>>>>>> Menyulap" Limbah Kayu Jadi Kapal Layar
Dengan memanfaatkan limbah usaha mebel kayu jati, Purwanto membuat
kerajinan kayu berupa minatur rumah adat dan kapal layar. Kreasinya itu
tergugah setelah melihat limbah-limbah kayu jati di Ibukota."Tergugah melihat itu limbah-limbah (kayu jati). Sayang kalau cuma (dipakai) untuk kayu bakar," ungkap Purwanto kepada Kompas.com, di Jakarta, Jumat (3/6/2011) lalu.
Dengan kayu bekas ini, modal usaha yang dibutuhkan Purwanto pun tidak
terlalu besar. Kayu yang diperolehnya seharga kayu bakar. Sekali pun
harus memilah kayu-kayu yang layak dipakai, ia tetap berusaha
mengoptimalkan penggunaan kayu bekas yang diperolehnya. Mengolah kayu
menjadi sebuah kerajinan sebenarnya telah dimulai Purwanto dengan
membuat gitar. Akan tetapi, sejak enam bulan lalu, ia beralih ke
pembuatan kerajinan kayu lainnya, seperti rumah mini dan kapal layar.
Peralihan ini karena bahan baku membuat gitar yang semakin mahal. Meski
sudah mahir membuat gitar, ia mengaku tetap membutuhkan sejumlah
percobaan dalam membuat miniatur ini.
"Risiko untuk pengrajin.
Kita butuh waktu untuk design, banyak melihat gambar. Jadi, tidak
sekali buat langsung sempurna," ujarnya.Awalnya, ia memulai
membuat gantungan kunci, yang dilanjutkan dengan membuat kapal layar dan
miniatur rumah adat. Saat ini, ia menyebutkan, pesanan belum terlalu
banyak. Dalam seminggu, ia pun dapat membuat tiga miniatur kapal layar.
"Kalau pengerjaan satu kapal, bisa empat hari. Cuma kalau sekali
pengerjaan, misalnya, membuat lima kapal, maka satu kapal bisa memakan
waktu dua hari," tambahnya.Purwanto mengaku masih mengerjakan
semuanya sendiri dengan dibantu oleh beberapa pekerja. Hal positifnya
lainnya yang ia lakukan dengan usahanya ini, ia memberdayakan anak-anak
yang saat ini masih bersekolah."Kebanyakan masih sekolah. Pulang sekolah, saya ajarin," ungkapnya.
Untuk usaha ini, ia belum berani mempekerjakan pekerja tetap karena pesanan yang belum berlanjut. "Makanya, saya pingin Madiun punya ciri khas. Kalau makanan kan sudah ada, tapi untuk kerajinan belum," sebutnya.Ia melihat potensi Madiun untuk mengembangkan usahakerajinan, karena
tersedianya bahan baku kayu jati yang masih banyak. Mengenai biaya
untuk membuat satu miniatur kapal layar berukuran satu meter, ia
menyebutkan bisa mencapai sekitar Rp60.000-Rp70.000. Kapal dengan ukuran
itu dapat dijualnya dengan harga Rp350.000-Rp500.000 per buahnya.
"Yang penting limbah kayu, tidak musti kayu jati," tuturnya.
Purwanto belum bisa menyebutkan berapa omzet yang diperoleh dengan
alasan pembelian yang belum kontinu. "Sekarang ini, saya menganggapnya
perkenalan dululah," jelasnya.
Ia berharap dapat mengikuti
sejumlah pameran untuk memasarkan produknya. Hal yang penting dengan
usahanya ini, ia bisa mengoptimalkan limbah-limbah kayu dan mengajari
sejumlah siswa untuk membuat kerajinan, yang diharapkannya akan menjadi
kerajinan khas Madiun kelak.
Sumber : Kompas.com