09/09/2011
Mengukir Laba Pembuatan Warangka yang Makin Langka
Tak banyak orang yang masih setia menggelutipembuatan sarung keris atau warangka. Namun di Yogyakarta, perajin warangka masiri bisa ditemukan. Seperti yang dilakukan oleh Subardi dan Mudjiran. Subardi kini banyak memenuhi pesanan warangka dari kolektor benda pusaka.
KERIS menjadi pusaka yang wajib disandang masyarakat Jawa dalam berbagai acara 1 tertentu. Sebagai pusaka, ! keris dan sarnngnya atau i disebut warangka juga bisa i menjadi koleksi bernilai tinggi. Salah satu perajin yang i setia inembuat warangka adalah Subardi di Bantul, Yogyakarta. "Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau melestarikannya," katanya Memulai usaha pembuatan warangka sejak 1990, Subardi j mengatakan warangka buatannya lebih banyak diminati para kolektor.
Tak salah jika warangka hasil buatan Subardi mh miliki nilai jual tinggi yakni mencapai Rp lGjuta. Tingkat kerumitan yang tinggi dan balian baku yang semakin langka membuat hargajual warangka cukup menguras kantong.
Ia mengaku, sebanyak 50% pesanan yang datang berasal dari kolektor benda-benda pusaka. "Biasanya yang mahal pesanan kolektor," katanya Beberapa kolektor yang datang padanya datang dari Semarang, Surabaya, Bandung dan Purworejo. Walaupun begitu, Subardi tetap melayani pesanan warangka dari toko penjual suvernir dan pernak-pernik Jawa langganan seperti Intan
Pusaka Jaya dan Mirota Batik. Untuk toko-toko itu, ia luiinbuatkan warangka dengan harga bervariasi minimal Rp 50.000 per unit I lan i jual warangka tergantung dari kerumitan dan luhan baku. Untuk pesanan toko. Subardi memakai kayu jati, mahoni dan sono keling. Sedangkan warangka pesanan kolektor dari bahan baku kayu kemuning, cendana, teseh dan timo. Beberapa pesanan tertentu juga meminta bahan baku gading gajah.
Harga paling mahal untuk warangka gading Rp 9 juta hingga 16 juta. Sedangkan warangka berbahan kayu tinio harganya Rp 250.000 hingga Rp 3 juta "Yang lain di bawah Rp 1 juta," katanya
Warangka sendiri dibagi menjadi deder, warangka, gandar, mendak dan pendok. Tiap daerah di Jawa, menurut Subardi memiliki kekhasan dan ukuran masing-masing. Tiap hari dia bisa memproduksi sekitar 3 warangka yang semuanya pasti terjual.
Dari usaha ini, Subardi mengaku bisa memperoleh omzet rata-rata Rp 10 juta per bulan. Omzet itu bisa melonjak dua kali lipat menjelang satu suro atau Muharram. Bulan Muharram memang dianggap sebagia masyarakat Jawa sebaga] bulan sakral. Mudjiran Widiutomo di Yogyakarta j uga menggi usaha pembuatan warangka sejak 1980. Kakek tig;i cucu ini mengatakan, tidak hanya dari Jawa, dia juga membuali.....lel warangka dariberbagai daerah tii Indon bahkan warangka corak Malaysia
Mudjiran membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk mengerjakan satu warangka Dari kerja kerasnya tersebut, dia dibayar antara Rp 500.000 sampai Rp 700.000 per unit untuk bahan baku dan jasa ukir Sedangkan untuk jasa ukir warangka saja, biayanya Rp 200.000 sampai Rp 250.000 per unit. "Untuk menyesuaikan atau menyetel warangka dengan keris ada tambahan biaya Rp 100.000," katanya.
Tak seperti Subardi yang tiap hari membual warangka, Mudjiran hanya mengerjakan warangka jika ada pesanan. Bahan baku makin susah dan mahal," katanya Pekerjaan yang dilakukannya lebih pada hobi. Namun, jelang bulan Muli.nr.nn order pembuatan warangka naik.
Sumber: Harian Kontan
Handoyo, Hafid Fuad
Handoyo, Hafid Fuad