02/12/2011
Remaja Ngefans Artis Korea, Laba Usaha Jaket Makin Tebal
Masuknya budaya pop Korea dan Jepang ke Indonesia mengubah tren fesyen. Salah satunya kegemaran mengenakan jaket dan mantel sebagai pelapis luar busana di kalangan remaja. Tren ini pun membuka peluang produsen jaket dan mantel hingga beromzet ratusan juta rupiah.
MANTEL daii jaket merupakan pelengkap pakaian yang perlu digunakan bila hari sedang dingin. Namun, di Indonesia yang beriklim tropis, mantel dan jaket lebih sering digunakan sebagai pelengkap fesyen.Apalagi saat ini. Mantel dan jaket tengal! naik daun. Itu karena popularitas artis-artis Korea di negeri ini yang banyak memiliki fans di Tanah Air.
Bramantyo Farid Prakosa atau biasa dipanggil Bram, pun menggarap peluang ini. Bersama dengan dua orang temannya, Bram membuat jaket dan manel ala Korea di Bandung sejak Mei 2010.Dengan modal Rp 5 juta, awalnya, Bram hanya mampu memproduksi tiga lusin mantel dan jaket. "Prospek usaha ini cukup bagus, fesyen itu tidak pernah mati. Kuncinya adalah mau berkreasi dan berinovasi dalam membuat produk," kata Bram
Ia melabel produknya dengan merek J-Flecee. Hargajual jaket dan mantel ini berkisar Rp 140.000 hingga Rp 185.000, tergantung model jaket dan bahannya Supaya pelanggannya tak bosan, Bram rajin meluncur-kan koleksi baru. Setiap bulan, ia membuat tiga hingga empat koleksi baru. Meski produk lokal, Bram mengaku produk buatannya tak kalah kualitasnya dengan produk impor.
Salah satu model jaket ala Korea yang paling laku adalah jaket Hinata Banyak remaja perempuan yang memesan jaket dengan penutup kepala (Jioodie) dan ditambah bulu halus putih.
Kemudian, Bram juga menjual jaket ala Girls Generation (SNSD), giriband nomor satu di Korea "Kalau jaket SNSD ini harganya sekitar Rp 150.000," jelas Bram.
Tak hanya menawarkan jaket dan mantel ala Korea, Bram juga menjual jaket dan mantel ala Jepang seperti jaket Trafalgar. Ia juga menyediakan model jaket Naruto Shippuden dan jaket yang dipakai Genji di tokoh Crows Zero. Ketiganya adalah tokoh komik aninie Jepang yang terkenal.
Bram sengaja menyasar anak muda Menurutnya, pasar anak muda tak akan pernah jenuh. Apalagi, anak muda cenderung mengikuti fesyen. Saban bulan, Bram mampu menjual 2.500 potongjaket dan mantel dengan omzet sekitar Rp 400 juta per bulan. "Selain di toko sendiri, kami juga memasok beberapa distro besar di Bandung,"kata Bram.
Senny Olawati, pemilik Nafira Boutique yang berdiri setahun lalu di Jakarta, mengatakan, bisnis jaket ala Korea ini cukup menjanjikan. Meski harga jualnya relatif lebih tinggi dari jaket biasa, tapi permintaannya besar. "Sayang, koleksi kami masih terbatas," ujar perempuan 30 tahun ini. Senny tak membuat sendiri jaket Korea itu, tapi ia n-.engamb.il jaket dan mantel itu dari bandung. "Sejauh ini kami masih belum produksi sendiri dan terus memantau pasar, seberapa lama tren ini akan bertalian," ucapnya
Ia menilai, jumlah kalangan anak muda yang menggilai korean stylish cukup banyak dan hampir semuanya meminati produk fesyen bergaya Korea," Tak terkecuali jaket ini," jelas Senny. Dengan hargajual mulai Rp 100.000-Rp 200.000 per potong, Senny mampu menjual jaket tersebut lebih dari 50 potong. Dalam sebulan, ia pun bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 10 juta
Senny bilang, pendapatannya masih minim karena ia ia belum terlalu fokus untuk memperbanyak kuantitas produk jaketnya ini. "Namun, tren penjualannya produk ini cukup bagus beberapa waktu ini dan kami bisa mengantongi margin keuntungan hingga 20%," jelasnya
Remaja Ngefans Artis Korea, Laba Usaha Jaket Makin Tebal
Masuknya budaya pop Korea dan Jepang ke Indonesia mengubah tren fesyen. Salah satunya kegemaran mengenakan jaket dan mantel sebagai pelapis luar busana di kalangan remaja. Tren ini pun membuka peluang produsen jaket dan mantel hingga beromzet ratusan juta rupiah.
MANTEL daii jaket merupakan pelengkap pakaian yang perlu digunakan bila hari sedang dingin. Namun, di Indonesia yang beriklim tropis, mantel dan jaket lebih sering digunakan sebagai pelengkap fesyen.Apalagi saat ini. Mantel dan jaket tengal! naik daun. Itu karena popularitas artis-artis Korea di negeri ini yang banyak memiliki fans di Tanah Air.
Bramantyo Farid Prakosa atau biasa dipanggil Bram, pun menggarap peluang ini. Bersama dengan dua orang temannya, Bram membuat jaket dan manel ala Korea di Bandung sejak Mei 2010.Dengan modal Rp 5 juta, awalnya, Bram hanya mampu memproduksi tiga lusin mantel dan jaket. "Prospek usaha ini cukup bagus, fesyen itu tidak pernah mati. Kuncinya adalah mau berkreasi dan berinovasi dalam membuat produk," kata Bram
Ia melabel produknya dengan merek J-Flecee. Hargajual jaket dan mantel ini berkisar Rp 140.000 hingga Rp 185.000, tergantung model jaket dan bahannya Supaya pelanggannya tak bosan, Bram rajin meluncur-kan koleksi baru. Setiap bulan, ia membuat tiga hingga empat koleksi baru. Meski produk lokal, Bram mengaku produk buatannya tak kalah kualitasnya dengan produk impor.
Salah satu model jaket ala Korea yang paling laku adalah jaket Hinata Banyak remaja perempuan yang memesan jaket dengan penutup kepala (Jioodie) dan ditambah bulu halus putih.
Kemudian, Bram juga menjual jaket ala Girls Generation (SNSD), giriband nomor satu di Korea "Kalau jaket SNSD ini harganya sekitar Rp 150.000," jelas Bram.
Tak hanya menawarkan jaket dan mantel ala Korea, Bram juga menjual jaket dan mantel ala Jepang seperti jaket Trafalgar. Ia juga menyediakan model jaket Naruto Shippuden dan jaket yang dipakai Genji di tokoh Crows Zero. Ketiganya adalah tokoh komik aninie Jepang yang terkenal.
Bram sengaja menyasar anak muda Menurutnya, pasar anak muda tak akan pernah jenuh. Apalagi, anak muda cenderung mengikuti fesyen. Saban bulan, Bram mampu menjual 2.500 potongjaket dan mantel dengan omzet sekitar Rp 400 juta per bulan. "Selain di toko sendiri, kami juga memasok beberapa distro besar di Bandung,"kata Bram.
Senny Olawati, pemilik Nafira Boutique yang berdiri setahun lalu di Jakarta, mengatakan, bisnis jaket ala Korea ini cukup menjanjikan. Meski harga jualnya relatif lebih tinggi dari jaket biasa, tapi permintaannya besar. "Sayang, koleksi kami masih terbatas," ujar perempuan 30 tahun ini. Senny tak membuat sendiri jaket Korea itu, tapi ia n-.engamb.il jaket dan mantel itu dari bandung. "Sejauh ini kami masih belum produksi sendiri dan terus memantau pasar, seberapa lama tren ini akan bertalian," ucapnya
Ia menilai, jumlah kalangan anak muda yang menggilai korean stylish cukup banyak dan hampir semuanya meminati produk fesyen bergaya Korea," Tak terkecuali jaket ini," jelas Senny. Dengan hargajual mulai Rp 100.000-Rp 200.000 per potong, Senny mampu menjual jaket tersebut lebih dari 50 potong. Dalam sebulan, ia pun bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 10 juta
Senny bilang, pendapatannya masih minim karena ia ia belum terlalu fokus untuk memperbanyak kuantitas produk jaketnya ini. "Namun, tren penjualannya produk ini cukup bagus beberapa waktu ini dan kami bisa mengantongi margin keuntungan hingga 20%," jelasnya
Sumber : Harian Kontan
Fitri Nur Arifenie, Fahryadi