02/12/2011
Siapkan Amunisi Detail sebelum Berperang Bisnis
Setelah meninggalkan profesi konsultan IT, Hendrik Setiawan fokus membangun bisnis jus buah segar Mama Roz. Menurutnya, membangun bisnis seperti berperang, perlu persiapan detail. Oleh karena itulah, segala aspek bisnis dipikirkan mulai dari produk, kemasan, maupun infrastruktur logistik.
BERMODALKAN uang Rp 200 juta, Hendrik Setiawan mulai menggarap usaha jus buah segar Mama Roz. Dibantu 10 orang karyawan, Hendrik yakin bisnis barunya ini akan sukses. Optimisme inilah yang mendorongnya serius berbisnis jus meski dengan modal terbatas.
Dengan modal itu dia mendatangkan mesin pengolah jus dari Amerika Serikat dan Eropa. Keinginannya hanya satu, yaitu menciptakan jus yang memiliki kualitas prima. Selain alat pengolah jus, diajuga mempersiapkan segala kebutuhan bisnis lainnya, mulai desain botol kemasan, ukuran kemasan, label botol, ukuran botol, sistem teknologi informasi (TI) serta call center Mama Roz. "Membangun dan mengembangkan bisnis sama seperti tentara yang hendak berperang," seloroh alumnus jurusan keuangan Southern California University ini.
Diajuga membantu desain ukuran kemasan. Seperti saat penciptaan ukuran botol jus Mama Roz 600 milihter (ml). Ia mengatakan, keputusan untuk membuat kemasan 600 ml sudah melalui penularan mendalam. Dengan ukuran botol yang tak terlalu besar, harapan Hendrik, konsumen dapat menikmati jus Mama "Roz sambil berolahraga. "Ukuran botol mudah digenggam," katanya
Selain mudah digenggam, ukuran 600 ml juga muat dalam cup holder mobil. Dengan ukuran ini, konsu-men dapat menyediakan jus di kabin kendaraan dan sesekali bisa menenggakknya bila jalanan macet atau pas traffic light menyala merah.
Setelah aspek bisnis selesai dibuat, aspek pemasaran juga tak kalah penting untuk dipikirkan. Untuk mendekatkan merek Mama Roz ke masyakarat, Hendrik mencantumkan cerita tentang asal muasal buah segar yang terkandung dalam jus Mama Roz.
Hendrik terinspirasi dengan label produk sejenis yang mencantumkan cerita seorang ibu di Tuscani, Italia, yang setiap pagi memetik buah segar untuk disajikan sebagai jus anak-anak dengan cara tradisional. "Supaya
Dalam waktu tigabulan, Mama Roztelah menembuspasar swalayankelas premium.pelanggan Mama Roz merasakan kedekatan emosional," katanya
Dia sengaja membuat cerita dalam Bahasa Inggris sebagai salah satu strategi pemasaran dan membangun bmnd image Mama Roz. Sebab, sampai saat ini masyarakat Indonesia masih lebih percaya dengan produk makanan dan minuman impor asal Eropa. Selain itu, untuk menarik pembeli, dia juga memperkaya tampilan label Mama Roz dengan gambar dan grafik lebih beragam.
Itulah sebabnya, Hendrik yakin, akan sulit mencuri perhatian pasar, jika kemasan minuman buah segar ini tidak dikemas dengan tampilan mewah dan mahal. "Bukan saya tidak cinta Indonesia, tapi ini merupakan strategi pengenalan brand," kata Hendrik.
Ia mengakui, kentalnya sentuhan barat ini, membuat produknya sering dikira merupakan waralaba luar negeri atau produk impor. Menurutnya penguatan brand image melalui label dan kemasan sangat penting. Sebab, sebagai produk yang memiliki banyak pesaing, Mama Roz hanya memiliki satu kali kesempatan untuk memberi kesan baik bagi konsumen. "Kita hanya memiliki satu kali kesempatan untuk memenangkan hati konsumen ketika melihat banyak produk jus berjajar di etalase. Karena itu, kita harus menyajikan kemasan yang menarik," imbuhnya.
Selain kualitas produk dan kemasan, sistem TI dan call center yang mumpuni jugasangat penting. Bagi Hendrik, infrastruktur yang baik untuk layanan pesan antar menjadi kebutuhan yang tak bisa dipandang sebelah mata.
Dia mengaku membutuhkan waktu enam bulan untuk men-s?/ up seluruh infrastruktur pesan antar dan cad center sebelum benar-benar menjalankan bisnis jus ini. Dengan infrastruktur yang kuat, Hendrik yakin, pelanggan Mama Roz yang dulunya hanya puluhan orang bisa terus meningkat menjadi ratusan dan balikan ribuan pelanggan.
Setelah layanan pesan antar menuai sukses, dalam jangka waktu tiga bulan, Mama Roz juga telah menembus pasar swalayan kelas premium. Kini, senyum Hendrik bisa lebih lebar lagi. Lihat saja, meski baru berjalan enam tahun, penjualan jus Mama Roz telah mencapai rata-rata 50.000 botol per bulan. "Saya ingin bisnis perdana saya ini sukses," ujar Hendrik.
Sumber : Harian Kontan
Dea Chadiza Syafina