikat. "Untuk menghindari pemanfaatan oknum, kami akan selektif menyalurkan kredit ini. Jangan sampai kredit ini macet." kata Cahya.

Sementara Itu, Kadin Kabupaten Bogor telah menyiapkan pembinaan sebagai bentukantisipasi macetnya kredit. Menurut Kelua Kadin Kabupaten Bogor Tb Nasrul Ibnu HR. selain memiliki identitas yang jelas dan memiliki Kartu Tanda Anggota Kadin, pelakuusaha juga nantinya akan dibina dengan berbagai pelatihan yang bersifat Informal."Kami akan memfasilitasi suatu forum yang bisa mempertemukan para pelaku

UMKM agar nantinya mereka saling berbagi pengalaman. Tak hanya itu. kamijuga akan membina sistem manajerial UMKM yang bersifat Imple-mentatif," kata Nasrul. (ugl)

HSBC Jembatani Pelaku Bisnis

Sosialisasi dan edukasi pada pelaku bisnis termasuk UKM merupakan kunci penting untuk mengatasi dampak-dampak negative yang sering dikhawatirkan sejak berlakunya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement). Hal itu dikatakan oleh Sandiago Uno, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang UMKM dan Koperasi dalam seminar yang diadakan HSBC yang bertema ASEAN-Free Trade Agreement-.Challenges and Opportunities di Jakarta pada 22 April 2010 lalu.

Hadir sebagai pembicara diantaranya Mark Emmerson, Head of Corporate Banking HSBC, Jeffrey C Tjoeng, Head of SME HSBC Muhammad Lutfi, pakar investasi dan perdagangan luar negeri , Suherman Wihardja, pengusaha, Sandiaga Uno, Wakil ketua Umum Kadin Indonesia bidang UMKM dan Koperasi.

Sandiago berpendapat jika tetap berpedoman pada offend is the defend dan melalui sosialisasi dan edukasi yang tepat maka para pelaku bisnis di Indonesia dapat lebih mempersiapkan diri secara matang dan memaksimalkan potensi mereka dalam menghadapi ACFTA.

Sedangkan Jeffrey C Tjoeng, Head of SME HSBC menilai bahwa ACFTA adalah tantangan untuk semuanya, sehingga untuk memanfaatkan moment tersebut, diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Ia juga berharap dalam seminar tersebut UKM Indonesia dapat terbantu dalam memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin dengan melihat potensi bisnis di luar negeri.

Sementara itu menurut survey yang dilakukuan HCBC terlihat dalam 2 tahun ke depan, 20% UKM berencana melakukan ekspansi keluar negeri. Namun ada sejumlah kendala yang dihadapi oleh para UKM dalam merambah bisnis luar negeri. Diantaranya Kondisi perekonomian yang tidak stabil (kredit, nilai tukar, tingkat suku bunga) mencapai 35%, kurangnya pengetahuan atau kontak dengan pasar luar negeri 25%, biaya untuk servis yang essensial seperti biaya pengiriman, logistik, dan penyimpanan, margin keuntungan yang tidak mencukupi 12%, kurangnya permintaan atas produk anda 12%, Peraturan Pemerintah 11% dan pembeli/ pemasok tidak menepati perjanjian perdagangan yang telah disetujui 5%.

Dalam hal ini HSBC memberikan solusi yang efektif untuk para pelaku bisnis. "Kendala-kendala tersebut dapat diselesaikan dengan memilih partner perbankan yang tepat. Misalnya, untuk kendala pertama (kondisi perekonomian tidak stabil), perbankan menawarkan solusi penukaran mata uang asing yang kompetitif. HSBC juga menawarkan bantuan untuk menghubungkan pengusaha lokal dan pengusaha di luar Indonesia dengan bantuan jaringannya di lebih dari 86 negara dan wilayah. HSBC juga menawarkan Business Vantage, account khusus bagi UKM yang dilengkapi dengan produk dan layanan berbiaya, " ungkap Devi Kususmaningtyas, Humas HSBC

Entri Populer