09/11/2011
Si Peramu Balsem yang Sukses Berbisnis Antibocor
Keahlian mencampur bahan-bahan kimia yang dipelajari sejak kecil membuat Herman Moeliana sukses menciptakan produk inovatif Aquaproof. Produk cat antibocor ini menjadikannya berhasil membangun perusahaan manufaktur kimia sendiri.
Menuntaskan rasa penasaran bisa menjadi langkah awal ke tangga sukses. Tidak percaya? Herman Moeliana membuktikannya.Berawal dari kebutuhan, ia sukses menciptakan produk cat antibocor merek Aquaproof. Meski saat ini banyak produk serupa, merek Aquaproof tetap tertancap di benak konsumen.
Pria berumur 66 tahun lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini membuat cat antibocor untuk menuntaskan rasa penasaran saat membetulkan atap rumahnya di kawasan Roxy, Jakarta Barat, yang bocor. Herman sengaja tidak memanggil tukang atau mengganti atap lama itu dengan atap baru. Ia berusaha mengatasi masalah dengan berinovasi menggunakan beberapa bahan kimia.
Langkah kecil itulah yang menjadi awal kesuksesan Herman. Kini, dengan bendera PT Inter Aneka Kimia Lestari, Herman memiliki pabrik manufaktur kimia seluas 600 hektare di Tangerang dengan kapasitas produksi 100 ton sebulan.
"Awalnya, Aquaproof hanya diproduksi 100 kilogram (kg) sebulan. Kini, produksi mencapai 2.000 ton setahun," katanya.Sayang, penggemar golf ini enggan mengungkap labanya. Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata, Herman memang telah mengenal beberapa bahan kimia sejak kecil. Pada umur delapan tahun, Herman cilik sudah bisa meramu bahan kimia menjadi aneka produk, seperti balsem dan minyak rambut. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, tahun 1945 ini memang telah membantu usaha ayahnya sejak kecil.
"Orang tua punya toko kebutuhan rumah tangga, dari balsem hingga bahan kue," katanya.
Sang ayah, yang cuma lulusan SD, mengajarinya meramu bahan-bahan yang kebanyakan adalah ekstrak tumbuh-tumbuhan. Karena menyukai pekerjaan itu, Herman jadi jatuh cinta kepada bahan kimia. Ia bertekad belajar bidang ini dengan kuliah di jurusan Teknik Kimia ITB meskipun sebetulnya sang ayah sempat melarang.
"Ayah menyuruh saya bekerja di toko saja lantaran tidak mampu membekali saya kuliah," katanya.
Sadar akan kemampuan keuangan keluarga, Herman kuliah sembari bekerja serabutan. Ia pernah menjadi penjual foto dan pembuat lencana. Semua ia lakukan agar bisa terus kuliah. Herman juga mengisi hari-hari di sela kuliahnya dengan bekerja di toko ayahnya dan bekerja sambilan lain.
"Setelah lulus, saya ingin mencari bekerja di perusahaan kimia multinasional," kata kakek lima cucu ini mengenang.
Jadi karyawan dan bos
Obsesinya kesampaian. Pada 1972, Herman bekerja di Imperial Chemical Industries (ICI), sebuah perusahaan asal Inggris. Selama tiga tahun menjadi tenaga penjual, ia pindah ke perusahaan kimia asal Jepang untuk menggali lebih banyak ilmu.
Tetapi, tidak sampai enam bulan, Herman memutuskan pindah lantaran merasa sudah memiliki cukup modal pengalaman dan relasi. Ia ingin berwiraswasta. Kebetulan, relasinya saat bekerja di ICI mengajaknya mendirikan perusahaan jual beli kimia dengan nama Linsi.
Sayang, perusahaan hasil kongsi empat orang itu hanya bertahan empat tahun. Sebagai direktur operasional, ia merasa tujuan dan perspektif bisnis para pendirinya tidak sama lagi.
"Saya ingin tidak sekadar trading barang," katanya.
Maka, pada 1980, dengan modal Rp 50 juta, Herman menggandeng tiga rekan baru membangun United Chemicals yang khusus menggarap bisnis jual beli bahan kimia dasar. Ia menjadi pemilik sekaligus tenaga pemasar.
"Karyawan saya cuma delapan orang, termasuk saya," katanya. Ia sering membawa kendaraan perusahaan untuk menawarkan produk. Tahun 1983 menjadi tahun penting bagi Herman. Dengan modal uang sendiri, ia mendirikan PT Inter Aneka Kimia Lestari.
"Ini pabrik manufaktur kami yang pertama," katanya. Perusahaan itu didirikan karena ia ingin mengembangkan bahan dasar kimia menjadi bahan yang langsung bisa digunakan produsen atau konsumen. Awalnya, Inter Aneka dibentuk untuk memproduksi cat antibocor merek Aquaproof yang ditemukan Herman. Ia mengaku membuat penelitian, percobaan, hingga perakitan mesin cat antibocor selama dua tahun.
"Saya mencoba dengan aspal, serat plastik, dan sebagainya, hingga akhirnya bisa menemukan komposisi bahan yang pas," katanya. Ayah tiga anak ini rela naik turun genteng dan menunggu turun hujan untuk membuktikan keberhasilan ciptaannya. Kini, selain Aquaproof, perusahaan Herman memiliki puluhan produk pendukung bahan bangunan seperti pencampur semen merek Supercement, nat lantai atau keramik merek Supergrout, dan cat pelapis merek Hit Guard.
Ada pula beragam bahan kimia lainnya seperti pewarna plastik dan karet pelapis. Sebagian besar produk itu digunakan oleh pabrik-pabrik pembuat peralatan plastik, sepatu, dan sikat gigi."Ke depan, saya ingin terus menciptakan produk-produk yang bisa digunakan semakin banyak masyarakat dan ramah lingkungan," katanya. (Dian Pitaloka Saraswati)
Menuntaskan rasa penasaran bisa menjadi langkah awal ke tangga sukses. Tidak percaya? Herman Moeliana membuktikannya.Berawal dari kebutuhan, ia sukses menciptakan produk cat antibocor merek Aquaproof. Meski saat ini banyak produk serupa, merek Aquaproof tetap tertancap di benak konsumen.
Pria berumur 66 tahun lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini membuat cat antibocor untuk menuntaskan rasa penasaran saat membetulkan atap rumahnya di kawasan Roxy, Jakarta Barat, yang bocor. Herman sengaja tidak memanggil tukang atau mengganti atap lama itu dengan atap baru. Ia berusaha mengatasi masalah dengan berinovasi menggunakan beberapa bahan kimia.
Langkah kecil itulah yang menjadi awal kesuksesan Herman. Kini, dengan bendera PT Inter Aneka Kimia Lestari, Herman memiliki pabrik manufaktur kimia seluas 600 hektare di Tangerang dengan kapasitas produksi 100 ton sebulan.
"Awalnya, Aquaproof hanya diproduksi 100 kilogram (kg) sebulan. Kini, produksi mencapai 2.000 ton setahun," katanya.Sayang, penggemar golf ini enggan mengungkap labanya. Jika ditelusuri sejarahnya, ternyata, Herman memang telah mengenal beberapa bahan kimia sejak kecil. Pada umur delapan tahun, Herman cilik sudah bisa meramu bahan kimia menjadi aneka produk, seperti balsem dan minyak rambut. Pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, tahun 1945 ini memang telah membantu usaha ayahnya sejak kecil.
"Orang tua punya toko kebutuhan rumah tangga, dari balsem hingga bahan kue," katanya.
Sang ayah, yang cuma lulusan SD, mengajarinya meramu bahan-bahan yang kebanyakan adalah ekstrak tumbuh-tumbuhan. Karena menyukai pekerjaan itu, Herman jadi jatuh cinta kepada bahan kimia. Ia bertekad belajar bidang ini dengan kuliah di jurusan Teknik Kimia ITB meskipun sebetulnya sang ayah sempat melarang.
"Ayah menyuruh saya bekerja di toko saja lantaran tidak mampu membekali saya kuliah," katanya.
Sadar akan kemampuan keuangan keluarga, Herman kuliah sembari bekerja serabutan. Ia pernah menjadi penjual foto dan pembuat lencana. Semua ia lakukan agar bisa terus kuliah. Herman juga mengisi hari-hari di sela kuliahnya dengan bekerja di toko ayahnya dan bekerja sambilan lain.
"Setelah lulus, saya ingin mencari bekerja di perusahaan kimia multinasional," kata kakek lima cucu ini mengenang.
Jadi karyawan dan bos
Obsesinya kesampaian. Pada 1972, Herman bekerja di Imperial Chemical Industries (ICI), sebuah perusahaan asal Inggris. Selama tiga tahun menjadi tenaga penjual, ia pindah ke perusahaan kimia asal Jepang untuk menggali lebih banyak ilmu.
Tetapi, tidak sampai enam bulan, Herman memutuskan pindah lantaran merasa sudah memiliki cukup modal pengalaman dan relasi. Ia ingin berwiraswasta. Kebetulan, relasinya saat bekerja di ICI mengajaknya mendirikan perusahaan jual beli kimia dengan nama Linsi.
Sayang, perusahaan hasil kongsi empat orang itu hanya bertahan empat tahun. Sebagai direktur operasional, ia merasa tujuan dan perspektif bisnis para pendirinya tidak sama lagi.
"Saya ingin tidak sekadar trading barang," katanya.
Maka, pada 1980, dengan modal Rp 50 juta, Herman menggandeng tiga rekan baru membangun United Chemicals yang khusus menggarap bisnis jual beli bahan kimia dasar. Ia menjadi pemilik sekaligus tenaga pemasar.
"Karyawan saya cuma delapan orang, termasuk saya," katanya. Ia sering membawa kendaraan perusahaan untuk menawarkan produk. Tahun 1983 menjadi tahun penting bagi Herman. Dengan modal uang sendiri, ia mendirikan PT Inter Aneka Kimia Lestari.
"Ini pabrik manufaktur kami yang pertama," katanya. Perusahaan itu didirikan karena ia ingin mengembangkan bahan dasar kimia menjadi bahan yang langsung bisa digunakan produsen atau konsumen. Awalnya, Inter Aneka dibentuk untuk memproduksi cat antibocor merek Aquaproof yang ditemukan Herman. Ia mengaku membuat penelitian, percobaan, hingga perakitan mesin cat antibocor selama dua tahun.
"Saya mencoba dengan aspal, serat plastik, dan sebagainya, hingga akhirnya bisa menemukan komposisi bahan yang pas," katanya. Ayah tiga anak ini rela naik turun genteng dan menunggu turun hujan untuk membuktikan keberhasilan ciptaannya. Kini, selain Aquaproof, perusahaan Herman memiliki puluhan produk pendukung bahan bangunan seperti pencampur semen merek Supercement, nat lantai atau keramik merek Supergrout, dan cat pelapis merek Hit Guard.
Ada pula beragam bahan kimia lainnya seperti pewarna plastik dan karet pelapis. Sebagian besar produk itu digunakan oleh pabrik-pabrik pembuat peralatan plastik, sepatu, dan sikat gigi."Ke depan, saya ingin terus menciptakan produk-produk yang bisa digunakan semakin banyak masyarakat dan ramah lingkungan," katanya. (Dian Pitaloka Saraswati)
Sumber: Properti.kompas.com