" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Meraup rezeki dari melukis sepatu Hindari galeri demi puaskan konsumen

Meraup rezeki dari melukis sepatu Hindari galeri demi puaskan konsumen

16/03/2012
Meraup rezeki dari melukis sepatu Hindari galeri demi puaskan konsumen


"Jika harga produk saya dikatakan mahal, tidak ada komentar. Saya memang hanya menjual produk bernilai seni. Jadi, sukar ditentukan nilainya murah atau mahal." Itulah kalimat yang terlontar dari Sri Rejeki Widiastuti yang merupakan alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ketika membuka dialog dengan Bisnis terhadap jenis usaha yang digelutinya.

Sri yang memiliki nama populer Eki Ario Damar itu menjagokan sepatu yang dihiasi dengan lukisan atau sepatu lukis sebagai dagangannya sejak 5 tahun lalu. Harga sepasang sepatu yang dipasarkannya tergantung dari jenis yang dilukis apakah alas kaki itu memiliki brand atau tidak. Jika sepatu yang dilukis memang bermerek, Sri bisa melegonya dari Rp600.000 sampai Rpl juta per pasang.

Namun, apabila konsumen memesan sepatu tanpa merek atau produksi lokal, harga jualnya jauh lebih murah yaitu mulai dari Rpl 50.000 hingga Rp600.000 per pasang. Dengan pertimbangan kualitas sepatu itu, Sri menilai harga jual sepatu lukisnya tidaklah mahal.

Hasil karya seni yang dituangkan Sri pada setiap sepasang sepatu merupakan goresan atau lukisan bervariasi. Selain itu, lukisan yang ditorehkannya tidak pernah melebih dari tiga pasang sepatu.

Menurut Sri, pembatasan produksi itu merupakan salah satu jaminan kepuasan yang dijanjikan untuk setiap konsumennya. Jadi, jangan pernah berpikir jika sepatu lukis yang Anda pesan terlihat sama dengan sepatu lukis lainnya di luar karya ibu seorang putra ini.

Lama pengerjaan sepatu juga sebaiknya menjadi pertimbangan konsumen. Saat ini, pengerjaansepasang sepatu memerlukan waktu sekitar 3 pekan. Dia mengklaim menikmati pekerjaannya di bengkel seninya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan. Jika mengejar kuantitas, dia khawatir mengecewakan konsumen.

Bekerja melalui seni lukis dengan media sepatu merupakan ekspresi jiwa Sri. Dia akan puas setiap kali menyelesaikan goresan demi goresan pada sepatu yang diorder konsumen baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sri menerapkan sejumlah strategi agar sepatu lukisnya lebih istimewa di mata pelanggan di antaranya sistem pemasaran yang dilakukannya tidak mengenal batas waktu karena menggunakan jejaring sosial secara online.

"Saya tidak bisa menjelaskan satu per satu ke negara mana saja yang melakukan order secara online oleh konsumen. Ada permintaan dari Amerika Serikat, Meksiko, negara-negara Eropa maupun dari kawasan Teluk di Asia," ujarnya. Sistem pemasaran

Jiwa wirausaha yang kental membuat bisnis sepatu lukis yang pada awalnya hanya bermodal dua pasang sepatu itu terus berkembang. Melalui fasilitas jejaring sosial, dia mampu meraih pendapatan secara rutin.
Namun, dia pantang menjelaskan omzet yang diraihnya. Alasannya,saat menekuni pekerjaan seni. Sri tidak pernah berpikir meraih untung besar. Bisa mengaktualisasikan jiwa seni sudah bagi Sri.

Sri mengaku kemulusan usahanya itu juga berkat dukungan dari suami yang juga alumnus dari IKJ Jakarta. Buah hatinya yang masih semata wayang juga turut memberi inspirasi baginya untuk menorehkan setiap goresan lukisan pada sepatu.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan produk serupa yang banyak dihasilkan pekerja seni lainnya, Sri memastikan kualitas goresannya masih lebih unggul. Jaminan itu diungkapkannya karena ada produk serupa cepat luntur goresannya. Dia juga memberi jaminan atas karya lukisnya karena diklaim racikan sendiri dari bahan dasar yang ditorehkan pada setiap pasang sepatu.

Dia mengklaim satu perusahaan terkemuka di Indonesia sempat tertarik mengontrak kemitraan dengannya. Peluang itu muncul setelah melihat proses pekerjaan yang dilakukan Sri. Ketertarikan itu juga didorong oleh pemakaian produknya yang dipakai artis Ibu JXota.

"Saya masih menunggu jadwal pertemuan dengan perusahaan tersebut. Seluruh pekerjaan yang mereka minta akan saya sesuaikan dengan finalisasi pekerjaan setiap sepatu," ujar Sri.

Sejak kecil keinginan Sri menjadi desainer sangat besar, terlebih menjadi seorang profesional. Cita-cita itudalam visinya akan lebih mapan apabila diwujudkan melalui jenjang pendidikan setara perguruan tinggi.

Keinginannya menjadi desainer temyata bertolakbelakang dengan keinginan kedua orang tuanya. Sri dipaksa mengambil mata kuliah seni rupa jurusan tekstil yang tidak pernah di bayangkan nya sebagai ilmu pendukung kariernya saat ini.

Namun, dia tidak ingin disebut sebagai anak pembangkang, sehingga keinginan orang tua tersebut diikutinya. Akibatnya bisa ditebak Sri tidak mampu menyelesaikan studi seperti yang diharapkan orang tua, terutama untuk mendapatkan gelar.

Meski demikian, kondisi itu tidak mengubah jalan hidupnya secara total. Tidak bisa menyelesaikan ilmu seni rupa tekstil, Sri mengekspresikan keinginannya menjadi seorang. pelukis sederhana dengan media kanvas yang belum terbayangkan sebelumnya.

"Pekerjaan yang saya mulai dari beberapa pasang sepatu, saat ini bisa melakukan pembelian sepatu dalam jumlah besar," katanya. Meski demikian, dia belum tertarik membuka gerai untuk memajang sepatu produksinya.

"Kalau saya membuka galeri mungkin sulit memberikan layanan pasar atau konsumen. Saya harus mengambil sisi positif dari kondisi tersebut karena masih bisa mengendalikan kesibukan," ujar Sri. {ginting. munthe@bisnis.co.id)

Sumber :Bisnsi Indonesia
MULIA GINTING MUNTHE 


Entri Populer