>>>>>>Mimpi UKM Menembus Pasar Benua Hitam
Mimpi pelaku UKM Indonesia untuk memperluas pangsa pasar bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun layaknya mendapat angin segar untuk segera diwujudkan. Benua hitam di bumi Afrika telah memberikan lampu hijau untuk menyerap lebih banyak produk UKM yang dihasilkan di Indonesia.
Bagaimana tidak, ini merupakan peluang emas yang wajib untuk dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku industri kecil di Tanah Air. Sebab Afrika merupakan benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia.
Dengan luas wilayah 30.224.050 km2 termasuk pulau-pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3 persen dari seluruh total daratan bumi. Dengan 800 juta penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi dunia.
Peluang itu serasa di tangan setelah pemerintah Indonesia mengumumkan saat ini sedang menjajaki perluasan pasar UKM di 54 negara di benua Afrika melalui 11 negara Afrika yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. "Kita sudah melakukan forum bisnis dengan 11 duta besar negara Afrika yang sudah ada dutabesar-nya di Indonesia," kata Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Neddy Rafi-naldi Halim, di (akarta, belum lama ini.
Hasil pertemuan (forum bisnis) yang digelar pada 1 (uni 2011 bersamaan dengan Pameran Smesco UKM Festival 2011 di SME Tower Jakarta itu diperoleh kesimpulan bahwa selama ini peluang pasar Indonesia untuk masuk ke Afrika secara lebih optima] terbuka lebar.
Selain itu, 11 negara sahabat dari Afrika tersebut telah menyatakan ingin menjalin komitmen lebih erat untuk bekerja sama di bidang ekonomi khususnya UKM dengan Indonesia. "Pada pertemuan itu, beberapa hasil yang bisa dipetik adalah kita tahu temyata banyak potensi pasar untuk produk UKM yang sangat bisa diserap Afrika," kata Neddy.
Ia mencontohkan, selama ini Somalia mengimpor 20 juta sarung pertahun dari Indonesia. Beberapa negara lain juga telah mengimpor kopi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. "Tampaknya pemerinuth Afrika akan memberi kemudahan terhadap pelaku bisnis kita khususnya UKM Indonesia untuk bisa memberikan akses pasar ke sana," katanya.
Untuk menindaklanjuti hui itu, pihaknya akan membahas persoalan teknis dengan duta besar dari 11 negara Afrika di Indonesia. Neddy menjelaskan, di Benua Afrika ada 54 negara pasar potensial di mana 11 negara di antaranya telah memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
"Ada berbagai macam kesamaan kita dengan mereka, ini modal bagi UKM kita untuk bisamenembus pasar di Afrika," katanya. Ia menegaskan, pihaknya siap membantu UKM yang kesulitan memenuhi permintaan pasar dari negara-negara di Afrika meliputi bantuan permodalan dan pendampingan usaha.
Potensi Indonesia
Ekonom sekaligus* praktisi, Eva Riyanti Hutapea, dalam salah satu tulisannya pada 2004 menyebutkan potensi UKM Indonesia untuk masuk ke pasar Afrika masih terbuka lebar. "Kondisi UKM saat ini pada posisi yang membaik, sehingga terbuka kesempatan untuk memperluas pasar ke negara-negara seperti Afrika," tulisnya.
Menurut dia, sektor pertanian merupakan sektor yang mampu mendorong UKM secara keseluruhan, disusul sektor perikanan, kelautan, pariwisata, dan perdagangan. Meski demikian, UKM khususnya yang memproduksi bahan-bahan pertanian juga harus melihat pasar di dalam negeri karena kebutuhan pangan yang juga masih sangat besar.
Ia mencontohkan, produk olahan pisang misalnya, memiliki peluang ekspor yang terbuka lebar tetapi di beberapa daerah di Tanah Air masih dibutuhkan, karena tanaman pisang umumnya berproduksi baik hanya di 10 provinsi di Indonesia. "Ini yang juga harus ditangkap peluangnya karena ada sekitar 23 propinsi lainnya yang membutuhkannya," demikian menurut Mantan CEO PT indofood itu.
I Iai terpenting saat ini meu-rut dia adalah meningkatkan daya saing pelaku UKM dari sisi kualitas sumber daya manusia dan produk. Jika produk yangdihasilkan berkualitas tinggi maka tidak saja pasar Afrika yang bisa ditembus tetapi juga pasar negara maju yang potensial.
Pemerimah Serius
Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, menyatakan diri serius untuk membangun daya saing pelaku UKM di Tanah Air agar mampu memperluas jejaring pasarnya hingga ke ujung dunia termasuk Afrika. "Kami sudah menjalankan program peningkatan daya saing pelaku UKM sejak beberapa tahun lalu," katanya.
Beberapa program pendampingan telah dilakukan di antaranya dalam hal teknis pengemasan produk, membangun kemitraan, pengurusan HAKI, hingga mengakses kredit perbankan. Salah satu cara lain yang juga ditempuh di antaranya adalah dengan membenahi sistem pemasaran. "UKM harus diisi oleh orang-orang pemasaran. Oleh karena itu hams diisi orang-orang yang memiliki daya kreativitas tinggi," kata Menteri Sjarifuddin Hasan.
Ia menegaskan, Kementerian Koperasi dan UKM sangat serius menggarap ketersediaan pasar industri kecil atau rumahan tersebut agar produk-produk yang dihasilkan bisa dipasarkan dan tentunya diminati oleh konsumen. "Kami sangat concern dengan masalah daya saing dan pemasaran UKM itu," katanya.
Pihaknya selain serius dalam meningkatkan daya saing hingga perluasan pasar, tetapi juga membantu UKM dari sisi permodalan. Ia mendorong agar penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat dan merata ke sdn ruh Tanah
Air. Dengan begitu kontinuitas produk UKM semakin terjaga agar mampu menembus pasar yang lebih luas hingga ke ujung dunia bahkan Benua Afrika.
Sementara itu, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) menyatakan siap membantu perluasan pasar bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). "Kami siap membantu mereka (UKM) untuk mengakses pasar yang lebih luas," kata anggota HIPPI Nuraini B li.i|il.iiin di I.ik,iii.i. Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya pendampingan di level daerah secara langsung agar UKM bisa memperluas akses marketing produknya. Menurut dia, UKM banyak yang "terkunci" dalam hal perluasan pasar. "Pendampingan itu tidak bisa dilakukan hanya bicara di tingkat pusat tetapi harus langsung turun ke daerah-daerah," katanya.
Nuraini berpendapat, selama ini banyak UKM yang tidak tahu harus menjual produknya kemana karena mereka hanya mengerti cara menghasilkan produk tanpa paham cara memasarkannya. Hal itulah yang membuat UKM sulit berkembang dan menaikkan kelas usahanya ke level yang lebih tinggi.
Sulitnya memasarkan produk juga menjadikan rantai pemasaran produk UKM semakin panjang sehingga keuntungan yang mungkin diperoleh UKM semakin kecil. "Rantai yang panjang juga menyebabkan produk yang dihasilkan UKM (idak kompetitif karena harganya yang mahal," katanya. Oleh karena itu, pendampingan terhadap UKM diakuinya merupakan salah satu program prioritas HIPPI ke ilip.in ,„., i......,..,.
Sumber:Harian Ekonomi Neraca
Mimpi pelaku UKM Indonesia untuk memperluas pangsa pasar bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun layaknya mendapat angin segar untuk segera diwujudkan. Benua hitam di bumi Afrika telah memberikan lampu hijau untuk menyerap lebih banyak produk UKM yang dihasilkan di Indonesia.
Bagaimana tidak, ini merupakan peluang emas yang wajib untuk dimanfaatkan secara optimal oleh pelaku industri kecil di Tanah Air. Sebab Afrika merupakan benua terbesar kedua dunia dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia.
Dengan luas wilayah 30.224.050 km2 termasuk pulau-pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3 persen dari seluruh total daratan bumi. Dengan 800 juta penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi dunia.
Peluang itu serasa di tangan setelah pemerintah Indonesia mengumumkan saat ini sedang menjajaki perluasan pasar UKM di 54 negara di benua Afrika melalui 11 negara Afrika yang telah memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. "Kita sudah melakukan forum bisnis dengan 11 duta besar negara Afrika yang sudah ada dutabesar-nya di Indonesia," kata Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Neddy Rafi-naldi Halim, di (akarta, belum lama ini.
Hasil pertemuan (forum bisnis) yang digelar pada 1 (uni 2011 bersamaan dengan Pameran Smesco UKM Festival 2011 di SME Tower Jakarta itu diperoleh kesimpulan bahwa selama ini peluang pasar Indonesia untuk masuk ke Afrika secara lebih optima] terbuka lebar.
Selain itu, 11 negara sahabat dari Afrika tersebut telah menyatakan ingin menjalin komitmen lebih erat untuk bekerja sama di bidang ekonomi khususnya UKM dengan Indonesia. "Pada pertemuan itu, beberapa hasil yang bisa dipetik adalah kita tahu temyata banyak potensi pasar untuk produk UKM yang sangat bisa diserap Afrika," kata Neddy.
Ia mencontohkan, selama ini Somalia mengimpor 20 juta sarung pertahun dari Indonesia. Beberapa negara lain juga telah mengimpor kopi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. "Tampaknya pemerinuth Afrika akan memberi kemudahan terhadap pelaku bisnis kita khususnya UKM Indonesia untuk bisa memberikan akses pasar ke sana," katanya.
Untuk menindaklanjuti hui itu, pihaknya akan membahas persoalan teknis dengan duta besar dari 11 negara Afrika di Indonesia. Neddy menjelaskan, di Benua Afrika ada 54 negara pasar potensial di mana 11 negara di antaranya telah memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
"Ada berbagai macam kesamaan kita dengan mereka, ini modal bagi UKM kita untuk bisamenembus pasar di Afrika," katanya. Ia menegaskan, pihaknya siap membantu UKM yang kesulitan memenuhi permintaan pasar dari negara-negara di Afrika meliputi bantuan permodalan dan pendampingan usaha.
Potensi Indonesia
Ekonom sekaligus* praktisi, Eva Riyanti Hutapea, dalam salah satu tulisannya pada 2004 menyebutkan potensi UKM Indonesia untuk masuk ke pasar Afrika masih terbuka lebar. "Kondisi UKM saat ini pada posisi yang membaik, sehingga terbuka kesempatan untuk memperluas pasar ke negara-negara seperti Afrika," tulisnya.
Menurut dia, sektor pertanian merupakan sektor yang mampu mendorong UKM secara keseluruhan, disusul sektor perikanan, kelautan, pariwisata, dan perdagangan. Meski demikian, UKM khususnya yang memproduksi bahan-bahan pertanian juga harus melihat pasar di dalam negeri karena kebutuhan pangan yang juga masih sangat besar.
Ia mencontohkan, produk olahan pisang misalnya, memiliki peluang ekspor yang terbuka lebar tetapi di beberapa daerah di Tanah Air masih dibutuhkan, karena tanaman pisang umumnya berproduksi baik hanya di 10 provinsi di Indonesia. "Ini yang juga harus ditangkap peluangnya karena ada sekitar 23 propinsi lainnya yang membutuhkannya," demikian menurut Mantan CEO PT indofood itu.
I Iai terpenting saat ini meu-rut dia adalah meningkatkan daya saing pelaku UKM dari sisi kualitas sumber daya manusia dan produk. Jika produk yangdihasilkan berkualitas tinggi maka tidak saja pasar Afrika yang bisa ditembus tetapi juga pasar negara maju yang potensial.
Pemerimah Serius
Menteri Koperasi dan UKM, Sjarifuddin Hasan, menyatakan diri serius untuk membangun daya saing pelaku UKM di Tanah Air agar mampu memperluas jejaring pasarnya hingga ke ujung dunia termasuk Afrika. "Kami sudah menjalankan program peningkatan daya saing pelaku UKM sejak beberapa tahun lalu," katanya.
Beberapa program pendampingan telah dilakukan di antaranya dalam hal teknis pengemasan produk, membangun kemitraan, pengurusan HAKI, hingga mengakses kredit perbankan. Salah satu cara lain yang juga ditempuh di antaranya adalah dengan membenahi sistem pemasaran. "UKM harus diisi oleh orang-orang pemasaran. Oleh karena itu hams diisi orang-orang yang memiliki daya kreativitas tinggi," kata Menteri Sjarifuddin Hasan.
Ia menegaskan, Kementerian Koperasi dan UKM sangat serius menggarap ketersediaan pasar industri kecil atau rumahan tersebut agar produk-produk yang dihasilkan bisa dipasarkan dan tentunya diminati oleh konsumen. "Kami sangat concern dengan masalah daya saing dan pemasaran UKM itu," katanya.
Pihaknya selain serius dalam meningkatkan daya saing hingga perluasan pasar, tetapi juga membantu UKM dari sisi permodalan. Ia mendorong agar penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terus meningkat dan merata ke sdn ruh Tanah
Air. Dengan begitu kontinuitas produk UKM semakin terjaga agar mampu menembus pasar yang lebih luas hingga ke ujung dunia bahkan Benua Afrika.
Sementara itu, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) menyatakan siap membantu perluasan pasar bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). "Kami siap membantu mereka (UKM) untuk mengakses pasar yang lebih luas," kata anggota HIPPI Nuraini B li.i|il.iiin di I.ik,iii.i. Selasa.
Ia mengatakan, pihaknya akan melakukan upaya pendampingan di level daerah secara langsung agar UKM bisa memperluas akses marketing produknya. Menurut dia, UKM banyak yang "terkunci" dalam hal perluasan pasar. "Pendampingan itu tidak bisa dilakukan hanya bicara di tingkat pusat tetapi harus langsung turun ke daerah-daerah," katanya.
Nuraini berpendapat, selama ini banyak UKM yang tidak tahu harus menjual produknya kemana karena mereka hanya mengerti cara menghasilkan produk tanpa paham cara memasarkannya. Hal itulah yang membuat UKM sulit berkembang dan menaikkan kelas usahanya ke level yang lebih tinggi.
Sulitnya memasarkan produk juga menjadikan rantai pemasaran produk UKM semakin panjang sehingga keuntungan yang mungkin diperoleh UKM semakin kecil. "Rantai yang panjang juga menyebabkan produk yang dihasilkan UKM (idak kompetitif karena harganya yang mahal," katanya. Oleh karena itu, pendampingan terhadap UKM diakuinya merupakan salah satu program prioritas HIPPI ke ilip.in ,„., i......,..,.
Sumber:Harian Ekonomi Neraca
Oleh Hanni Sofia