10/09/2011
Meraup Dolar dari Pengawetan Serangga
Keanekaragaman serangga di Indonesia tercatat salah satu yang terbesar di dunia bersama negara latin Brasil. Kekayaan alam ini bisa dimanfaatkan menjadi bisnis yang menarik dan menjanjikan asalkan dilakukan dengan rambu-rambu hukum.
Muchamad Chatim Magfur rupanya melihat jeli peluang ini. Krisis 1998 lalu justru membuat Chatim terdorong membangun bisnis penangkaran serangga seperti kupu-kupu dan kumbang hidup untuk diekspor ke Jepang, Taiwan dan Korea.
Sejalan berjalannya waktu, akhirnya ia memutar kreasi baru dengan mengembangkan produk pengawetan serangga sebagai produk suvenir. Jenisnya macam-macam, mulai dari gantungan kunci, hiasan hingga bingkai serangga kumbang dan kupu seharga puluhan juta rupiah.
"Awalnya dulu saya hanya main di serangga hidup untuk diekspor ke Jepang, banyak serangga yang mati, akhirnya kita buat untuk suvenir. Saya mulai tahun 1998 untuk serangga hidup, suvenir serangga baru tiga tahun ini," jelas Chatim kepada detikFinance, Senin (12/7/2011).
Ia menuturkan menjalankan bisnis suvenir pengawetan serangga harus mendapat izin dari Kementerian Kehutanan dibidang konservasi. Maklum saja, sebagian serangga yang diawetkan adalah jenis yang dilindungi yang bernilai tinggi asalkan diperoleh dari proses penangkaran atau bukan dari alam bebas. Pasokan serangga ia peroleh dari penangkaran sendiri hingga penangkaran kupu-kupu di Maros Sulawesi Selatan.
Chatim mengaku kini ia lebih fokus menggarap usaha pengawetan serangga ketimbang mengekspor hidup-hidup. Setidaknya ia sudah membuat 16 item produk yang terdiri dari berbagai jenis serangga seperti kupu-kupu, kumbang tanduk, capung, kelabang, kalajengking dan lain-lain.
Menurutnya dengan diolah menjadi suvenir nilai tambah dari produknya bisa melonjak hingga 5 kali lipat. Meskipun ada serangga tertentu yang justru lebih mahal jika dijual masih hidup."Yang menarik dari bisnis ini adalah keunikannya, belum banyak yang bermain, pasarnya masih terbuka, ini pasar yang unik. Memang kalau kita tak ngerti kita tak bisa jualan. Ada unsur keilmuannya juga, misalnya soal spesies serangga banyak orang yang tidak tahu, padahal ini dari seluruh Indonesia," katanya
Produk yang ia jual mulai dari Rp 10.000 untuk jenis gantungan kunci sampai jenis serangga langka seharga Rp 25-30 juta di pasar. Para pembelinya umumnya adalah kolektor serangga di Negeri Matahari Terbit.
Bahkan untuk jenis serangga kupu-kupu unik dan langka, sampai ada yang dihargai hingga ratusan juta rupiah. Chatim pun mengaku tetap berpegang pada prinsip aturan hukum konservasi, yaitu serangga-serangga itu harus diperoleh dari proses penanggakaran bukan dari alam bebas.
"Para konsumen pun di luar negeri meminta sertifikat terutama dari pembeli Eropa, ini terkait perjaniian internasional soal spesies serangga yang dilindungi," katanya.Chatim menuturkan segmen produk suvenir pengawetan serangga ini memang lebih banyak diminati oleh pasar ekspor. Meskipun permintaan pasar dalam negeri cukup tinggi.
"Khusus untuk orang Jepang punya kultur dari dulu kumbang yang menemukan orang Jepang, mereka buat koleksi seperti kupu-kupu, demi kepuasan. Untuk pasar lokal belum optimal," katanya.
Selama ini, Chatim memproduksi suvenirnya tergantung permintaan pasar. Ia bersama 12 karyawannya kini sedang panen permintaan karena secara musiman pada Mei-Juli terjadi order yang tinggi khususnya dari pasar ekspor.
Misalnya untuk produksi gantungan kunci berhias serangga diproduksi 1000-2000 unit per bulan, ini di luar dari produk lainnya. Ia menghitung omset bisnisnya dari permintaan pasar dalam negeri saja mencapai Rp 20-30 juta per bulan."Ini di luar permintaan ekspor. kalau ekspor, jumlahnya tak pasti, sampai ratusan juta sekali ekspor," katanya.
Dikatakanny,a permintaan produk suvenir pengawetan serangga relatif stabil. Untuk tetap terus tumbuh, ia pun mengembangkan diversifikasi produk seperti suvenir kaos berlukiskan serangga-serangga cantik."Sekarang kembang biak serangga dipengaruhi juga iklim global," ucapnya.
Muchamad Chatim Magfur rupanya melihat jeli peluang ini. Krisis 1998 lalu justru membuat Chatim terdorong membangun bisnis penangkaran serangga seperti kupu-kupu dan kumbang hidup untuk diekspor ke Jepang, Taiwan dan Korea.
Sejalan berjalannya waktu, akhirnya ia memutar kreasi baru dengan mengembangkan produk pengawetan serangga sebagai produk suvenir. Jenisnya macam-macam, mulai dari gantungan kunci, hiasan hingga bingkai serangga kumbang dan kupu seharga puluhan juta rupiah.
"Awalnya dulu saya hanya main di serangga hidup untuk diekspor ke Jepang, banyak serangga yang mati, akhirnya kita buat untuk suvenir. Saya mulai tahun 1998 untuk serangga hidup, suvenir serangga baru tiga tahun ini," jelas Chatim kepada detikFinance, Senin (12/7/2011).
Ia menuturkan menjalankan bisnis suvenir pengawetan serangga harus mendapat izin dari Kementerian Kehutanan dibidang konservasi. Maklum saja, sebagian serangga yang diawetkan adalah jenis yang dilindungi yang bernilai tinggi asalkan diperoleh dari proses penangkaran atau bukan dari alam bebas. Pasokan serangga ia peroleh dari penangkaran sendiri hingga penangkaran kupu-kupu di Maros Sulawesi Selatan.
Chatim mengaku kini ia lebih fokus menggarap usaha pengawetan serangga ketimbang mengekspor hidup-hidup. Setidaknya ia sudah membuat 16 item produk yang terdiri dari berbagai jenis serangga seperti kupu-kupu, kumbang tanduk, capung, kelabang, kalajengking dan lain-lain.
Menurutnya dengan diolah menjadi suvenir nilai tambah dari produknya bisa melonjak hingga 5 kali lipat. Meskipun ada serangga tertentu yang justru lebih mahal jika dijual masih hidup."Yang menarik dari bisnis ini adalah keunikannya, belum banyak yang bermain, pasarnya masih terbuka, ini pasar yang unik. Memang kalau kita tak ngerti kita tak bisa jualan. Ada unsur keilmuannya juga, misalnya soal spesies serangga banyak orang yang tidak tahu, padahal ini dari seluruh Indonesia," katanya
Produk yang ia jual mulai dari Rp 10.000 untuk jenis gantungan kunci sampai jenis serangga langka seharga Rp 25-30 juta di pasar. Para pembelinya umumnya adalah kolektor serangga di Negeri Matahari Terbit.
Bahkan untuk jenis serangga kupu-kupu unik dan langka, sampai ada yang dihargai hingga ratusan juta rupiah. Chatim pun mengaku tetap berpegang pada prinsip aturan hukum konservasi, yaitu serangga-serangga itu harus diperoleh dari proses penanggakaran bukan dari alam bebas.
"Para konsumen pun di luar negeri meminta sertifikat terutama dari pembeli Eropa, ini terkait perjaniian internasional soal spesies serangga yang dilindungi," katanya.Chatim menuturkan segmen produk suvenir pengawetan serangga ini memang lebih banyak diminati oleh pasar ekspor. Meskipun permintaan pasar dalam negeri cukup tinggi.
"Khusus untuk orang Jepang punya kultur dari dulu kumbang yang menemukan orang Jepang, mereka buat koleksi seperti kupu-kupu, demi kepuasan. Untuk pasar lokal belum optimal," katanya.
Selama ini, Chatim memproduksi suvenirnya tergantung permintaan pasar. Ia bersama 12 karyawannya kini sedang panen permintaan karena secara musiman pada Mei-Juli terjadi order yang tinggi khususnya dari pasar ekspor.
Misalnya untuk produksi gantungan kunci berhias serangga diproduksi 1000-2000 unit per bulan, ini di luar dari produk lainnya. Ia menghitung omset bisnisnya dari permintaan pasar dalam negeri saja mencapai Rp 20-30 juta per bulan."Ini di luar permintaan ekspor. kalau ekspor, jumlahnya tak pasti, sampai ratusan juta sekali ekspor," katanya.
Dikatakanny,a permintaan produk suvenir pengawetan serangga relatif stabil. Untuk tetap terus tumbuh, ia pun mengembangkan diversifikasi produk seperti suvenir kaos berlukiskan serangga-serangga cantik."Sekarang kembang biak serangga dipengaruhi juga iklim global," ucapnya.
Sumber : detikfinance