Budidaya janggelan kian menjanjikan keuntungan. Permintaan tanaman ini
terus meningkat di pasar. Selain menjadi bahan pokok untuk memproduksi
cincau hitam, daun janggelan juga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman
obat. Omzet usaha ini bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan.
Tanaman
janggelan mungkin masih asing di telinga masyarakat. Namun, jika
menyebut nama cincau hitam, mungkin hampir semua kalangan mengenal
makanan ini. Nah, asal tahu saja, daun janggelan merupakan bahan pokok
yang digunakan untuk memproduksi cincau hitam.
Lantaran kaya
akan serat, tanaman ini juga dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit, seperti demam, sakit perut, diare, batuk, gangguan pencernaan,
serta penyakit darah tinggi. Selain di Indonesia, khasiat daun ini juga
sudah kesohor hingga ke Filipina, Taiwan, China, dan Korea.
Tak
heran, daun janggelan juga banyak diekspor ke negara-negara tersebut.
Itu juga yang membuat permintaan daun janggelan terus meningkat dari
tahun ke tahun. Alhasil, budidaya tanaman ini kian menjanjikan
keuntungan lumayan besar.
Salah satu pembudidaya janggelan
adalah Dudi Iskandar, pemilik usaha Wira Abadi di Tangerang, Banten. Ia
membudidayakan tanaman ini di daerah asalnya di Wonogiri, Jawa Tengah
Selain budidaya, ia menjadi pedagang pengumpul (pengepul) daun
janggelan, dengan menampung hasil panen petani di Karang Tengah,
Wonogiri.
Kebetulan Wonogiri merupakan salah satu penghasil daun
janggelan terbesar di Indonesia. Dalam sebulan, ia mampu menjual daun
janggelan sebanyak 15 ton hingga 20 ton. Daun sebanyak itu dijual ke
berbagai daerah di Indonesia.
Ada tiga jenis daun janggelan yang
dia pasarkan. Daun kualitas super dengan harga Rp 15.000-Rp 16.000 per
kilogram (kg), daun dengan batang utuh Rp 13.000-Rp 14.000 per kg, dan
daun berbentuk cacahan dengan harga Rp 12.000 per kg. "Omzet saya bisa
mencapai Rp 200 juta-Rp 300 juta per bulan," ujar Dudi. Laba bersih yang
didapatnya sekitar 25% dari omzet.
Awalnya, Dudi hanya membantu
mengelola kebun keluarga seluas 5.000 meter persegi yang ditanami
janggelan. Sebelumnya, ia tak mengetahui tanaman ini dapat memberi
untung besar. Kebetulan, sang adik menyaksikan sebuah acara yang
menampilkan pengusaha janggelan. Ia pun menyadari janggelan bisa
dijadikan usaha yang menjanjikan. Sejak itu, Dudi memasarkan hasil kebun
keluarganya dan mulai menjadi pengepul bagi petani sekitar.
Pemain
lain adalah Mansur, pemilik UD Arum Segar di Semarang, Jawa Tengah. Ia
terjun ke bisnis ini sejak lima tahun lalu. Sama seperti Dudi, selain
pembudidaya, ia juga menjadi pengepul daun janggelan. Kebanyakan petani
yang menjadi mitranya berada di Malang, Jawa Timur. Selain di Jawa, ia
juga memasarkan daun janggelan ke Sumatra.
Setiap bulan, ia
menjual minimal 1 ton janggelan dengan omzet Rp 17 juta per bulan. "Yang
kami jual dan budidayakan hanya janggelan yang kualitas super,"
imbuhnya. Daun janggelan kualitas super ini dihargai Rp 17.000 per kg.
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html