11/11/2011
Kredit UKM Commonwealth Indonesia Tumbuh 30%
JAKARTA (IFT) - PT Commonwealth Bank Indonesia, anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia, membukukan pertumbuhan kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar 30% menjadi Rp 1,59 triliun pada September 2011 dari 1,22 triliun pada Desember 2010 (year-lo-dale). Menurut pejabat perusahaan, Commonwealth Bank or Australia meningkatkan modal Commonwealth Indonesia agar penyaluran kredit perseroan meningkat.
Antonio Da Silva Costa, Presiden Direktur Commonwealth Indonesia, mengatakan kredit untuk usaha kecil dan menengah mengalami pertumbuhan tinggi karena konsumsi domestik Indonesia sangat kuat. Konsumsi yang kuat ini membuat usaha kecil dan menengah terus berproduksi dan membutuhkan dukungan dari bank.
"Hal tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu pasar terpenting untuk Commonwealth Bank," kata Costa dalam siaran pers, Kamis. Selain Itu, pertumbuhan segmen kredit UKM yang tinggi disebabkan perbaikan sistem persetujuan kredit perseroan sehingga debitor bisa mendapat-kan kredit lebih cepat dari prosedur sebelumnya.
Menurut Costa, pertumbuhan kredit UKM sesuai dengan prediksi perseroan setelah melihat realisasi di tahun lalu. Sepanjang tahun 2010, kredit usaha kecil dan menengah tumbuh 66% menjadi Rp 1,22 triliun dari Rp 735 miliar pada 2009.
Pada tahun ini perseroan juga mencoba meningkatkan pertumbuhan kredit konsumsi, terutama dari kredit perumahan. Commonwealth Indonesia melihat peluang yang sangat besar dalam bisnis kredit perumahan mengingat industri properti di Indonesiaterus bertumbuh secara signifikan dengan prediksi pertumbuhan sebesar 10%-15% menjadi Rp 173,6 triliun pada 2011 dari Rp 155 triliun pada 2010.
Salah satu strategi Commonwealth Indonesia untuk meningkatkan bisnis kredit perumahan adalah dengan memasuki pasar perumahan primer. Pada September 2011, Commonwealth Indonesia melakukan kerja sama dengan Grup Ciputra. Commonwealth Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit konsumer mencapai tiga kali lipat dalam dua tahun mendatang. Namun, Costa tidak mengungkapkan berapa besar portofolio kredit perumahan hingga September 2011.
Tambahan Modal
Untuk mendukung ekspansi tersebut, pemegang saham Commonwealth Indonesia telah memberikan tambahan modal sebesar Rp 234 miliar pada [uni 2011. Modal tersebut akan digunakan untuk ekspansi jaringan, investasi pada teknologi serta sumber daya manusia.
Setiap tahun pemegang saham Commonwealth Indonesia melakukan penambahan modal. Pada 2010 Commonwealth Bankof Australia telah menyuntikkan modal sebesar Rp 221 miliar. Pada akhir 2010, modal perseroan bc- . rada di angka Rp 1,24 triliun.
Selain Commonwealth Bank of Australia, PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga akan menyuntikkan modal kepada unit usaha syariahnya sebesar Rp 200 miliar. Achmad K Permana, Executive Vice President Head Syariah Banking Bank Permata, mengatakan, "Saat ini rasio rasio kecukupan modal unit syariah Bank Permata seki-tar 10,7%, setelah penambahan modal diperkirakan naik menjadi 14%," jelasnya.
Hingga akhir 2011, Achmad memproyeksikan total pembiayaan unit usaha syariah Bank Permata akan mencapai Rp 3,3 triliun. Perseroan mencatai pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) hingga kuartal III 2011 tercatat Rp 2,9 triliun. Hingga akhir 2011, perseroan memperkirakan total dana nasabah akan mencapai Rp 3,5 triliun. ()
Indonesia Finance Today
JAKARTA (IFT) - PT Commonwealth Bank Indonesia, anak perusahaan Commonwealth Bank of Australia, membukukan pertumbuhan kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar 30% menjadi Rp 1,59 triliun pada September 2011 dari 1,22 triliun pada Desember 2010 (year-lo-dale). Menurut pejabat perusahaan, Commonwealth Bank or Australia meningkatkan modal Commonwealth Indonesia agar penyaluran kredit perseroan meningkat.
Antonio Da Silva Costa, Presiden Direktur Commonwealth Indonesia, mengatakan kredit untuk usaha kecil dan menengah mengalami pertumbuhan tinggi karena konsumsi domestik Indonesia sangat kuat. Konsumsi yang kuat ini membuat usaha kecil dan menengah terus berproduksi dan membutuhkan dukungan dari bank.
"Hal tersebut membuat Indonesia menjadi salah satu pasar terpenting untuk Commonwealth Bank," kata Costa dalam siaran pers, Kamis. Selain Itu, pertumbuhan segmen kredit UKM yang tinggi disebabkan perbaikan sistem persetujuan kredit perseroan sehingga debitor bisa mendapat-kan kredit lebih cepat dari prosedur sebelumnya.
Menurut Costa, pertumbuhan kredit UKM sesuai dengan prediksi perseroan setelah melihat realisasi di tahun lalu. Sepanjang tahun 2010, kredit usaha kecil dan menengah tumbuh 66% menjadi Rp 1,22 triliun dari Rp 735 miliar pada 2009.
Pada tahun ini perseroan juga mencoba meningkatkan pertumbuhan kredit konsumsi, terutama dari kredit perumahan. Commonwealth Indonesia melihat peluang yang sangat besar dalam bisnis kredit perumahan mengingat industri properti di Indonesiaterus bertumbuh secara signifikan dengan prediksi pertumbuhan sebesar 10%-15% menjadi Rp 173,6 triliun pada 2011 dari Rp 155 triliun pada 2010.
Salah satu strategi Commonwealth Indonesia untuk meningkatkan bisnis kredit perumahan adalah dengan memasuki pasar perumahan primer. Pada September 2011, Commonwealth Indonesia melakukan kerja sama dengan Grup Ciputra. Commonwealth Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit konsumer mencapai tiga kali lipat dalam dua tahun mendatang. Namun, Costa tidak mengungkapkan berapa besar portofolio kredit perumahan hingga September 2011.
Tambahan Modal
Untuk mendukung ekspansi tersebut, pemegang saham Commonwealth Indonesia telah memberikan tambahan modal sebesar Rp 234 miliar pada [uni 2011. Modal tersebut akan digunakan untuk ekspansi jaringan, investasi pada teknologi serta sumber daya manusia.
Setiap tahun pemegang saham Commonwealth Indonesia melakukan penambahan modal. Pada 2010 Commonwealth Bankof Australia telah menyuntikkan modal sebesar Rp 221 miliar. Pada akhir 2010, modal perseroan bc- . rada di angka Rp 1,24 triliun.
Selain Commonwealth Bank of Australia, PT Bank Permata Tbk (BNLI) juga akan menyuntikkan modal kepada unit usaha syariahnya sebesar Rp 200 miliar. Achmad K Permana, Executive Vice President Head Syariah Banking Bank Permata, mengatakan, "Saat ini rasio rasio kecukupan modal unit syariah Bank Permata seki-tar 10,7%, setelah penambahan modal diperkirakan naik menjadi 14%," jelasnya.
Hingga akhir 2011, Achmad memproyeksikan total pembiayaan unit usaha syariah Bank Permata akan mencapai Rp 3,3 triliun. Perseroan mencatai pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) hingga kuartal III 2011 tercatat Rp 2,9 triliun. Hingga akhir 2011, perseroan memperkirakan total dana nasabah akan mencapai Rp 3,5 triliun. ()
Indonesia Finance Today
J Arthur Gideon