" Status YM ""
ukm indonesia sukses: UKM Indonesia

Tampilkan postingan dengan label UKM Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label UKM Indonesia. Tampilkan semua postingan

Dulu sopir, kini juragan jamur

Potensi besar bisnis budidaya jamur tiram telah menggiring banyak orang untuk menggelutinya. Salah satunya, Kaiman, produsen jamur tiram asal Desa Bulukandang, Pasuruan, Jawa Timur. Tak hanya membudidayakan jamur tiram, belakangan Kaiman mulai mengolahnya menjadi aneka makanan ringan.

Bisnis jamur tiram Kaiman berkibar lewat bendera Jatiman Food. Ia bilang, nama ini diberikan oleh salah seorang mahasiswa yang ia temui saat pelatihan di Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna (PPKS) tahun 2005 silam. Jatiman sendiri merupakan kepanjangan Jamur Tiram dari Jawa Timur si Pak Kaiman.

Sebelum menjadi pembudidaya jamur tiram, masa lalu pria paruh baya itu terbilang kelam. Ia hanya seorang supir dan juga tukang palak di desanya. Jalan hidupnya berubah setelah ia mengenal jamur tiram dan lalu diajak ikut serta temannya membudidayakan jamur ini.

Perlahan, usaha Kaiman pun berkembang. Saat ini, Kaiman membudidayakan jamur tiram di tiga wilayah yakni di Bali, serta di Desa Bulukandang dan Desa Dayurejo, Pasuruan.

Untuk membudidayakan jamur tiram, Kaiman harus menyiapkan serbuk kayu sebagai media pembibitan jamur tiram. Ia mendatangkan serbuk kayu langsung dari Jember, Jawa Timur. Konon, serbuk kayu dari Serbuk kayu yang paling pas untuk proses pembibitan jamur tiram adalah yang tidak terlalu lembab dan juga tidak terlalu kering. Setiap pekan, Kaiman mendatangkan sekitar 5 ton-6 ton serbuk kayu.

Serbuk kayu kemudian dijemur di terik matahari seharian dan kemudian disaring dengan saringan kawat kasa berukuran 1,5 meter x 1,5 meter. Serbuk kayu dijemur dan disaring untuk mengurangi kadar air berlebih dan memisahkan serbuk kayu dengan kotoran-kotoran lain.

Setelah dijemur dan disaring, serbuk kayu tersebut dikemas dengan plastik transparan dengan masing-masing berat kemasan yakni 1 kilogram. Media tanam yang sudah jadi itu namanya baglog.

Baglog tersebut kemudian diberi bibit jamur tiram dan dibawa ke tempat penyimpanan hingga jamur tumbuh menjamur. Ruang penyimpanan harus bebas dari pencahayaan. Saban hari, baglog tersebut disirami air untuk merangsang jamur tumbuh.

Dari tiga lokasi budidaya jamur tiramnya, Kaiman sanggup memanen sekitar 5 kuintal-8 kuintal jamur tiram segar setiap hari. Dari bisnis ini, omzet Kaiman bisa mencapai Rp 300 juta - Rp 350 juta tiap bulannya dengan keuntungan bersih 30%, sisanya untuk biaya operasional.

Berkat bisnis ini pula, Kaiman bisa mempekerjakan 40 orang, yakni di Bali ada 20 orang karyawan dan di Pasuruan 20 orang karyawan. Ia mengatakan, permintaan jamur tiram segar paling banyak dari Surabaya dan Bali. Tapi, ia juga memasok ke daerah lain juga seperti Balikpapan. "Bahkan, saya juga ekspor ke Korea Selatan dan China juga," kata Kaiman.

Belakangan Kaiman tak hanya menjual jamur tiram segar. Ia juga mulai mengolah jamur tiram menjadi berbagai camilan ringan. Misal, keripik jamur goreng, keripik jamur tepung, kue kepang jamur dan kue lidah kucing jamur.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber: kontan.co.id


Kreasi unik lampu hias karakter kartun

Produk lampu hias rumah semakin beragam. Salah satu yang sekarang lagi ngetop adalah lampu hias berkarakter kartun. Tak hanya berfungsi sebagai penerangan ruangan, lampu hias kartun ini diminati karena tampilannya yang jenaka dan unik.

Salah satu pembuat lampu hias ini adalah Sahat Silalahi di Rawamangun, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di bawah bendera usaha Kriya Asri, Sahat memproduksi 300 hingga 500 buah lampu hias kartun per bulan.

Lampu hias tersebut dibuat dengan berbagai karakter kartun, seperti Eyes Rolling, Yawn, Angri Bird, Big Smile, Confused, Can't wathc, dan Not Interested. "Total sudah 40 karakter kartun yang kami buat," ujarnya.

Ia menjual lampu hias tersebut dengan harga bervariasi, tergantung ukurannya. Untuk ukuran sedang dengan diameter 13 centimeter (cm) atau seukuran batok kelapa dibanderol Rp 50.000 per buah. Sementara ukuran besar dengan diameter 23 cm atau seukuran bola basket dihargi Rp 150.000 per buah.

Dengan harga jual tersebut, Sahat bisa mengantongi omzet Rp 25 juta per bulan, dengan laba bersih 25%-30%. Selain di Jakarta, produknya juga sudah merambah pasar Kalimantan dan Sumatera.

Sebagian besar produknya dijual melalui media online. Menurut Sahat, permintaan lampu hias ini cukup tinggi di pasaran. Bahkan, ia mengaku kewalahan memenuhi permintaan karena keterbatasan sumber daya manusia.


Masih sepi pemain

Sahat sendiri tertarik terjun ke bisnis ini karena melihat peluang pasarnya yang cukup besar. Di sisi lain, jumlah pemainnya juga masih sedikit. Keahliannya membuat lampu hias ini dipelajarinya secara autodidak. Sahat mengaku, membuat lampu hias berkarakter kartun tidak mudah. Soalnya, tidak semua orang bisa membuat karakter kartun.

Apalagi, untuk karakter-karakter yang tergolong susah. Contohnya, karakter kartun yang diberi rambut supaya mirip manusia. "Tidak semua orang bisa membuat karakter kartun jika tidak memiliki otak kreatif dan jiwa seni," jelasnya.

Muhammad Hafied, pemilik CV Arial Tiga Sinergi asal Surabaya, juga menggarap ceruk bisnis lampu hias berkarakter kartun. Sejak 2006, ia telah memproduksi lampu hias karakter kartun dengan dengan berbagai bentuk, warna, dan ukuran.

Selain kartun, ia juga membuat lampu hias dengan karakter hewan atau binatang kesayangan, seperti anjing dan kucing. "Kami juga menyediakan custom bagi pelanggan kami," ucapnya.

Selama ini, Hafied banyak menerima pesanan dari Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain individu, konsumennya banyak dari kalangan institusi, seperti sekolah dan pemilik wahana permainan. "Karena bentuknya lucu disukai anak-anak dan orang dewasa," jelasnya.

Apalagi, karakter kartun yang digunakan disesuaikan dengan tokoh karakter yang sedang naik daun. Beberapa karakter kartun tersebut, seperti Hello Kitty, Crayon Shinchan, Sponge Bob, dan Angry Bird.

Karena membutuhkan ketelatenan, pembuatan lampu ini bisa memakan waktu dua hari. Bahkan, bisa sebulan jika karakter yang diinginkan rumit dan belum pernah dibuat sebelumnya.

Menurut Hafied, modal utama membuat lampu ini adalah kreativitas dan imajinasi. Kendati demikian, seseorang yang tertarik membuat lampu ini tidak harus mempelajari ilmu seni ataupun desain. "Autodidak pun bisa," ujarnya.

CV Arial menyediakan lampu dengan ukuran mulai diameter 2 cm-10 cm. Produk lampu itu dijual mulai Rp 15.000-Rp 110.000 untuk ukuran terbesar.Dalam sebulan, ia bisa menjual 100 lusin atau 1.200 pieces lampu. Dengan penjualan sebanyak itu, ia bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 45 juta per bulan.

Menurut pria 23 tahun ini, persaingan bisnis ini belum begitu ketat. Makanya, prospek usaha ini masih menjanjikan. "Permintaan tetap tinggi," ujarnya.Selain unik dan lucu, lampu ini digemari karena cahayanya tidak terlalu dominan. Cahaya lampu ini memang tidak dimaksudkan untuk menyinari sebuah ruangan. "Melainkan sekadar hiasan dan memberikan efek relaksasi bagi yang di ruangan," kata Hafied.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

 Sumber : Kontan.co.id


Puasa, pesanan jilbab berkibar

Bulan Ramadan membawa berkah bagi produsen jilbab. Memasuki bulan puasa ini, permintaan jilbab melonjak dari hari biasa. Pesanan datang dari berbagai daerah. Omzet selama Ramadan ini bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Bulan suci Ramadan membawa berkah bagi para produsen jilbab. Mereka mengaku, permintaan jilbab selama Ramadan mengalami kenaikan cukup tinggi dibanding hari biasa.
Ekawati, produsen jilbab dan busana muslim merek Shafbrill di Semarang, Jawa Tengah bilang, memasuki Ramadan ini permintaan jilbab melonjak hingga dua sampai tiga kali lipat dari biasanya. "Permintaan datang dari berbagai daerah, bahkan hingga ke luar negeri seperti Malaysia dan Brunei Darussalam," ucapnya.

Ia memprediksi, total pesanan jilbab yang masuk selama bulan Ramadan ini bakal mencapai 500 pieces-1.000 pieces. Sementara di bulan biasa rata-rata hanya sekitar 200 pieces-300 pieces. "Momentumnya selalu baik pada bulan puasa hingga nanti mendekati Lebaran," katanya.

Dia memasarkan jilbab dengan harga antara Rp 30.000-Rp 50.000 per pieces. Dus, Ekawati bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan.Selama ini, Ekawati lebih banyak memasarkan produk jilbabnya melalui internet. Lewat internet ini, ia berhasil menjaring sekitar 50 reseller. "Mereka tersebar di seluruh Indonesia," katanya.

Padahal awalnya, ia mengaku kesulitan memasarkan produk jilbabnya karena pemain yang sudah cukup banyak. Namun, berkat pemasaran online, ia mampu bersaing di pasar jilbab.

Selain itu, Ekawati juga jeli melihat model jilbab yang sedang menjadi tren sekarang. Untuk saat ini, model jilbab pashmina sedang menjadi tren dan akan merajai pasar jilbab secara keseluruhan. "Pashmina merupakan pilihan yang tepat bagi wanita berjilbab untuk tampil modern dan stylis," klaim perempuan 29 tahun, yang merintis usaha jilbab sejak tahun 2010 ini.

Lonjakan permintaan jilbab selama Ramadan juga dirasakan Lutfiana, produsen jilbab di bawah bendera usaha Amma Lu' i Collection di Sidorajo, Jawa Timur. Lutfiana mengaku, saat ini sudah mulai kebanjiran pesanan jilbab dari berbagai daerah. "Saya banyak mendapat pesanan dari Mataram, Samarinda, dan Banjarmasin," katanya.

Selain di dalam negeri, ia juga mengaku banyak menerima pesanan jilbab dari luar negeri, seperti Singapura. Khusus untuk pesanan dari wilayah Jawa Timur, kebanyakan pembeli datang langsung ke lokasi usahanya. "Dari wilayah Jawa Timur ini sudah ada beberapa yang datang ke kami, seperti dari Malang, Surabaya, dan Kediri," jelasnya.

Sama halnya Ekawati, ia juga memasarkan produk jilbabnya lewat internet. Dengan dibantu empat orang karyawan, ia mengaku bisa melayani pesanan jilbab hingga 1.000 pieces selama Ramadan ini.

Harga jual jilbabnya ini dibanderol mulai Rp 5.000, Rp 40.000, dan Rp 60.000 per pieces. "Jilbab harga Rp 60.000 ini untuk ukuran yang paling besar," ujarnya.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber : kontan.co.id

Wisnu Sukses dengan Kue Bingka Beromzet Ratusan Juta

Setiap daerah pasti memiliki makanan atau kue khas daerah dengan keunikannya masing-masing. Tak terkecuali Batam, Kepulauan Riau. Daerah ini juga memiliki kue khas bernama kue bingka bakar.  Sayangnya, kue khas daerah ini terus meredup lantaran kalah pamor dengan produk makanan impor dari negeri tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Prihatin melihat kondisi tersebut, Rosnendya Wisnu Wardhana berupaya mengembalikan kejayaan kue bingka bakar.

“Selama ini yang lebih terkenal di Batam itu produk negeri tetangga, seperti cokelat dari Singapura atau Malaysia, Sementara makanan khas Batam tenggelam,” kata lekaki yang acap disapa Wisnu ini.

Pada 2009 ia pun mulai mengembangkan kue bingka bakar. Di bawah bendera usaha Kue Bingka Bakar Nay@adam, ia memproduksi kue bingka bakar sebanyak 11.000 loyang setiap hari. Dengan harga jual Rp 20.000 per loyang, omzetnya dalam sebulan mencapai ratusan juta rupiah. “Alhamdulillah cukup untuk menghidupi keluarga dan sekitar 60 karyawan,” katanya.

Berkat kerja kerasnya, kue bingka kini sudah menjadi salah satu jajanan khas Kota Batam. Banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri yang membeli kue bingka. "Sekarang kue bingka sudah lumayan dikenal hingga ke luar Batam," katanya.

Popularitas kue ini bahkan sudah sampai di Singapura. Selain dibawa turis Singapura yang melancong ke Batam, ia juga pernah memperkenalkan langsung kue ini dengan mengikuti pameran kuliner di Negeri Singa tersebut.

Produk kue bingka buatannya bisa diterima pasar karena sudah dimodifikasi sesuai dengan selera masyarakat modern. Aslinya, kue berbahan baku santan yang dibuat berbentuk bunga matahari segi delapan ini hanya memiliki satu varian rasa. Yakni, rasa pandan yang dibuat manis dan paling lama tahan satu hari.

Tapi, di tangannya, kue bingka kini hadir dengan 12 varian rasa, seperti keju, stroberi, buah naga, kiwi, wijen, durian, mochacino, hingga blueberry. Dengan pilihan rasa yang kian variatif, kue bingka kini semakin diterima pasar. Padahal sebelumnya, kue ini hampir punah. Kalaupun ada, paling hanya dijual di pasar-pasar tradisional. "Saya bereksperimen mengembangkan varian rasa kue ini dengan dibantu keluarga," ujarnya.

Selain kue bingka, ia juga memproduksi makanan khas daerah Batam lainnya. Di antaranya kek, sejenis kue blackforest tapi berbahan dasar pisang. Ia berharap, semua kue buatannya tetap bisa menjadi rujukan oleh-oleh khas Batam bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Berkat usahanya ini, ia pun diganjar sejumlah prestasi. Beberapa di antaranya adalah pemenang terbaik 1 Wirausaha Muda Mandiri Bidang Usaha Boga Mandiri 2010, UMKM Kreatif versi Kadin Provinsi Kepulauan Riau 2010, The Best Entrepreneur of The Years 2011 oleh Indonesia Community Center. Prestasi lain yang didapatnya adalah The Indonesian Small & Medium Business & Entrepreneur Award (ISMBEA) 2012.

Sukses yang diraih Rosnendya Wisnu Wardhana tidak didapat dalam waktu sekejap. Perlu waktu dan kerja keras agar bisa sukses seperti sekarang. Beberapa kali, ia mengalami jatuh bangun dalam menjalankan usaha.  Sebelum merintis usaha Kue Bingka Bakar Nay@dam, Wisnu pernah mencoba menjalankan usaha cuci motor dan mobil, cuci helm, hingga membuka gerai angkringan. "Karena pengelolaannya tidak fokus, Alhamdulillah semua usaha ini akhirnya tutup," ujarnya.

Tetapi, hal itu tidak membuatnya putus asa. Belajar dari pengalaman, ia mencoba bangkit kembali dan fokus di satu jenis usaha.

Hal itulah yang dilakukannya saat merintis usaha pembuatan kue khas Batam, seperti kue bingka dan kue bilis. Ia merintis usaha ini di awal tahun 2009 dengan modal awal Rp 5 juta. Modal yang tak seberapa itu dipakainya buat membeli bahan baku, mixer, dan Loyang cetakan kue.  Sisanya dipakai buat menyewa sebuah konter berukuran 2x3 meter di kawasan Pasar Mega Legenda, Batam. Ia sengaja memilih konter terkecil karena modalnya sudah habis buat yang lain. "Karena konter kecil biaya sewanya hanya sekitar Rp 390.000 per bulan," ujarnya.

Awalnya, ia hanya menjual aneka jajanan pasar, seperti kerupuk ikan, keripik talas, hingga keladi pedas. Berbagai camilan itu cukup sering dijual di pasar-pasar Batam saat itu. Setelah hampir dua bulan berjalan, ia kemudian memutuskan untuk membuat kue bingka bakar. Di awal-awal berjualan, kuenya belum begitu laris. Dalam sehari paling hanya 15 loyang kue bingka yang laku terjual. "Saya ingat saat itu harganya Rp 8.000 per loyang," ujarnya.

Namun, saat itu, ia sudah bertekad ingin menjadikan kue bingka bakar sebagai oleh-oleh khas Batam. Ia pun gencar memasarkan produknya ke sejumlah acara, baik di tingkat kelurahan, kecamatan, atau provinsi. Seperti acara penyuluhan keluarga berencana maupun perhelatan mushabaqoh tilawatil quran (MTQ) tingkat provinsi.  Lambat laun, upayanya itu mulai membuahkan hasil. Pada Agustus 2009, Pemerintah Kota Batam mengajaknya untuk ikut serta dalam acara Asia Food Festival di Singapura. Setelah mengikuti acara itu, kue buatannya semakin dikenal masyarakat, baik warga Batam maupun wisatawan yang datang.

Ia mengaku, saat itu masih minder bila ada wisatawan yang mendatangi gerainya. "Karena masih kecil sekali, seperti konter pulsa begitu kok," katanya.

Baru di tahun 2010, ia memindahkan lokasi usahanya ke sebuah ruko yang lebih luas. Selain luas, lokasi baru ini juga lebih rapi dan bersih. Setelah pindah ke ruko inilah usahanya semakin berkembang.  Namun, butuh perjuangan bagi Wisnu untuk memindahkan usahanya ke ruko tersebut. Soalnya, ruko itu dibeli dengan cara mencari pinjaman ke bank. Untuk keperluan itu, ia terpaksa menjaminkan surat keputusan (SK) pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS) milik istrinya ke bank tersebut. 

Maklum, mengandalkan omzetnya dari berjualan di pasar belum cukup. "Saat itu omzet bulanan saya rata-rata masih sekitar Rp 5 juta per bulan," ujarnya.
Tapi, semua upayanya itu tidak sisa-sia. Dengan menempati ruko, makin banyak pelanggan yang percaya dengan kualitas produknya. Selain warga Batam sendiri, banyak wisatawan asing dan lokal yang membeli penganan khas Batam hasil karyanya ini. "Kalau dulu takut ada wisatawan yang datang karena gerai -nya kecil , sekarang malah sangat berharap makin banyak wisatawan yang datang," ujarnya. 

Saat ini, kue bingka buatannya sudah menjadi salah satu jajanan khas Kota Batam. Jumlah gerainya juga terus bertambah. Sampai saat ini, sudah ada enam gerai Kue Bingka Bakar Nay@adam miliknya di Kota Batam. 

Untuk membesarkan usahanya, ia juga menggandeng pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Batam. Para pelaku UKM tersebut diberi kesempatan untuk menitip jual makanan, minuman, serta aneka produk kerajinan lainnya di gerai -gerai miliknya. Alhasil, gerai Nay@dam pun kini makin semarak. Selain makanan, juga ada aneka suvenir seperti kaos dan gantungan kunci khas Batam. "Saya berharap, ada sesuatu yang bisa dijadikan kenang-kenangan setelah seseorang berkunjung ke Batam," ujarnya. 

Melalui usahanya itu, Wisnu memang berharap bisa turut membantu mengembangkan pelaku usaha lain. Terutama mereka yang aktivitas produksinya terkait dengan pernak-pernik khas Batam. Kendati sudah sukses, Wisnu masih tetap ingin membesarkan usahanya tersebut. Salah satu keinginannya adalah membuka gerai di luar Kota Batam, termasuk Jakarta. 

Selain untuk bisnis, gerai tersebut diharapkan bisa ikut mempromosikan Batam. "Cita-cita sih ingin membuka gerai di Jakarta, rencananya di tahun ini," ucapnya.
Ia juga mengaku, sudah banyak pihak yang memintanya menawarkan kerja sama waralaba. Namun, ia belum mau memenuhi permintaan tersebut. "Kalau business opportunity mungkin masih bisa ya," katanya ayah dari dua orang anak ini.  


Sumber:(Eka Saputra/Kontan)




Pierre Sukses Berbisnis Pendidikan di Usia Muda

Passion merupakan motor terbesar Pierre Senjaya dalam membesarkan bisnisnya di dunia pendidikan. Didikan orang tua yang selalu memprioritaskan pendidikan membuat Pierre menikmati aktivitasnya di bisnis sekolah dan konsultan pendidikan.

Bisnis pendidikan merupakan salah lini usaha yang potensial dikembangkan di Tanah Air. Tengok saja kisah Pierre Senjaya yang sukses berbisnis pendidikan lewat jaringan sekolah Stella Maris.

Stella Maris merupakan sekolah pendidikan formal yang mengelola taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA). Saat ini, Stella Maris memiliki dua sekolah milik sendiri dan dua sekolah milik terwaralaba. Tahun 2011, omzet bisnis sekolah ini mencapai sekitar Rp 100 miliar.

Pierre yang kini menjabat sebagai Direktur Stella Maris International Education memang bukan pendiri Stella Maris. Dia adalah penerus dari usaha yang didirikan oleh sang ibu, Strella. Meski hanya penerus, bukan berarti Pierre tidak terlibat saat Stella Maris berdiri. Bahkan di tangannya, Stella Maris terus berkembang dan memiliki beberapa cabang. Ia pula yang membuka kerja sama waralaba.

Selain mengembangkan sekolah formal, Pierre juga membuka bisnis pendidikan di bidang pembentukan karakter, pendidikan karier, dan bisnis konsultan pendidikan di bawah bendera Asia One Consulting dan Success Academy Indonesia. “Sekolah yang datang untuk berkonsultasi sudah cukup banyak. Dari 2010 hingga sekarang, sudah ada 20 sekolah,” ujar pria kelahiran Jakarta, 1 September 1979 ini.

Pierre bercerita, cikal bakal Stella Maris adalah keprihatinan terhadap anak-anak panti asuhan Padang Gembala milik ibunya yang tidak memiliki sekolah standar. Akhirnya, sang ibu membuka sekolah Stella Maris pada tahun 1995 di kawasan Serpong. Ia memulai dengan dua ruko. “Kami membuka untuk umum, selain untuk anak panti sendiri,” ujar suami Susan Angela ini. Kelas yang dibuka adalah untuk TK dan SD.

Saat sekolah Stella Maris dibuka, Pierre masih duduk di sekolah menengah atas (SMA). Meski sebagai pelajar, dia sempat berkeliling menyebarkan brosur dan memasang spanduk Stella Maris di pasar hingga ke pusat perbelanjaan. “Selama enam bulan kami berpromosi secara tradisional. Syukur, respons cukup bagus. Kami mendapat 200 murid,” kenangnya. Setelah itu, sekolah terus berkembang, dari dua ruko menjadi empat ruko, bahkan sampai delapan ruko pada tahun 1999. Jenjang pendidikannya juga bertambah, ada SMP dan SMA.

Saat kuliah di Universitas Bina Nusantara jurusan akuntansi, Pierre diserahi tanggung jawab mengelola keuangan dan administrasi Stella Maris. “Saya padatkan kuliah menjadi empat hari seminggu supaya bisa mengurus Stella Maris,” ujar anak kedua dari dua bersaudara ini. Ia juga diserahi tugas membenahi sistem teknologi informasi untuk memudahkan laporan keuangan dan administrasi.

Setelah lulus kuliah pada tahun 2001, sembari menjalankan pengelolaan Stella Maris, Pierre menjadi programmer di Bank Lippo. “Saya ingin mencari pengalaman lain,” dalihnya. Ia juga melanjutkan kuliah S-2 di Universitas Pelita Harapan dengan mengambil jurusan Teknologi Pendidikan. Di Bank Lippo, Pierre hanya bertahan setahun, dan kemudian pindah ke PT Rimba Dana sebagai system analyst selama setahun. Setelah itu, ia terlibat total di pengelolaan Stella Maris.

Kurang modal

Stella Maris maju semakin pesat. Tahun 2004, sekolah itu menerapkan sertifikasi ISO 9001: 2000. Setelah studi banding sekolah di Singapura dan Australia, Pierre lantas mengadopsi kurikulum International Baccalaureate (IB) dan kurikulum Cambridge yang menitikberatkan pada kemampuan akademik. Jumlah siswanya pun terus bertambah menjadi sekitar 2.500 siswa.

Sukses di sekolah reguler, Pierre mulai merintis sekolah internasional. “Untuk mendirikan sekolah ini, kami butuh modal puluhan miliar rupiah, cash flow kami tentu tidak mencukupi,” kenangnya. Dia mencoba mencari pinjaman ke bank. Tapi, dua bank menolak proposal pengajuan kredit.

Alhasil, Pierre mulai mempelajari secara detail proposal kredit. Dia mencari tahu kriteria bisnis model seperti apa yang bisa meyakinkan bank. Berkat cara ini, dia berhasil mendapatkan utang dari salah satu bank swasta nasional. “Mereka melihat arus keuangan kami sehat dan penambahan jumlah murid pesat,” katanya.

Pierre juga sempat menghadapi sengketa dengan warga di sekitar lahan yang bakal dibangun sekolah internasional di Summarecon Serpong. “Hanya karena kesalahpahaman, mereka mendemo. Tapi, syukur, itu bisa diatasi,” ujarnya. Tahun 2006, dia membuka sekolah internasional Stella Maris.

Kesuksesan Stella Maris di bisnis pendidikan membuat banyak pihak tertarik. “Beberapa ingin membuka cabang, tapi kami belum siap. Tahun 2009, kami baru berani menawarkan waralaba,” ujar Pierre. Saat ini, ia menargetkan menambah lima cabang setiap tahun.

Selain berbisnis pendidikan, Pierre juga mempunyai bisnis pribadi, yaitu jasa leasing sepeda motor besar dan penjualan vila mewah di Bali.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html


Sumber: (Fransiska Firlana/Kontan)



Kuli Bangunan yang Kini Bos Produk Salon Mobil

Fitriyanto hanya lulusan SMA. Tapi, berkat tekad yang diiringi dengan usaha keras, ia sukses menjadi produsen perawatan mobil merek Autofit. Pemilik PT Vitechindo Perkasa ini mampu membikin produk yang bisa bersaing dengan merek terkenal.

Hidup ini bagi Fitriyanto benar-benar sebuah perjuangan. Ia lahir dari keluarga sederhana, kalau tidak disebut miskin. Ayahnya hanya seorang tukang kayu. Tapi, dengan tekad yang bulat dan usaha yang kuat, Fitriyanto mampu menjadi seorang pengusaha produk perawatan mobil yang terbilang sukses.

PT Vitechindo Perkasa, perusahaan milik Fitriyanto, berhasil memasok produknya ke bengkel resmi milik agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar, seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, Honda, Nissan, Hyundai, Suzuki, Kia, dan Mazda. Bisnis ini menghasilkan omzet Rp 8 miliar per tahun.

Label merek produk buatan Fitriyanto adalah Autofit. Saat ini, ada 20 produk merek Autofit yang sudah diproduksi, antara lain produk sampo, semir ban, pelumas, pembersih evaporator, injection purge, cairan pembersih bahan bakar, pembersih blok mesin, pembersih karburator, dan pembersih ruang bakar mesin kendaraan.

Uniknya, untuk meracik Autofit, Fitriyanto sama sekali tidak memperdalam ilmu kimia secara formal. “Semua saya pelajari secara autodidak,” kata pria kelahiran Purbalingga, 10 November 1972 ini.

Ayahnya yang seorang tukang kayu tentu tak mampu menyekolahkannya tinggi-tinggi. Maka, ketika lulus SMA, pada tahun 1992, Fitriyanto langsung hijrah ke Jakarta. Anak bungsu dari lima bersaudara ini menjadi kuli bangunan.

Enam bulan menjadi kuli bangunan, Fitriyanto pindah menjadi tukang bantu-bantu di rumah Rachmat Gobel, kini Presiden Komisaris PT Panasonic Manufacturing Indonesia. Di rumah itulah ia ketemu dengan salah satu manajer Panasonic. “Saya ditawari kerja,” ujarnya. Ia lalu menjadi pegawai di Panasonic, divisi komponen, yang memproduksi semua speaker.

Di waktu senggang, Fitriyanto selalu meluangkan waktu untuk membaca buku kisah orang sukses. “Saya menghimpun tekad untuk menjadi orang sukses. Dari buku yang saya baca, orang sukses kebanyakan mengawali karier sebagai tenaga pemasaran (marketing),” kata suami Lihardiana ini.

Fitriyanto lantas hengkang dari Panasonic dan pada tahun 1995, ia menjadi tenaga pemasar di produsen minuman. “Saya mendapat upah Rp 75.000 per bulan, jauh lebih kecil ketimbang jadi kuli bangunan. Ketika jadi kuli, upah saya Rp 60.000 per minggu,” kata Fitriyanto yang akhirnya keluar setelah tiga bulan bekerja.

Lantaran bertekad jadi tenaga pemasar, Fitriyanto kembali masuk ke perusahaan cokelat selama setahun, sebelum akhirnya pindah ke PT Prima Karya Gandareksa, perusahaan kimia. Ia tetap jadi tenaga pemasar, tetapi dengan gaji Rp 5 juta per bulan. “Saya banyak belajar tentang produk perawatan mobil di sini,” katanya. Lantaran kinerjanya bagus, perusahaan menugaskannya ke Bali. Tapi, ia memilih mundur lantaran tak ingin jauh dari keluarga. Selama setahun, ia beberapa kali pindah kerja di perusahaan kimia.

Fitriyanto akhirnya masuk ke perusahaan produk perawatan mobil dari Jerman. “Di perusahaan ini, saya suka memperhatikan para peracik produk. Saya pelajari, bahan apa saja yang diramu menjadi produk perawatan,” katanya.

Setiap Sabtu dan Minggu, dia pergi ke toko kimia untuk mempelajari bahan-bahan kimia yang bisa diramu menjadi produk perawatan mobil. Dia bertahan selama lima tahun di perusahaan itu sebelum akhirnya mengundurkan diri dengan posisi gaji terakhir Rp 24 juta per bulan. 

Pinjam uang ke bank

Pengalaman di perusahaan pembuatan produk perawatan mobil membuat Fitriyanto percaya diri untuk memulai usaha sendiri. “Sebagai tenaga pemasar, saya sudah memegang banyak pelanggan. Saya juga sudah bisa membuat produk sendiri,” katanya.

Dengan memanfaatkan bengkel sepeda motor di Cikeas, Bogor, yang didirikan saat masih bekerja, pada 2007, Fitriyanto memulai usaha produk perawatan mobil. “Saat itu, cuma ada satu montir dan tempatnya sangat sederhana,” kenangnya. Di bengkel itu, dia meracik bahan setelah memenangi tender pengadaan produk perawatan mobil dari salah satu bengkel mobil besar.

Lantaran tak punya modal, Fitriyanto mencari pinjaman bank sebesar Rp 25 juta. “Karena tidak ada agunan, modalnya hanya kepercayaan. Bank itu menjadi pelanggan di bengkel kami,” katanya.

Dari modal Rp 25 juta, ia bisa menghasilkan omzet Rp 80 juta. Tiga tahun berjalan, usahanya semakin besar. Dengan pinjaman bank yang lebih besar, dia membuka pabrik di daerah Cipayung, Jakarta Timur, dan mendirikan PT Vitechindo Perkasa.

Saat ini, Fitriyanto memiliki 35 karyawan dan sejak awal bulan Juni 2012, dia membuka lembaga kursus bahasa Inggris dan komputer. “Saya sendiri tak bisa mengoperasikan komputer,” katanya sambil tertawa. Ia juga membuka sekolah taman kanak-kanak sembari menjalankan usaha bengkelnya.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber: (Fransiska Firlana/Kontan)



Pengusaha "Happy", Uang Mengikuti


Pebisnis harus merasa senang dalam memulai dan mengerjakan usahanya. Bila dia senang maka uang pun akan mengikuti. Demikian inti dari happynomic rules ala Chief Creative Officer of Oh My Goodness (OMG) Creative Consulting, Yoris Sebastian.

"Kalau kita happy, kita suka dengan karyanya, itu menurut saya the money will follow," ujar Yoris kepada Kompas.com, Kamis (12/7/2012).Yoris menjelaskan, dalam memulai usaha, pelaku usaha diharapkan bisa senang terlebih dahulu. Senang akan karyanya. Happy, kata Yoris, adalah dasar dalam berusaha.Happynomic sendiri, menurut Yoris, bukan sesuatu yang terlalu berstruktur.  

Happy bukan berarti passion. Pasalnya, pelaku usaha tetap harus bekerja secara realistis. Usaha harus bisa membiayai kebutuhan sehari-hari. "Tidak semua orang beruntung bisa bekerja dengan passion dia. Ini (usaha) harus ada nilai ekonominya," kata Yoris yang pernah memenangi Asia Pacific Entrepreneur Award tahun 2008.

Yoris pun memberikan nasihat agar pelaku usaha berhati-hati bila bekerja dengan dasar mewujudkan passion-nya. Usaha dengan passion itu harus diyakini terlebih dahulu. "Hati-hati kalau kita ngejar passion terus kita main lompat saja. Tiba-tiba keretanya salah kan gawat. Jadi jangan cabut dulu. Kerjain apa pun yang saat ini realistis kita dapat," tuturnya.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html



Peluang Bisnis Ayam Goreng Rasa Oriental

Tawaran waralaba di bisnis makanan olahan ayam tak ada habisnya. Paling baru adalah tawaran dari PT Tatacipta Megapelangi yang mengusung brand Hungry Boy Indonesia.
Tawaran yang mulai dirilis Agustus 2011 ini menawarkan ayam goreng krispi tanpa tulang sebagai menu utama. Yenni Tantono, Franchise Manager Hungry Boy mengatakan, tren makanan ini sedang menjamur, terutama di kota besar. "Pemainnya juga tak terlalu banyak dibandingkan fried chicken," katanya. 

Yenni mengklaim, keunggulan gerainya terletak pada menu ayam tanpa tulang yang disajikan dengan bumbu oriental khas Taiwan, yang telah telah disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia.Awalnya, menu ayam goreng krispi tanpa tulang ini memang populer di Taiwan. Dalam penyajiannya, menu ayam yang telah dilumuri bumbu dikemas dalam kantong dan bisa langsung dinikmati sambil jalan. "Praktis dan tak repot," jelasnya. 

Dalam kerjasama waralaba ini, Hungry Boy menawarkan dua paket investasi, yakni paket konter dan paket booth. Untuk paket konter nilai investasinya sekitar Rp 18,8 juta untuk konter di luar mal, dan Rp 28,8 juta untuk konter di dalam mal. 

Sedangkan untuk paket booth dihargai Rp 48,8 juta, baik di dalam atau di luar mal. "Kami sangat merekomendasikan agar setiap mitra memilih mal sebagai lokasi berjualan," ujar Yenni.Dengan harga jual Rp 12.000-Rp 15.000 per porsi, mitra bisa meraih omzet Rp 18 juta-Rp 23 juta per bulan paket konter, dan Rp 40 juta untuk paket booth. "Mitra bisa balik modal enam bulan," klaim dia.Saat ini Hungry Boy telah memiliki 15 cabang yang semuanya milik mitra. Gerai tersebut berada di berbagai daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, Mataram, dan Manado. 

Hingga akhir tahun Yenni menargetkan jumlah gerainya bisa mencapai 50 di seluruh Indonesia. "Kami berupaya untuk mencapai target tersebut, dan sejauh ini masih on the track," tuturnya.Utomo Njoto, pengamat waralaba dari Franchise Technology mengatakan, menu ayam goreng krispi dengan bumbu oriental relatif masih baru di Indonesia. Selain itu, menu ini juga belum biasa dijadikan sebagai makanan camilan seperti ditawarkan oleh Hungry Boys. "Jadi masih harus dibuktikan keberadaannya di Indonesia," ujarnya. 

Ia menyarankan, kepada calon mitra yang tertarik untuk melakukan penelusuran secara mendalam mengenai tawaran kemitraan ini. Kajian itu penting karena segmen pasar untuk jajanan seperti ini belum terbentuk di Indonesia. "Bisa mendatangi langsung outlet yang sudah ada untuk melihat respon pasarnya," jelasnya.  

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber : (Fahriyadi/Kontan)


Bermodalkan Rp 50.000, Produk Dewi Tanjung hingga ke Inggris

International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Awards British Council 2012 akhirnya memilih Dewi Tanjung dan Diana Rikasari sebagai pemenang. Nama keduanya diumumkan pada Awarding Night IYCE Awards 2012, di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sabtu (14/7/2012). Kedua pemenang berhasil menyisihkan 18 finalis lainnya dalam memperebutkan juara untuk Kategori Desain dan Fesyen serta Kategori Film dan Interaktif.  

"Pemilik CV De Tanjung Indonesia, Dewi Tanjung, terpilih menjadi pemenang IYCE Awards 2012 untuk Kategori Desain dan Fesyen, sementara penulis blog dan pemilik UP! Shoes Diana Rikasari menjadi pemenang untuk Kategori Film dan Interaktif," sebut siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (16/7/2012).  

Dewi Tanjung pertama kali mengembangkan usahanya hanya dengan bermodalkan Rp 50.000. Berdiri tahun 2003, bisnisnya bergerak dalam produksi kerajinan tradisional, kartu undangan pernikahan, dan suvenir. Dalam memproduksi kerajinan tradisional ini, Dewi mengkhususkan diri pada penggunaan barang daur ulang, seperti botol, kain perca, dan dedaunan kering.

Ia memberdayakan komunitas wanita di perkampungan Banjararum dan penjara wanita Sukun. Dewi juga sebelumnya merupakan pemenang Wirusaha Muda Mandiri 2010 kategori Industri Kreatif.
Saat ini, CV De Tanjung telah melayani lebih dari 1.200 klien dalam dan luar negeri, seperti  London, Paris, Adelaide, New York, Amsterdam, Arizona, dan Kuala Lumpur. Produk De Tanjung telah menjadi buah tangan Malang favorit selebriti dan tokoh terkemuka Indonesia.  

Sementara pemenang untuk Kategori Film dan Interaktif, Diana Rikasari, membuat terobosan dalam industri fashion e-commerce untuk lini sepatunya dengan menggunakan media digital dan internet.
Berpengalaman lima tahun sebagai penulis blog Indonesia terkenal bertajuk "Hot Chocolate and Mint" membuat Diana terlibat aktif dalam belajar memahami dan menginspirasi pembacanya. Ini pula yang mengantarkan bisnisnya menjadi salah satu Top 50 Usaha Kecil Menengah Go Online 2012 versi majalah Marketers.

Toko online UP! tidak hanya memberikan pengalaman berbelanja yang cepat dan menyenangkan, tetapi toko juga menyediakan ruang yang bisa dinikmati oleh pengunjungnya, seperti mengunduh wallpapers, ring tone, dan tema handphone gratis, penyediaan konsultasi mengenai ukuran, desain, dan bahkan kepemilikan halaman profil sendiri.

Lebih dari sekadar usaha sepatu, UP! sukses membangun sebuah komunitas. Kepeduliannya pada masyarakat, terutama anak-anak yang membutuhkan pendidikan, dibuktikan melalui program beasiswa Level UP!.  

Kedua pemenang pun berkesempatan mendapatkan pendanaan proyek dari Inggris dan/atau Indonesia. Mereka pun berkunjung ke Inggris selama tujuh hari. Di sana, mereka akan bertemu dengan wirausahawan kreatif muda lainnya dari 27 negara; berjejaring dengan pemuka industri di Inggris, berpartisipasi dalam kegiatan masterclass eksklusif, dan kesempatan untuk mempromosikan usaha kreatif mereka dalam festival internasional.

"British Council akan membuka akses seluas-luasnya kepada para pemenang untuk berkolaborasi secara internasional. Diharapkan, ini dapat mempercepat hubungan mereka dengan para pelaku industri, para agen di Inggris, mitra, dan penanam modal bersama YCE," demikian siaran pers tersebut.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html


Inilah 5 Langkah Wajib Kejar Sukses Berbisnis

Anda ingin sukses dalam berbisnis? Ingat, ada lima langkah wajib dalam menggapai kesuksesan bisnis versi konsultan ARRBEY.

Menurut Kepala Konsultan Strategi ARRBEY Handito Joewono di Jakarta, Selasa (17/7/2012), lima langkah wajib tersebut adalah:

1. Ekspansi bisnis. Perusahaan yang ingin menjadi besar diharap tidak takut melakukan ekspansi bisnis.
2. Apabila sukses terus diraih, bikinlah diversifikasi bisnis. Tentu, bisnis di bidang lain harus benar-benar dipelajari agar tidak mendatangkan kerugian.
3. Tata kelola perusahaan atau corporate governance.
4. Pengembangan teknologi dan jangan abaikan manajemen aset. 
5. Nah, kalau perusahaan belum gede-gede amat, Handito lebih menekankan istilah SMS alias mendorong selling (penjualan), marketing (pasar) dan service (pelayanan). 

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber : kompas.com
 

Kenali Cara Industri Besar Berinovasi

Ada motivator yang sering mengemukakan ide ATM alias Amati, Tiru dan Menambahi untuk menghasilkan produk inovatif. Cara ampuh paling bisa dilakukan adalah  kenalilah cara-cara industri besar dunia dalam berinovasi.

Aneka cara inovasi itu disampaikan Dekan PPM Manajemen Martinus Sulistio Rusli di Jakarta, Selasa (17/7/2012). Sulistio memaparkan inovasi yang dilakukan Apple justru terletak pada kekuatan talenta Chief Executive Steve Job (almarhum). Sementara, Google justru meyakini kekuatan kebebasan kreatif karyawannya. "Ini merupakan scientific freedom of employees," ujar Sulistio.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Kita lihat juga industri besar lain. Toyota memegang kedekatan kerjasama dengan supplier, BMW lebih pada kekuatan desain, P and G menggunakan sumber-sumber teknologi eksternal, dan Samsung justru mengandalkan kecepatan dalam pengembangab produk.
Nah, bagaimana perusahaan Anda untuk mengembangkan inovasi?

Kerja Keras dan Kerja Cerdas untuk Menjadi Entrepreneur Sukses

Kesuksesan tidak datang tiba-tiba. Memerlukan berbagai langkah dan perjuangan untuk mewujudkan sebuah kesuksesan. Tidak hanya sekadar kerja keras, tetapi juga diperlukan pemikiran yang cerdas untuk membangunnya.

Seorang entrepreneur harus memiliki kedua hal tersebut. Mau bekerja keras sekaligus memanfaatkan kecerdasan untuk membangun impian-impiannya. Kemauan untuk bekerja keras ini, terkadang menjadi hambatan.  Banyak entrepreneur yang sudah mencapai titik tertentu kemudian menjadi “malas” untuk bekerja keras mengembangkan usahanya.

Sedangkan kerja cerdas, diperlukan entrepreneur untuk mengatur strategi dalam menjalankan roda bisnisnya. Persaingan usaha yang sangat keras akan dialami begitu usahanya mulai berkembang dan dikenal masyarakat. Apalagi ketika line bisnisnya “bersentuhan” dengan pemilik usaha yang sudah mapan.

Pemiikiran cerdas juga diperlukan ketika para pesaing baru yang terinspirasi atas bisnis yang dibangun muncul. Mereka akan meniru apa saja yang dilakukan seorang entrepreneur yang usahanya berkembang dengan pesat dalam waktu singkat dan berharap memperoleh kesuksesan serupa. Penetrasi pasar mereka cenderung agresif untuk menembus dominasi “pemain” terdahulu.

Nah, apabila tidak ada antisipasi terhadap kemunculan pesaing, tidak memiliki kemauan untuk bekerja keras dan menyiapkan kerja cerdas, maka entrepreneur sukses pun akan terlibas. Karena produktivitas semakin menurun seiring minimnya inovasi akibat rasa “malas” mulai menghinggapi. Tentu saja, ini semakin membuka jalan bagi kesuksesan para entrepreneur baru yang notabene mencontek kreasi pemain lam.
Bagaimana seorang entrepreneur tetap bertahan di tengah persaingan yang sangat ketat di dunia usaha?  Sepuluh langkah untuk menjadi entrepreneur sukses dan produktif dari Motivator No. 1 Indonesia, Andrie Wongso ini dapat menjadi rujukan. Selamat menyimak………

10 Ways to Become Productive Entrepreneur

Banyak cara yang dilakukan agar bisa menjadi pengusaha sukses. Salah satunya, dengan menjadiproductive entrepreneur. Bagaimana caranya?
Menjadi pengusaha, tentu banyak tantangannya. Sebab, kompetisi makin ketat, permintaan makin beraneka ragam, dan posisi pelanggan kini sudah semakin setara dengan produsen. Kemajuan teknologi informasi turut menjadikan persaingan semakin sengit. Bagi yang tahan banting, barangkali dengan persaingan justru semakin matang. Namun, bagi yang tidak siap, siap-siap saja mengalami kejatuhan.

Lantas, apa yang harus dilakukan di tengah situasi yang serba menantang itu? Kuncinya, menjadi seorang productive entrepreneur atau pengusaha yang produktif.Dengan cara itu, efisiensi dan efektivitas akan bisa ditingkatkan. Apa saja yang harus dilakukan agar kita bisa menjadi seorang productive entrepreneur? Berikut tips yang disarikan dari Inc.com. Semoga bisa menginspirasi kita semua agar bisa memaksimalkan semua daya dan upaya:

•Lewatkan meeting kurang penting. Meeting hanya menghabiskan waktu jika tidak terjadi kesepakatan. Ada banyak cara untuk berkomunikasi yang lebih efektif berkat kemajuan teknologi.

•Ikuti aturan “dua pizza”. Tim inti sebuah proyek harusnya kecil saja, yang cukup hanya diberi jatah “dua pizza”. Ini adalah upaya membagi kelompok-kelompok kecil untuk menangani isu-isu tertentu yang penting sebelum diangkat ke pertemuan besar. Dengan begitu, komunikasi justru akan berjalan lebih lancar, fokus, dan terarah.

•Segera jawab telepon. Sepertinya sepele. Tapi, itulah inti dari komunikasi. Dengan segera mengangkat telepon, komunikasi berjalan lebih lancar.

•Organisasikan jadwal keseharian. Danny Meyer, CEO dari Union Square Hospitality Group, menceritakan, bahwa asisten eksekutifnya, selalu membagi e-mail dan memo menjadi empat bagian. “Bagian pertama adalah jadwal saya hari selanjutnya. Bagian kedua adalah hal-hal apa saja yang harus segera mendapatkan jawaban atau tanggapan. 

Dengan begitu, dia tidak perlu menginterupsi saya untuk menjawab pertanyaan. Bagian ketiga adalah email yang berisi informasi yang harus saya ketahui. Bagian ini adalah bagian yang perlu saya ketahui, tapi tidak menuntut untuk segera diselesaikan. Kemudian, bagian terakhir adalah hal yang harus dikerjakan, namun masih bisa dikerjakan dalam waktu yang lama,” sebut Meyer.

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

 


Yang Muda, Berjaya dan Kaya Raya

Di era teknologi informasi seperti sekarang ini, banyak “ditemukan” orang-orang yang mendulang kesuksesan dalam waktu yang sangat singkat. Orang-orang sukses ini bahkan mampu mencapainya di saat usianya masih sangat muda. Milyader-milyader ini adalah orang-orang kreatif yang mampu membangun usaha melalui startup bisnis di dunia IT.

Jangkauan bisnis teknologi informasi yang menjangkau seluruh dunia, 24 jam per hari, 7 hari seminggu, membuat kecepatan perkembangan usaha mereka dalam hitungan “kwadrat” dari bisnis normal pada umumnya. Momen yang tepat, kejelian dalam melihat kebutuhan serta peluang yang ada, ditambah kreativitas serta kemampuan dalam dunia IT yang sangat jenius, membuat penetrasi bisnis mereka tak terbendung.

Mereka pun, memulainya pada usia yang masih sangat belia. Kebanyakan, kesibukan kuliah di perguruan tinggi komputer dan IT, mengasah kemampuan membangun startup bisnis mereka. Tidak heran, memasuki tahun kedua perkuliahan, orang-orang ini sudah mulai merancang bisnis sendiri dan terus disempurnakan sembari mengikuti perkuliahan.

Hasilnya, ketika memasuki akhir perkuliahan sebagian besar dari mereka sudah disibukkan oleh urusan bisnis. Kadang, saking sibuknya mereka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan yang tinggal selangkah lagi meraih gelar akademik alias drop out (DO). Meskipun, tentu saja terdapat beberapa pengecualian sehingga seorang mahasiswa  yang sukses membangun startup bisnis tetapi bersikeras menyelesaikan kuiliah.

Tetapi konsekuensi dari pilihan mereka tersebut  tidak mengecewakan pada akhirnya.  Bisnis yang dibangun melejit dan sangat dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia. Produk-produk yang dihasilkan  pun selalu mendapat sambutan hangat di pasar. Dampak positifnya, rekening mereka semakin gemuk dan perusahaannya semakin besar.

Pencapaian tersebut, membuat mereka menjadi miliuner di usia muda. Mereka sangat berjaya saat masih belia dan kaya raya sesudahnya. Nampaknya, ini sebuah contoh sekaligus trendsetter bagi generasi muda Indonesia untuk mengikuti jejak langkahnya, menjadi entrepreneur di usia muda. Apa kata mereka tentang kesuksesan yang dicapainya? Berikut ini jawabannya …………………..

5 Rahasia Entrepreneur Muda Terkaya Dunia

Berkat kemajuan teknologi, banyak anak muda dunia yang menjadi kaya raya karena inovasinya. Tapi ternyata, dalam daftar anak muda terkaya versi Forbes,  banyak juga anak muda kaya yang berbisnis di luar bidang IT. Berikut adalah beberapa kutipan yang bisa jadi pembelajaran, bagaimana mereka bisa sukses di usia 20 hingga 40 tahunan.

1. Dustin Moskovitz (27 tahun)

Ia adalah co-founderFacebook yang kemudian memilih untukmendirikan perusahaannya sendiri, Asana. Ia juga dikenal menjadi investor di berbagai perusahaan yang berbasis teknologi informasi.

MULAI SEGERA

“Karena kita mulai sejak usia 20-an, kita punya waktu beberapa dekade ke depan untuk mencari tahu apa kemungkinan yang punya dampak terbesar dari sumber (pengetahuan) yang kita miliki”

2. Yoshikazu Tanaka (34 tahun)

Ia adalah pendiri social media network terbesar asli dari Jepang, Gree.jp.

BERPIKIR GLOBAL

“Platform Gree terbaru yang kami kembangkan ini menunjukkan komitmen bahwa kami akan terus membangun ekosistem global untuk mobile developers yang gratis untuk dimainkan. Tujuan kami adalah menawarkan pengalaman bermain game berbasis sosial network terbaik untuk semua pemain di dunia”

3. Oleg Bakhmatyuk (37 tahun)

Pria dari Ukraina ini usahanya cukup unik. Ia berhasil jadi triliuner dari bisnis telur yang berada di bawah grup usaha Avangard dan Ukrlan farming. Dari pengusaha gas, ia berpindah ke bisnis telur karena menganggap bahwa memberi makan pada banyak orang agar tidak kelaparan adalah bisnis masa depan.

KERJA SAMA

“Perjanjian ini akan memberikan keuntungan tambahan bagi semua pemangku kepentingan Avangard, yakni dengan memberikan kepastian jaminan keamanan, persediaan, serta meningkatkan kemampuan penjualan dan pemasaran yang saling terintegrasi”

4. Chen Tianqiao (39 tahun)

Ia adalah pengusaha hiburan berbasis game terbesar di China, yakni Shanda Interactive Entertainment. Ia membesarkan usaha ini bersama istrinya, Qianqian Luo dan saudaranya, Danian.

SUKSES BUTUH DUKUNGAN ORANG TERDEKAT

“Kebahagiaan keluarga lebih penting daripada kesuksesan sebuah bisnis”

5. Mikhail Abyzov (38 tahun)

Merupakan salah satu triliuner dari Moskow, Rusia, yang menjulang namanya berkat perusahaannya, E4 Group, yang bergerak di bidang penyediaan energi.

BERPIKIR UNTUK KEPENTINGAN YANG LEBIH BESAR

“Kami ingin menciptakan pusat materi dan teknologi ketenagaan baru serta mengujinya sebagai energi yang lebih efisien. Tujuan dari proyek ini bukan hanya sebagai ajang ujicoba teknologi abad 21 yang memungkinkan keuntungan dalam periode singkat, tapi menciptakan kondisi yang penting untuk kebutuhan di Rusia, karena masyarakat kita sangat butuh hal ini”.

 http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Menjajal Hoki Bisnis di 11 Merek Kuliner

Hokky Group menawarkan kemitraan bisnis kuliner. Ada 11 merek makanan dan minuman yang ditawarkan. Paket investasinya mulai Rp 18 juta-Rp 95 juta. Omzet ditargetkan Rp 700.000-Rp 1,5 juta per hari.

Bisnis kuliner terus berkembang. Dari waktu ke waktu ada saja pemain baru di bisnis ini. Aneka makanan seperti piza, steik, bento, pasta, burger, martabak, dan donat adalah beberapa jenis makanan yang paling banyak dijajakan para pengusaha kuliner. 

Nah, di Bandung, Jawa Barat, ada seorang pemain yang langsung menggabungkan beberapa jenis makanan tersebut dalam satu bendera usaha. Dia adalah Hokky Carnegie, yang mengelola bisnis kuliner di bawah bendera usaha bernama Hokky Group. 

Selain beberapa menu tadi, ia juga menawarkan menu lain, seperti chicken dan sup. Di minuman, ia menawarkan kopi, jus dan es krim. Masing-masing menu tersebut dikemasnya dalam brand yang terpisah-pisah. Di antaranya Hokky Pizza, Hokky Steak, Hokky Bento, Hokky Pasta, Hokky Burger, Hokky Martabak, Hokky Chicken, Hokky Donat, dan Hokky Zuppa Soup. Untuk minuman ada Hokky Coffee dan Hokky Juice & Ice Cream. 

Jadi, total ada 11 merek makanan dan minuman. Harga makanan dan minuman di tiap brand rata-rata berkisar Rp 6.000-Rp 8.000 per porsi.Memulai bisnis sejak 2011, pada Maret 2012, Hokky, menawarkan kemitraan dengan konsep booth dan resto. Untuk tipe booth, ia mematok biaya investasi sebesar Rp 18 juta. Investasi itu sudah meliputi peralatan lengkap, pelatihan, dan bahan baku awal. Mitra yang mengambil paket ini hanya boleh memilih satu brand usaha. 

Omzet mitra diperkirakan Rp 400.000-Rp 700.000 per hari. Dengan laba 15 persen, mitra bisa balik modal dalam waktu empat bulan. "Kami tak ada franchise fee," katanya.Khusus untuk paket resto, mitra bisa memilih dua brand yang diinginkan dan dianggap cocok dengan karakteristik lokasi yang dipilih oleh mitra. Bila nantinya kurang menguntungkan, mitra bisa saja mengubah pilihan brand-nya. "Jadi lebih fleksibel," ucap Hokky.

Paket resto ini dibanderol Rp 95 juta yang mencakup peralatan lengkap, pelatihan, bahan baku awal, meja kursi serta dekorasi tempat. Untuk paket ini, omzet mitra ditargetkan mencapai Rp 1 juta-Rp 1,5 juta per hari. Dengan laba sebesar 15 persen dari omzet, mitra yang mengambil paket resto bisa balik modal dalam setahun.

Saat ini, Hokky Group telah memiliki enam mitra yang semuanya mengambil paket booth. Para mitra ini tersebar di Palembang, Surabaya, Denpasar, dan Balikpapan.Dari enam mitra itu, ia baru berhasil menjual empat brand, yakni Hokky Pizza, Hokky Coffee, Hokky Bento, dan Hokky Pasta. "Tapi beberapa brand sudah ada peminatnya," ujarnya.

Erwin Halim, konsultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting, menilai, konsep kemitraan Hokky Group yang menawarkan banyak brand justru akan membingungkan calon mitra usaha. Soalnya, dengan banyak brand, Hokky Group tidak memiliki fokus. 

Padahal, brand-brand itu semuanya sudah banyak di pasaran. "Tawaran kemitraan tanpa brand tak punya kekuatan," jelas Erwin.Ia menyarankan, Hokky Group fokus membangun produk unggulannya dulu. Setelah memiliki produk unggulan, barulah Hokky Group dapat meluaskan usahanya. 

http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html

Sumber : kompas
 (Fahriyadi, Noverius Laol/Kontan)

Dulu Tukang Becak, Kini Punya 10 Mobil dan 2 Pabrik

Bertahun-tahun lamanya Sanim menggantungkan nasib pada sebuah becak yang dimilikinya. Kini nasibnya berubah, ia menjadi jutawan dengan dua pabrik, tiga rumah, 10 mobil, dan dua kali haji dari usahanya itu.

Sanim (60) merupakan seorang pengusaha asal Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Ia menjadi salah satu contoh warga yang berhasil keluar dari garis kemiskinan.
Dua usaha yang ia jalani saat ini ialah pabrik pembuatan garam dan pupuk organik. Namun, nama Sanim lebih dikenal sebagai pengusaha garam ketimbang pengusaha pupuk organik.

"Sekarang saya punya 10 mobil, tiga di antaranya mobil pribadi tipe Daihatsu Taruna, Honda Jazz, dan mobil pertama ketika saya beli tahun 1997, yaitu Daihatsu Espass, bangga sekali saya saat itu. Sisanya mobil angkut produksi, seperti Fuso," ujar bapak empat anak ini, saat ditemui Kompas.com di acara peluncuran buku kewirausahaan Rhenald Kasali di Gedung WTC, Jakarta Kamis (5/7/2012).

Adapun beberapa jenis garam yang diproduksi ialah jenis garam grosok (garam non-yodium masih berbentuk butiran besar dan kasar, biasanya dipakai untuk budidaya dan pengawetan ikan), garam dapur (konsumsi), dan garam industri untuk pabrik tekstil.

Sementara jenis pupuknya, yakni organik tipe KCL (kalium clorida), fungsinya meningkatkan unsur hara kalium di dalam tanah budidaya.Kemampuan produksi kedua pabriknya, Samin mengaku, dalam setahun mampu memproduksi masing-masing 2.000 ton baik garam maupun pupuk organik.
"Oh kalau barang jadinya, itu mah (harga jual) rahasia perusahaan, Mas. Yang penting perhitungan saya ini ada lebihnya gitu. Saya tidak tahu kiranya berapa, tapi tahun kemarin bersih minimal mencapai Rp 400 juta per tahun," tuturnya sambil tertawa.

Menimba ilmu dari pabrik garam

Sanim menceritakan, pada awalnya ketika masih sebagai tukang becak, ia sering mangkal di persimpangan Jalan Cirebon. Di tempatnya mangkal, berdiri sebuah pabrik garam yang cukup besar.
Sanim pun tertarik untuk melamar kerja di pabrik tersebut, dengan harapan nasibnya bisa lebih baik. Beruntung, Ia diterima bekerja di situ.

"Setelah dua bulan bekerja, saya pun berpikir, daerah kita kan punya potensi garam, loh kenapa saya tidak bisa membuat garam sendiri," ungkapnya.Akhirnya, Sanim berhenti kerja dari pabrik garam tersebut. Di situlah ia mulai berpikir, usaha garam ternyata mampu mengeruk keuntungan yang lebih besar dari buruh pabrik, apalagi tukang becak.

Baginya, garam bukan hanya sebagai bumbu penyedap makanan, melainkan juga dibutuhkan untuk keperluan industri, pertanian, dan perikanan. Ternyata, tidak sia-sia pernah bekerja di pabrik garam. "Jadi bisa dikatakan cuma menimba ilmu di pabrik tersebut," tuturnya.

Ilmu yang diperolehnya ialah cara membuat garam krosok. Sanim pun menggarap empang peninggalan orang tuanya yang berada di belakang rumahnya untuk mencoba membuat garam."Alhamdulillah, lama-lama usaha saya berkembang, sampai yang awalnya usaha di halaman belakang rumah, lalu berkembang dan kita bisa membeli tanah untuk tempat produksi yang lebih luas lagi," ujar Sanim, yang mampu mengantarkan keempat anaknya meraih gelar sarjana ini.

Petani garam umumnya memanfatkan empang atau kolam di dekat pantai. Caranya, dengan mengumpulkan air laut ke dalam empang. Lalu, dengan bantuan sinar matahari, air laut yang terkumpul tersebut akan menguap dan menghasilkan kristal-kristal bersenyawa Natrium clorida (NaCl).
Kristal NaCL itu dikumpulkan oleh petani, lalu dibersihkan berulang kali dari kotoran yang melekat hingga menjadi butiran halus dan kecil, tetapi non-yodium.

Itu dulu, tetapi kini, selain memproduksi sendiri garam krosok, ia juga membelinya dari petani garam di sekitar Cirebon. Dengan kisaran harga beli sekitar Rp 400 per kilogram.Harga belinya murah disebabkan garam yang diterima masih sangat kotor dan berwarna hitam. Kemudian ia cuci kembali dengan alat seadanya.

Akhirnya, Ia memutuskan untuk membeli alat pencuci khusus garam krosok seharga Rp 20 juta-an. Lebih efisien, dan garam krosok bisa dibersihkan dengan cepat. Ia pun menjual garam itu ke industri, pertanian, dan perikanan.

Namun, Sanim enggan menyebut berapa harga jual garamnya. Di beberapa iklan promosi yang beredar di internet, harga jual garam krosok bersih bisa mencapai Rp 810.Peralatan produksi garamnya pun masih menggunakan mesin tradisional. Menurutnya, ini warisan budaya setempat. Lagi pula, ia menganggap mesin tradisional lebih tahan lama dan tidak menimbulkan suara bising ketimbang mesin modern berbahan besi.

Mesin tradisional inilah yang digunakan Sanim untuk mengolah garam krosoknya menjadi garam beryodium dan bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
"Kalau barang, jualnya habis-habis terus, tak pernah berkurang. Karena pemasaran banyak sekali setelah garam beredar," ungkapnya.

Memanfaatkan KUR

Lambat laun, Sanim pun mulai berpikir untuk mengembangkan usaha lebih besar lagi dari yang ia jalani sekarang. Pada 2010, ia memutuskan untuk menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan perbankan BUMD Jawa Barat, yakni Bank Jabar Banten (BJB).

Sebelumnya, ia hanya memanfaatkan jasa bilyet giro Bank BJB untuk bertransaksi dengan pembeli luar kota. "Kita pernah mengajukan utang pinjaman ke Bank BCA, tapi waktu itu ditolak. Setelah itu akhirnya kita ke bank BJB. setelah diproses dan melihat prospek perkembangan usaha kita, akhirnya kita dapat dana," katanya bercerita saat kesulitan memperoleh dana usaha.

Untuk menghasilkan 2.000 ton garam, paling tidak Sanim harus mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp 1 miliar. Untuk itu, ia sangat membutuhkan suntikan dana bank untuk memperlancar arus produksinya.

Ia mengaku tidak pernah mengalami kredit macet selama meminjam ke bank. "Ke depannya nanti saya akan meminjam kembali ke Bank BJB sebesar Rp 500 juta. Kepenginnya saya balikin sekitar 1 tahun," katanya.

Sementara itu, ditemui Kompas.com di tempat yang sama, Dirut Bank BJB Bien Subiantoro mengatakan, bank yang dipimpinnya itu memberikan akses kemudahan bagi para pengusaha mikro melalui jalur KUR.

Salah satu langkah BJB ialah meluncurkan suatu program bernama "Warung BJB". Warung tersebut semacam bank keliling khusus untuk menyalurkan pembiayaan usaha mikro.Kini, 430 Warung BJB tersebar di pasar-pasar tradional di beberapa wilayah Jawa Barat dan Banten."Khusus kredit (KUR) kita masih fokus di Jawa Barat dan Banten. Ini karena untuk menyalurkan kredit, kita harus tahu dulu customer-nya," tutur Bien.

Dirinya mengklaim, pengusaha mikro tidak perlu lagi berpikir ribetnya proses birokrasi pengajuan dana KUR.Biasanya, lanjut Bien, pengusaha mikro yang datang ke BJB untuk mengajukan KUR didiskusikan terlebih dahulu, bank pun bisa langsung mencairkan dananya. Asalkan pengusaha punya tempat usaha tetap.

"Kita memberi dana mulai paling kecil yakni Rp 2 juta hingga yang paling besar sampai Rp 50 juta. Begitu tumbuh, lalu kita naikkan kembali levelnya sampai RP 100 juta. Lalu begitu tumbuh lagi, kita naikkan kembali level pinjamannya. NPL-nya (kredit bermasalah) pun kecil, hanya empat persen (maksimal lima persen) untuk mikro," kata Bien, yang pernah menjabat Direktur Treasury dan Internasional Bank BNI ini.

Rhenald Kasali tentang Sanim
Guru Besar FEUI sekaligus penggiat Rumah Perubahan kewirausahaan Rhenald Kasali mengatakan, banyak sekali orang yang menjadi tukang becak selama 20 tahun dan bahkan hingga akhir hayatnya.
"Tapi Pak Sanim berubah, justru Pak Sanim melihat dirinya ada potensi. Dan sekarang Pak Salim menjadi pengusaha besar di bidang garam. Ketika sebagian besar orang justru ingin impor garam. Pak Sanim berkutat untuk menyelamatkan garam Indonesia. Jadi ini salah satu contoh," ungkapnya pada sambutannya di peluncuran buku terbarunya tentang kewirausahaan.

Rhenald menyebut Sanim dan pengusaha mikro sejenis adalah para "pengusaha cracking". Para pengusaha yang awalnya bukan dari kalangan keluarga pengusaha, tetapi mereka nekat keluar dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat pada umumnya.

Sumber : Kompas

Entri Populer