" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Produk Fesyen Bergairah, Order Label Ikut Terdongkrak

Produk Fesyen Bergairah, Order Label Ikut Terdongkrak

14/11/2011
Produk Fesyen Bergairah, Order Label Ikut Terdongkrak


Dea Chadiza Syafina, Fahriyadi Meski hanya melekat di bagian dalam, label menjadi identitas sebuah produk fesyen. Alhasil, label menjadi salah satu bagian penting dari industri pakaian jadi atau asesoris. Permintaan atau pesanan label pun selalu mengikuti pasang surut industri garmen.

DALAM sebuah produk seperti baju, kaos, celana, dompet, tas, dan sepatu, label atau merek menjadi penting sebagai identitas produk. Meski bentuknya kecil, namun tulisan yang tertera pada label bisa mendongkrak nilai sebuah barang. Dengan disematkan label tertentu, suatu barang akan terlihat lebih prestisius.

Eflinda Masri, pemilik CV Mandiri Elektrindo di Depok, Jawa Barat, telah menekuni usaha pembuatan label sejak 2009. Wanita yang khusus membuat label pakaian ini telah memiliki pelanggan tetap, baik dari dalam maupun luar negeri.

Dalam sebulan. Eflinda sanggup memenuhi pesanan hingga 10.000 lusin label pakaian. Ia membanderol harga label itu berdasarkan ukuran. Untuk label dengan kualtis standar, harganya berkisar Rp 850 hingga Rp 1.200 per lusin. Sedangkan, label dengan ukuran besar dan kualitas super, harganya Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per lusin.

Harga label kualitas super memang berbeda jauh dengan kualitas standar. Maklum, untuk label ini Eflinda memakai bahan rajutan. Selain itu, warna benang, ukuran, desain, dan logo yang melekat pada labeljuga menjadi pertimbangan penetapan harga. "Order label kualilas super ini biasanya datang dari dari perancang busana ternama," ujar Eflinda yang kerap mendapat pesanan dari perancang sekaliber Oscar Lawalata

Dengan memproduksi dua jenis kualitas label ini, tak heran, Eflinda bisa meraup omzet hingga sebesar Rp 50 juta per bulan.

Kondisi ini berbeda dengan Ali, pemilik usaha Multikrea-tif Labelindo. Produsen label asal Jakarta ini hanya mampu merengkuh omzet hanya sebesar Rp 20 juta saja. Padahal, lelaki 30 tahun ini memproduksi hingga 30.000 lusin label per bulan dan menjualnya pada kisaran harga Rp 600 hingga Rp 1.000. Dari usaha ini, Ali bisa memperoleh margin keuntungan sebesar 30%.

Ali yang mewarisi usaha milik orangtuanya ini pun menilai, persaingan usaha pembuatan label kian ketat. Para produsen banyak yang bersaing pada harga dan kualitas. Ia pun berharap, industri garmen, tekstil, dan produk asesoris lainnnya terus bergairah untuk mendongkrak usaha pembuatan label.

Maklum, pada 2008, Ali pernah mengalami penurunan permintaan pembuatanlabel hingga 40%. "Saat itu, pesanan merosot drasi is karena banyak produk fesyen dan asesoris asal China yang beredar di pasar," ujarnya.

Namun, beberapa tahun belakangan ini, Ali mengakui, permintaan sudah kembali stabil. Bahkan, ia melihat, kini usaha label cukup prospektif. Asalkan, pengusaha memiliki mesin yang mampu memproduksi label berbahan poliester dan nilon. "Jika permintaan datang dari perusahaan garmen dan tekstil besar, jumlahnya pasti besar. Jika mengandalkan peralatan seadanya, bakal sulit," ujarnya

Lain halnya dengan Eflinda Untuk terus mendongkrak perolehan omzet, selain mengincar pasar lokal, ia pun membidik pasar ekspor, seperti Malaysia Hanya, saja, ia Miing menemui kendala, terutama soal pengiriman barang. Oleh karena itu. pelanggannya yanj berasal dari luar negeri seringkali mengambil sendiri pesanan labelnya tersebut di Depok.

Seperti produsen pakaian, pesanan label juga akan melonjak setiap mendekati hari besar keagamaan, tahun ajaran baru serta penghujung tahun. "Biasanya, tiga bulan sebelum Ramadan dan akhir tahun, pesanan naik drastis," ujar Eflinda

Sumber: Harian Kontan


Entri Populer